KABARBURSA.COM - Harga Bitcoin, kripto paling berharga, stabil di sekitar USD63.795,77 atau sekitar Rp1,02 miliar, setelah mengalami penurunan sejak momentum halving pada pertengahan April kemarin.
Namun pada perdagangan Senin, 6 Mei 2024 sore kemarin, Bitcoin turun 0,8 persen menjadi USD63.795,77.
Namun, dalam perdagangan yang terdesentralisasi, Bitcoin mengalami pertumbuhan tipis sebesar 0,1 persen dibandingkan dengan hari sebelumnya, Minggu, 5 Mei. Pada akhir pekan sebelumnya, Jumat, 3 Mei, Bitcoin mengalami lonjakan sebesar 7 persen menjadi USD62.937, melebihi pertumbuhan mata uang kripto lainnya seperti Ether, Solana, dan bahkan meme coin seperti Dogecoin.
Lonjakan di akhir pekan terjadi usai sebuah laporan yang menunjukkan peningkatan lebih kecil dari perkiraan dalam ketenagakerjaan AS, memperbaharui ekspektasi untuk penurunan suku bunga, meningkatkan daya tarik aset spekulatif.
Reli ini membantu menghapus sebagian besar kerugian yang tercatat di awal pekan ini yang dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran bahwa para pejabat Federal Reserve menjadi lebih hawkish dan permintaan terhadap ETF Spot menurun.
Sebagai gambaran bahwa ketidakpastian tingkat bunga, dengan kecenderungan tinggi, menekan aset yang bersifat spekulatif termasuk kripto, khususnya Bitcoin.
Sekadar catatan Bitcoin sempat turun menjadi USD56,527 pada 1 Mei, level terendah dalam waktu sekitar dua bulan.
“Apa yang telah diajarkan minggu ini (sepanjang pekan pertama Mei) adalah bahwa Bitcoin berada di level tertinggi sepanjang masa dan perkembangan baru ETF Bitcoin pada dasarnya membuka partisipasi Wall Street ke dalam pasar Bitcoin dengan cara yang belum pernah kita lihat sebelumnya," kata Stephane Ouellette, CEO FRNT Financial.
“Sebelumnya, tidak ada korelasi yang jelas dengan kelas aset lain, dan sangat jelas bahwa minggu ini, terutama pada aksi jual Selasa malam (30 April) menjelang The Fed, Bitcoin diperdagangkan sejalan dengan aset berisiko lainnya," paparnya.