Logo
>

Harga Emas Antam Hari ini Stabil Rp1.357.000, Pertanda Inflasi Membaik?

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Emas Antam Hari ini Stabil Rp1.357.000, Pertanda Inflasi Membaik?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Hari ini, harga emas Antam (ANTM) stabil dan tidak mengalami perubahan, tetap bertahan di Rp1.357.000 per gram. Hal ini juga berlaku untuk harga buyback emas Antam yang tetap pada level Rp1.235.000 per gram.

    Berikut adalah daftar lengkap harga emas Antam per Minggu, 23 Juni 2024:

    • Emas 0,5 gram: Rp728.500
    • Emas 1 gram: Rp1.357.000
    • Emas 2 gram: Rp2.654.000
    • Emas 3 gram: Rp3.956.000
    • Emas 5 gram: Rp6.560.000
    • Emas 10 gram: Rp13.065.000
    • Emas 25 gram: Rp32.537.000
    • Emas 50 gram: Rp64.995.000
    • Emas 100 gram: Rp129.912.000
    • Emas 250 gram: Rp324.515.000
    • Emas 500 gram: Rp648.820.000
    • Emas 1.000 gram: Rp1.297.600.000

    Harga-harga tersebut menunjukkan stabilnya pasar emas Antam pada hari ini, dengan pergerakan yang minimal atau tidak ada perubahan dibandingkan dengan harga sebelumnya. Bagi pelaku pasar dan investor emas, ini merupakan indikasi kondisi harga yang relatif konsisten pada periode tersebut.

    Stabilnya harga emas dapat mengindikasikan beberapa hal yang relevan bagi pasar dan ekonomi:

    1. Ketidakpastian Pasar Mereda: Stabilnya harga emas seringkali menggambarkan bahwa pasar sedang tidak menghadapi gejolak atau ketidakpastian yang besar. Emas sering dianggap sebagai safe haven atau tempat perlindungan nilai saat pasar sedang tidak stabil. Jika harga emas stabil, ini bisa berarti investor tidak merasakan kebutuhan yang mendesak untuk mengamankan investasi mereka melalui emas dalam situasi ekonomi yang tidak pasti.
    2. Kebijakan Moneter Stabil: Kondisi yang stabil dalam harga emas juga bisa mencerminkan kebijakan moneter yang konsisten dan terencana dari bank sentral. Kebijakan ini dapat mencakup suku bunga yang stabil atau proyeksi inflasi yang terkendali, yang mengurangi dorongan investor untuk mencari perlindungan nilai dalam emas.
    3. Sentimen Risiko Terkelola: Saat harga emas stabil, ini bisa menunjukkan bahwa sentimen risiko di pasar keuangan global sedang terkelola dengan baik. Investor mungkin merasa lebih percaya diri untuk berinvestasi dalam aset-aset berisiko yang lebih tinggi, seperti saham atau obligasi korporasi, daripada berlindung pada emas.
    4. Tingkat Inflasi yang Terkendali: Stabilnya harga emas juga bisa mencerminkan bahwa tingkat inflasi dalam ekonomi terkendali. Inflasi yang moderat cenderung mengurangi kebutuhan akan aset perlindungan nilai seperti emas.

    Namun demikian, stabilnya harga emas tidak selalu berarti bahwa kondisi ekonomi secara keseluruhan stabil atau positif. Ini mungkin mencerminkan lebih banyak tentang persepsi dan ekspektasi pasar terhadap faktor-faktor seperti kebijakan moneter, sentimen risiko, dan ekspektasi inflasi. Oleh karena itu, penting untuk melihatnya sebagai salah satu indikator pasar yang berpotensi memberikan wawasan tentang kondisi makroekonomi yang lebih luas.

    Kemarin, harga emas batangan bersertifikat Antam keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengalami penurunan. Berdasarkan informasi dari situs Logam Mulia, harga satu gram emas Antam turun menjadi Rp1.357.000. Harga ini turun sebesar Rp14.000 dari harga sebelumnya pada Jumat, 21 Juni 2024, yang tercatat di Rp1.371.000 per gram.

    Selain itu, harga buyback emas Antam juga mengalami penurunan. Harga buyback kini berada di level Rp1.235.000 per gram, turun Rp14.000 dibandingkan dengan harga buyback pada Jumat, 21 Juni yang berada di Rp1.249.000 per gram.

    Emas batangan tetap diminati meskipun harganya terus naik dan berpotensi mencapai titik jenuh. Beberapa analis memprediksi harga emas batangan di pasar bisa mencapai USD2.700 per troy ons, naik dari posisi terakhir di USD2.332,79 per troy ons.

    “Saya melihat harga emas akan mencapai USD2.600-2.700 per troy ons dengan sangat mudah tahun ini,” ujar Amar Singh, Head of Metals untuk kawasan Asia-Pasifik dan Timur Tengah di StoneX, seperti dikutip dari Bloomberg News.

    Para investor emas batangan memilih mengamankan diri dari risiko dan ketidakpastian politik dengan membeli emas, terutama di tengah penurunan mata uang lokal. Tahun 2024, sebanyak 40 negara di dunia akan mengadakan pemilu, yang menjadi topik utama dalam Asia Pacific Precious Metals Conference.

    Selain itu, belum ada tanda-tanda pemulihan ekonomi dari China, ekonomi terbesar di dunia, yang masih menghadapi gejolak di pasar properti dan saham lokal.

    China tetap diperkirakan akan menjadi pasar ritel emas paling dominan di Asia. Emas memiliki sejarah panjang sebagai alat penyimpan nilai di China, yang juga merupakan konsumen terbesar dan produsen utama emas di dunia.

    CEO London Bullion Market Association (LBMA), Ruth Crowell, mengatakan bahwa pasar China kemungkinan besar akan menjadi pendorong utama dalam penemuan harga emas, dengan proyeksi bahwa permintaan emas di Asia akan terus meningkat. Faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya membuat logam emas lebih mahal bagi sebagian besar pembeli.

    Reli emas batangan belum terbendung, dengan mencatat kenaikan sebesar 16 persen sejak pertengahan Februari. Kepala analisis pasar di StoneX Financial Ltd, Rhona O’Connell, menyatakan bahwa perubahan sentimen jelas telah mendorong harga emas ke tingkat yang lebih tinggi.

    “Hal ini membuat orang kembali tertarik. Namun, ini bukan hanya reaksi terhadap harga, melainkan reaksi terhadap faktor-faktor yang mendorong harga, yaitu ketidakpastian dan konsep risiko,” jelasnya.

    Di Jepang, pembelian emas tetap tinggi meskipun melemahnya yen membuat emas batangan menjadi lebih mahal bagi pembeli. “Kami melihat adanya penjualan, tentu saja, tetapi lebih banyak pembelian pada level tertinggi dalam sejarah. Ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Bruce Ikemizu, direktur utama Japanese Bullion Market Association.

    Namun, dalam jangka panjang, ada alasan untuk meredam tren bullish ini karena prospek geopolitik mungkin akan stabil setelah siklus pemilu besar-besaran tahun ini berakhir.

    “Hal ini menghilangkan satu elemen pendukung, kecuali rezim yang berkuasa cukup membuat masyarakat khawatir,” pungkas O’Connell.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79