KABARBURSA.COM - Harga batu bara terus meningkat pada Selasa, 24 September 2024, yang mencatat kenaikan selama empat hari berturut-turut. Penguatan ini didorong oleh sentimen pelonggaran kebijakan moneter di berbagai negara, terutama di China.
Harga batu bara Newcastle untuk kontrak September 2024 tetap di level USD139,5 per ton. Namun, kontrak untuk Oktober 2024 naik sebesar USD0,65 menjadi USD140,4 per ton, dan kontrak November 2024 juga naik USD1,05 menjadi USD141,65 per ton.
Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam untuk kontrak September 2024 naik 0,15 persen menjadi USD114,8 per ton. Namun, kontrak untuk Oktober 2024 justru mengalami penurunan sebesar USD0,6 menjadi USD113,35 per ton, sedangkan kontrak November 2024 melemah sebesar USD0,35 menjadi USD113,55 per ton.
Penguatan harga batu bara ini sejalan dengan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter secara global. Bahkan, The Fed diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin untuk kedua kalinya berturut-turut, dengan kemungkinan mencapai 61 persen, menurut data dari CME FedWatch.
China juga mengikuti langkah-langkah negara besar lainnya dalam melonggarkan kebijakan moneter guna menghadapi perlambatan ekonomi. Bank Rakyat China (PBoC) telah mengumumkan serangkaian stimulus untuk menopang perekonomian yang mulai melambat. Salah satu langkahnya adalah rencana pemotongan rasio cadangan (reserve requirement ratio/RRR) sebesar 50 basis poin, meski waktu realisasinya belum ditentukan.
Selain sentimen moneter, harga batu bara juga didukung oleh persetujuan pemerintah Australia untuk memperluas tiga tambang batu bara besar di negara tersebut. Pemerintah memberikan izin perpanjangan operasi untuk tambang bawah tanah Narrabri milik Whitehaven Coal hingga 2044, serta tambang Mount Pleasant milik MACH Energy Australia hingga 2048, bersama tambang Ravensworth milik Ashton Coal Operations.
Permintaan Tinggi di Asia Tenggara
Negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Filipina diperkirakan akan meningkatkan perdagangan dan konsumsi batu bara dalam dekade ini, meskipun permintaan dari konsumen terbesar, China, mendekati puncaknya.
Ketua Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (ICMA), Priyadi, mengatakan dalam presentasinya di konferensi Coaltrans Asia bahwa impor batu bara oleh China dan India diprediksi akan mencapai puncaknya pada 2025. Hal ini menandai berakhirnya pertumbuhan volume perdagangan batu bara global melalui jalur laut.
Namun, ICMA memperkirakan impor batu bara tahunan oleh negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Filipina akan tumbuh hampir 3 persen per tahun hingga mencapai 170,9 juta metrik ton pada 2030, naik dari 140,9 juta ton pada 2023. Pasar pertumbuhan batu bara paling menjanjikan ada di sektor pembangkit listrik di Vietnam, yang saat ini merupakan ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di kawasan Asia Tenggara, kata para pedagang dan pejabat industri dalam konferensi tersebut.
Wakil Manajer Umum Perdagangan Batu Bara di perusahaan milik negara Vietnam, Dinh Quang Trung, memperkirakan Vietnam akan mengimpor 66 juta ton batu bara pada akhir tahun ini, dibandingkan dengan 47,8 juta ton pada 2023 menurut firma analisis Kpler.
"Kami akan mencapai puncak impor sebesar 86 juta ton per tahun pada 2035. Sekitar 70-75 persen dari konsumsi batu bara kami akan digunakan untuk pembangkit listrik,” ujarnya, dikutip dari Reuters, Sabtu, 21 September 2024.
Sementara itu, impor batu bara Filipina meningkat sebesar 7,6 persen selama delapan bulan hingga 31 Agustus, sementara impor Malaysia tumbuh 4 persen, menurut data Kpler.
Meskipun negara-negara Asia Tenggara diprediksi akan menggantikan China dan India sebagai pasar utama bagi eksportir batu bara, para pejabat industri tetap memperkirakan konsumsi di negara ekonomi besar akan tetap tinggi. Impor di negara-negara besar ini diperkirakan akan tumbuh dalam waktu dekat dan tetap stabil hingga akhir dekade ini.
Impor batu bara termal oleh China diperkirakan meningkat 6,3 persen pada 2024 menjadi 391 juta ton, kata Feng Dongbin, Wakil Manajer Umum di Fenwei Digital Information Technology yang mengoperasikan platform analisis batu bara China, Sxcoal.
Analis senior di perusahaan perdagangan batu bara India, I-Energy Natural Resources, Riya Vyas, memperkirakan impor batu bara India akan terus tumbuh sepanjang dekade ini. Data dari konsultan Bigmint menunjukkan impor India meningkat 11 persen dibandingkan tahun sebelumnya hingga akhir Agustus.
Meskipun negara-negara Asia Tenggara tidak menambah kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara baru, mereka meningkatkan penggunaan pembangkit yang ada untuk mengatasi permintaan listrik yang lebih tinggi. Di Malaysia, menurut data dari lembaga pemikir energi Ember, ketergantungan pada batu bara untuk pembangkit listrik meningkat pada 2023, menggantikan gas alam. Pusat data menjadi pendorong utama pertumbuhan penggunaan listrik.
Selain Filipina, Indonesia juga menjadi kontributor signifikan dalam peningkatan penggunaan batu bara di kawasan ini. “Usia rata-rata kapasitas terpasang di Indonesia relatif masih muda, sehingga permintaan jangka panjang diperkirakan akan tetap kuat,” kata Manajer Riset Pasar Senior di Adaro International, Patricia Lumbangaol.
Smelter nikel di Indonesia, yang memasok produsen baterai dan membantu memenuhi permintaan kendaraan listrik, mendorong peningkatan penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara, kata Priyadi dari ICMA kepada Reuters.
Malaysia, Filipina, dan Indonesia memiliki penetrasi energi terbarukan yang paling rendah di Asia, di luar Timur Tengah, dan tertinggal jauh dari produsen energi hijau besar seperti China dan India.
Kurangnya kemajuan dalam rencana negara-negara kaya untuk menyediakan pendanaan lebih murah guna mempercepat pensiun dini pembangkit listrik tenaga batu bara telah memperlambat upaya negara penghasil listrik berbasis batu bara ketujuh terbesar di dunia ini dalam mengurangi emisi.
“Fokus pemerintah pada keamanan energi dan keterjangkauan telah mendukung terus berlanjutnya penggunaan batu bara, terutama karena membantu menjaga tarif listrik tetap rendah,” kata Arthur Simatupang, Ketua Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.