Logo
>

Harga Batu Bara Sentuh USD144,25 per Ton, Saham Emiten Tengkurap

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Batu Bara Sentuh USD144,25 per Ton, Saham Emiten Tengkurap

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Saham emiten batu bara ramai-ramai tengkurap saat harga batu bara sentuh USD144,25 per ton. Sebut saja saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

    Berdasarkan data Refinitiv, pada penutupan perdagangan Jumat, 8 November 2024, harga batu bara acuan ICE Newcastle untuk kontrak Desember naik 0,80 persen ke level USD144,25 per ton.

    Ini menandai penguatan dua hari berturut-turut, setelah sebelumnya naik ke USD143,10 per ton. Kenaikan ini menjadi sinyal positif bagi industri batu bara yang sempat mengalami tekanan beberapa bulan terakhir.

    Namun, pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ditutup pada harga Rp127 per saham, mengalami penurunan sebesar Rp3 atau 2,31 persen dibandingkan penutupan sebelumnya.

    Volume perdagangan mencapai 1,47 miliar saham, sedikit di atas rata-rata volume harian sebesar 1,43 miliar saham.

    Penurunan harga saham BUMI ini terjadi di tengah sentimen positif di sektor energi, khususnya batu bara, yang didorong oleh kenaikan harga komoditas tersebut. Namun, faktor internal perusahaan, seperti kinerja keuangan dan prospek bisnis, dapat mempengaruhi pergerakan harga saham secara signifikan.

    Secara teknikal, indikator seperti Moving Average Convergence Divergence (MACD) dan Relative Strength Index (RSI) menunjukkan sinyal netral, mengindikasikan bahwa saham berada dalam fase konsolidasi.

    Hal yang sama terjadi pada saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Mengutip data Stockbit, ADRO ditutup pada harga Rp3.830 per lembar, mengalami penurunan sebesar Rp90 atau 2,30 persen dibandingkan penutupan sebelumnya.

    Volume perdagangan tercatat sebanyak 90,95 juta lembar saham, sedikit di bawah rata-rata volume harian sebesar 95,35 juta lembar.

    Pun dengan perdagangan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) ditutup pada harga Rp2.800 per lembar, mengalami penurunan sebesar Rp30 atau 1,06 persen dibandingkan penutupan sebelumnya.

    Volume perdagangan tercatat sebanyak 9,18 juta lembar saham, jauh di bawah rata-rata volume harian sebesar 23,74 juta lembar.

    Sedangkan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) ditutup pada harga Rp25.250 per lembar, mengalami penurunan sebesar Rp175 atau 0,69 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp25.425.

    Volume perdagangan sebesar 8.000 lot dengan nilai transaksi mencapai Rp21 miliar, menandakan likuiditas yang cukup baik untuk saham ini. Sementara, investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp5,5 miliar (Rp11,8 miliar - Rp6,3 miliar), yang menunjukkan minat positif dari investor asing terhadap saham ITMG.

    Terdorong The Fed dan Lemahnya Dolar

    Harga batu bara terus mengalami penguatan yang signifikan, didorong oleh keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga Amerika Serikat (AS). Keputusan ini melemahkan indeks dolar (DXY), yang pada gilirannya memberikan dorongan kuat pada pasar komoditas, termasuk batu bara.

    Keputusan The Fed untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis points (bps) dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini menjadi salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga batu bara.

    Pemangkasan tersebut menurunkan suku bunga acuan AS ke kisaran 4,50-4,75 persen. Ini merupakan pemangkasan kedua dalam beberapa bulan terakhir, setelah sebelumnya The Fed menurunkan suku bunga sebesar 50 bps pada September.

    Dengan pemangkasan suku bunga ini, biaya pinjaman menjadi lebih rendah, sehingga mendorong investasi dan konsumsi yang lebih tinggi, termasuk dalam sektor komoditas.

    Selain itu, kebijakan ini juga memberikan insentif bagi pelaku pasar untuk mencari komoditas sebagai investasi alternatif di tengah pelemahan dolar AS.

    Namun, pemangkasan suku bunga membuat indeks dolar terkoreksi sebesar 0,75 persen, turun ke level 104. Pelemahan dolar AS ini memberikan dampak positif bagi pasar komoditas global.

    Alasannya, komoditas yang diperdagangkan dalam dolar menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga meningkatkan permintaan terhadap komoditas tersebut, termasuk batu bara.

    Pelemahan dolar ini juga dipandang sebagai faktor penting yang mendukung peningkatan permintaan global, terutama dari negara-negara dengan mata uang yang lebih kuat terhadap dolar.

    Inflasi AS Mulai Terkendali

    Dalam pernyataan The Fed, inflasi AS bergerak menuju target 2 persen, meskipun masih berada di level yang cukup tinggi. Data ekonomi yang menunjukkan stabilitas pasar tenaga kerja dan soliditas perekonomian AS, meskipun tingkat pengangguran sedikit meningkat, turut memberikan kepercayaan pasar.

    Dengan inflasi yang mulai terkendali dan stabilitas ekonomi yang relatif terjaga, pasar komoditas global merespons dengan optimisme, mendorong harga-harga komoditas ke level yang lebih tinggi.

    Kenaikan harga batu bara ini memberikan angin segar bagi pelaku industri energi, khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor batu bara. Setelah mengalami periode tekanan selama beberapa bulan terakhir, para pelaku industri kini dapat memanfaatkan tren positif ini untuk memulihkan kinerja bisnis mereka.

    Jika sentimen global terus mendukung, harga batu bara berpotensi melanjutkan tren kenaikannya. Meski demikian, pelaku pasar tetap perlu memperhatikan perkembangan kebijakan ekonomi global, terutama terkait dengan langkah-langkah lanjutan dari The Fed serta dinamika permintaan energi dari negara-negara konsumen utama seperti Tiongkok dan India.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79