Logo
>

Harga Emas Antam Naik, Saham ANTM Melejit: ini Prospeknya

Harga emas Antam hari ini naik signifikan, saham ANTM menguat, proyek hilirisasi dan risiko global menjadi sorotan investor.

Ditulis oleh Syahrianto
Harga Emas Antam Naik, Saham ANTM Melejit: ini Prospeknya
Grafik pergerakan saham, data valuasi, dan strategi hilirisasi jadi sorotan utama minat investor di 2025. (Foto: AI untuk KabarBursa)

KABARBURSA.COM - Dalam beberapa hari terakhir, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) kembali mencuri perhatian pelaku pasar. Harga sahamnya melonjak tajam, lebih dari 27 persen hanya dalam seminggu, dan hampir dua kali lipat dalam tiga bulan terakhir. Sebuah reli yang tak bisa diabaikan begitu saja.

Antusiasme ini tak datang tanpa alasan. Pasar merespons positif sejumlah katalis, mulai dari optimisme terhadap percepatan hilirisasi nikel, keterlibatan Antam dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik, hingga sinyal positif dari kebijakan royalti minerba yang baru. Di saat yang sama, stabilisasi harga komoditas utama seperti nikel dan emas memberi dukungan tambahan terhadap prospek pendapatan perusahaan.

Meski begitu, di tengah euforia, muncul pertanyaan penting: apakah kenaikan harga saham ini sepenuhnya didukung oleh perbaikan fundamental? Ataukah hanya sebatas respons jangka pendek terhadap sentimen dan momentum pasar?

Dalam artikel ini, Kabarbursa.com akan mengupas lebih dalam dinamika saham ANTM dari berbagai sisi. Mulai dari bagaimana valuasinya saat ini mencerminkan kinerja dan ekspektasi pasar, apa kata indikator teknikal, hingga bagaimana laporan keuangan terbaru mencerminkan daya tahan dan arah pertumbuhan bisnis. Tak kalah penting, analisis ini juga akan mengulas bagaimana strategi ekspansi dan hilirisasi Antam bisa berdampak terhadap valuasi jangka panjangnya.

Ditambah dengan tinjauan atas faktor eksternal seperti harga nikel dunia, inflasi, nilai tukar, dan arah suku bunga, insight ini dirancang untuk memberikan pandangan menyeluruh bagi investor, baik yang mencari peluang jangka pendek maupun mereka yang membangun strategi jangka panjang. Karena memahami di mana posisi Antam hari ini, hanya separuh cerita. Yang lebih penting adalah: ke mana langkah berikutnya akan membawanya?

Menakar Valuasi Saham ANTM: Kenaikannya Masuk Akal?

Setelah mengupas konteks yang melatarbelakangi reli harga saham ANTM, kini saatnya menilai apakah kenaikan tersebut memang sejalan dengan kekuatan fundamental. Valuasi menjadi titik awal yang penting, karena di sinilah persepsi pasar terhadap nilai wajar perusahaan terbentuk.

Per akhir perdagangan Rabu, 7 Mei 2025, saham ANTM ditutup di level Rp2.750 per saham, menguat Rp210 atau 8,27 persen dalam sehari. Saham ini sempat menyentuh harga tertinggi di Rp2.780 dan terendah di Rp2.550, dengan total nilai transaksi mencapai Rp1,67 triliun dan volume perdagangan 617,63 juta saham, jauh di atas rata-rata harian 139 juta saham. Lonjakan ini terjadi setelah pembukaan di harga Rp2.560, menandakan minat beli yang sangat tinggi sepanjang sesi perdagangan. Dengan harga penutupan ini, valuasi saham Antam perlu ditinjau kembali secara fundamental maupun teknikal.

Di permukaan, angka ini menunjukkan bahwa saham ANTM belum bisa dianggap mahal. Namun investor tentu tidak hanya melihat masa lalu. Ketika kita memasukkan proyeksi ke depan, rasio forward P/E Antam berada di 14,17 kali. Ini menandakan bahwa pasar mulai memberi premium atas potensi pertumbuhan, terutama dari sektor hilirisasi dan ekspansi baterai kendaraan listrik.

Dari sudut pandang earnings yield, yakni laba bersih per saham dibanding harga pasar, Antam saat ini menghasilkan 8,35 persen. Angka ini tergolong atraktif, terlebih jika dibandingkan dengan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) di level 6,25 persen. Imbal hasil tersebut memberi ruang bagi investor jangka panjang untuk tetap memperoleh potensi return yang melebihi inflasi dan risiko pasar uang.

Namun valuasi tak hanya soal laba. Rasio harga terhadap nilai buku (P/BV) mencatat angka 1,97 kali. Ini berarti saham Antam saat ini diperdagangkan hampir dua kali lipat dari nilai bersih asetnya. Secara historis, rasio ini mulai memasuki area premium, terutama jika dibandingkan periode ketika pasar meragukan prospek nikel pada awal 2023. Kenaikan P/BV yang cukup tajam dalam tiga bulan terakhir sejalan dengan lonjakan harga saham yang sudah mencapai hampir 81 persen sejak awal tahun.

Jika kita beralih ke rasio lainnya, Price to Sales (P/S) Antam berada di level 0,76 kali. Ini menunjukkan bahwa investor saat ini membayar kurang dari satu rupiah untuk setiap satu rupiah penjualan yang dihasilkan. Dalam konteks emiten tambang multikomoditas, angka ini cukup efisien, karena belum mencerminkan kontribusi maksimal dari produk bernilai tambah yang sedang digarap perusahaan.

Sementara itu, Price to Free Cash Flow tercatat 11,32 kali dan Price to Operating Cash Flow berada di 9,21 kali. Keduanya memberi sinyal bahwa arus kas operasional perusahaan masih sehat dan cukup kuat menopang investasi ekspansi. Rasio-rasio ini penting dalam menilai keberlanjutan proyek hilirisasi yang padat modal.

Menariknya, rasio PEG (Price/Earnings to Growth) Antam berada di 0,60 untuk horizon 1 tahun, dan bahkan lebih rendah di 0,44 untuk 3 tahun ke depan. PEG yang berada di bawah 1 sering kali ditafsirkan sebagai sinyal bahwa harga saham belum sepenuhnya menangkap potensi pertumbuhan laba di masa mendatang.

Per akhir perdagangan Rabu, 7 Mei 2025, saham ANTM ditutup di level Rp2.750 per saham, menguat Rp210 atau 8,27 persen dalam sehari. (Foto: AI untuk KabarBursa)

Dengan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut, bisa dikatakan bahwa valuasi saham Antam saat ini berada dalam fase transisi dari undervalued ke area premium. Kenaikan harga memang agresif, tetapi tidak sepenuhnya dilepaskan dari konteks fundamental. 

Momentum Saham ANTM, Teknikal tak Kalah Menarik

Setelah menelusuri aspek valuasi, kita bergeser ke sisi teknikal yang tak kalah menarik. Grafik pergerakan harga saham ANTM saat ini memperlihatkan satu kata kunci: euforia. Tidak hanya dari kenaikan harga yang tajam, tetapi juga dari sinyal-sinyal teknikal yang mayoritas mengarah pada tren bullish ekstrem.

Indikator RSI (Relative Strength Index) berada di angka 88. Angka ini jelas menunjukkan bahwa saham sedang berada di wilayah jenuh beli. Bukan hanya RSI, indikator lain seperti Stochastic, Stochastic RSI, dan Williams %R juga memberikan sinyal overbought. Artinya, harga saham sudah naik sangat tinggi dalam waktu relatif singkat, tanpa banyak ruang koreksi yang berarti. Di kondisi seperti ini, saham memang bisa terus naik, tetapi sekaligus makin rentan terhadap tekanan jual mendadak.

Namun bukan berarti momentum ini rapuh. Justru sebaliknya, kekuatan tren naik saham Antam tergolong luar biasa. Average Directional Index (ADX) berada di level 82, sebuah angka yang menunjukkan bahwa tren yang terjadi saat ini adalah tren kuat, bukan sekadar lonjakan sesaat. Di sisi lain, MACD dan indikator seperti Bull/Bear Power, ROC (Rate of Change), hingga CCI (Commodity Channel Index) seluruhnya mengarah ke sinyal beli, mempertegas bahwa minat beli masih mendominasi pasar.

Apa yang menarik, kekuatan teknikal ini juga didukung oleh pembentukan pola candlestick yang secara historis sering dikaitkan dengan kelanjutan tren naik. Pola Morning Doji Star dan Morning Star yang muncul pada 7 Mei 2025 di time frame 15 menit memberikan sinyal pembalikan arah dari bearish ke bullish. Ini adalah pola klasik yang mengisyaratkan bahwa pasar sudah selesai mengoreksi dan siap kembali bergerak naik.

Selain itu, munculnya pola Three Inside Up di berbagai time frame, termasuk pada grafik satu jam dan lima jam antara 1 Mei hingga awal Mei, memberikan konfirmasi tambahan bahwa tekanan beli mulai mengambil alih. Pola-pola ini biasanya dianggap sebagai sinyal konfirmasi bullish setelah fase konsolidasi. Meskipun terdapat pola bearish seperti Evening Star di akhir April dan awal Mei, tren besar tetap mengarah ke utara karena harga terus mencetak higher high dan higher low.

Dari sisi moving average, tidak ada satu pun MA yang gagal menunjukkan sinyal beli. Harga saat ini sudah berada di atas MA5, MA10, MA20, hingga MA200. Jarak antara harga dengan MA jangka panjang seperti MA200 yang kini di kisaran Rp1.899 menunjukkan bahwa tren naik sudah berlangsung lama dan kuat. Namun sekaligus mengingatkan bahwa ruang koreksi cukup lebar jika nanti terjadi pullback.

Menggunakan pendekatan pivot point, titik pivot utama berada di Rp2.737. Dengan harga yang sudah menembus area tersebut dan kini bermain di atas Rp2.750, saham Antam masih dalam fase teknikal bullish. Tapi perhatian juga perlu diarahkan ke level resistance berikutnya di kisaran Rp2.794, yang bisa menjadi titik di mana pelaku pasar mulai mengambil untung.

Apa yang menarik, kekuatan teknikal saham ANTM ini juga didukung oleh pembentukan pola candlestick yang secara historis sering dikaitkan dengan kelanjutan tren naik. (Foto: AI untuk KabarBursa)

Kesimpulannya, secara teknikal, saham ANTM sedang menari di puncak kekuatan. Pola candlestick mendukung tren naik, indikator momentum serempak menunjukkan optimisme, dan MA mengonfirmasi bahwa tren ini bukan kebetulan. Namun kondisi overbought yang ekstrem menjadi pengingat bahwa setiap reli, sekuat apapun, selalu butuh koreksi sehat. 

Untuk investor baru, ini bukan waktu terbaik untuk masuk agresif. Tetapi bagi yang sudah memegang sahamnya sejak harga lebih rendah, ini saatnya memperkuat disiplin, apakah itu untuk merealisasikan sebagian keuntungan, atau memasang strategi trailing stop agar tidak terjebak jika tren berubah arah tiba-tiba.

Fundamental Antam di Kuartal I 2025

Di balik reli harga saham yang mengesankan, PT Aneka Tambang TbK juga mencatatkan kinerja keuangan yang sangat kuat sepanjang kuartal I 2025. Laporan keuangan terbaru bukan hanya mencerminkan kenaikan angka, tetapi menunjukkan keberhasilan strategi operasional dan efisiensi biaya yang dijalankan secara konsisten.

Direktur Utama ANTM, Nicolas D. Kanter, menegaskan bahwa capaian positif ini merupakan hasil dari kecepatan perusahaan dalam merespons dinamika pasar serta penguatan operasional yang berkelanjutan. 

“Kami terus mengedepankan strategi pemasaran yang inovatif, pengendalian biaya yang cermat, serta menjaga struktur biaya (cash cost) agar tetap kompetitif,” ujar Nico, dalam pernyataan resminya, dikutip Rabu, 7 Mei 2025.

Sepanjang Januari hingga Maret 2025, Antam membukukan penjualan bersih sebesar Rp26,15 triliun, melonjak dari Rp8,62 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini sebagian besar didorong oleh penjualan emas, yang tetap menjadi kontributor terbesar, diikuti oleh feronikel dan bijih nikel.

Capaian ini menghasilkan laba kotor Rp3,64 triliun, naik 1,350 persen dari kuartal I 2024. Lebih lanjut, laba usaha perusahaan berbalik positif menjadi Rp2,69 triliun, setelah sebelumnya mencatat rugi usaha sebesar Rp491,19 miliar. Dari sisi bottom line, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp2,13 triliun, melonjak hampir 794 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Laba per saham dasar (EPS) meningkat dari Rp9,92 menjadi Rp88,69.

Dalam hal neraca, total aset perusahaan naik 17 persen menjadi Rp48,30 triliun, sementara ekuitas meningkat 10 persen ke Rp34,62 triliun. Struktur permodalan yang solid ini mencerminkan kemampuan Antam untuk tidak hanya bertahan di tengah tantangan pasar, tetapi juga menangkap peluang baru dengan landasan yang sehat.

Antam juga menunjukkan likuiditas yang kuat. Kas dan setara kas akhir periode tercatat Rp6,91 triliun, naik signifikan dari posisi akhir tahun lalu yang sebesar Rp4,75 triliun. Sementara itu, arus kas bersih dari aktivitas operasi mencapai Rp2,08 triliun, memperlihatkan bahwa ekspansi perusahaan tetap ditopang oleh kekuatan internal.

Tak hanya itu, manajemen juga menyampaikan bahwa Antam secara konsisten menjalankan prinsip operational excellence berbasis praktik pertambangan terbaik. Nicolas D. Kanter menambahkan:

“Dengan menjaga keseimbangan produksi dan penjualan, ANTM mampu mencatatkan kinerja operasional yang solid di awal 2025,” ujarnya.

Dengan seluruh pencapaian ini, fundamental Antam di kuartal I 2025 memperlihatkan bukan hanya kekuatan reaktif terhadap harga komoditas, tetapi juga daya tahan strategis jangka panjang yang dibangun di atas efisiensi, diversifikasi komoditas, dan kedisiplinan keuangan.

Di balik reli harga saham yang mengesankan, PT Aneka Tambang TbK juga mencatatkan kinerja keuangan yang sangat kuat sepanjang kuartal I 2025. (Foto: AI untuk KabarBursa)

Namun, di balik semua catatan positif itu, ada satu hal yang perlu dicermati: pertumbuhan pendapatan Antam masih sangat tergantung pada volatilitas harga komoditas. Jika harga nikel kembali tertekan akibat oversupply global, atau permintaan emas melemah karena normalisasi suku bunga global, maka tekanan pada pendapatan bisa muncul dengan cepat. Hal ini menjadi tantangan yang terus berulang bagi emiten tambang seperti Antam.

Secara keseluruhan, kinerja keuangan Antam di kuartal pertama tahun ini memberi fondasi yang cukup kuat untuk mendukung narasi bullish di pasar. Pertumbuhan dua digit dalam pendapatan dan laba bersih, perbaikan margin, serta struktur keuangan yang sehat menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya menumpang pada tren harga, tetapi juga menjalankan operasional yang efisien dan terarah.

Strategi Hilirisasi dan Ekspansi Bisnis Antam

Strategi hilirisasi menjadi poros utama arah bisnis PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan milik negara ini tidak lagi sekadar mengekspor komoditas mentah, tetapi terus memperluas pijakan bisnis ke sektor olahan bernilai tambah melalui berbagai proyek strategis lintas komoditas.

Untuk mendukung bisnis emas, Antam telah menandatangani akta perjanjian jual beli lahan dengan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur pada Februari 2025. Kesepakatan ini menjadi langkah awal menuju tahapan perencanaan proyek pengembangan fasilitas pengolahan logam mulia milik Antam di kawasan JIIPE. Rencananya, proyek ini akan melibatkan pembangunan pabrik manufaktur yang berfungsi untuk meningkatkan kapasitas produksi sekaligus memperkuat daya saing perusahaan di pasar domestik dan internasional.

Pada segmen nikel, Antam melaporkan bahwa Proyek Kerja Sama Pengembangan Ekosistem EV Battery di Indonesia telah berhasil mencapai sejumlah tonggak penting pada awal tahun 2025. Proyek ini diarahkan untuk mendukung kelancaran konstruksi fasilitas pengolahan, yang ditargetkan akan menjadi bagian dari rantai pasok global kendaraan listrik. Meskipun detail teknis proyek belum seluruhnya disampaikan dalam laporan, manajemen memastikan bahwa persiapan konstruksi berjalan sesuai jadwal.

Sementara itu, pada komoditas bauksit, Antam menegaskan komitmennya dalam mendukung hilirisasi nasional melalui proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat. Fokus utama perusahaan saat ini adalah memastikan kesiapan operasional dan pengiriman produk olahan alumina ke Pelabuhan Kuala Tanjung. Manajemen juga menyebut bahwa proses commissioning proyek telah dimulai, sebagai bagian dari tahapan menuju operasi komersial penuh. Proyek ini dikelola melalui PT Borneo Alumina Indonesia, anak usaha patungan antara Antam dan Holding BUMN pertambangan, MIND ID (Inalum).

Melalui seluruh inisiatif ini, Antam menegaskan peran strategisnya dalam mendukung agenda hilirisasi mineral nasional. Tujuannya tidak hanya menciptakan nilai tambah berkelanjutan, tetapi juga untuk memperkuat kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional secara lebih luas.

Risiko dan Tantangan Strategis Antam ke Depan

Di balik kinerja yang impresif sepanjang kuartal I 2025, Aneka Tambang tetap menghadapi beragam tantangan strategis yang perlu dicermati oleh investor. Salah satu yang paling krusial adalah ketergantungan pada harga komoditas global. Per 2 Mei 2025, Harga Mineral Acuan (HMA) nikel turun menjadi USD15.049,23 per dmt dari posisi April sebesar USD15.539,69 per dmt. Fluktuasi ini menjadi perhatian serius, mengingat nikel adalah salah satu penyumbang pendapatan utama bagi Antam. 

Di sisi lain, harga emas justru menunjukkan tren penguatan. Pada 5 Mei 2025, harga emas global sempat menyentuh USD3.312,09 per ons, dipicu oleh pelemahan dolar AS dan meningkatnya permintaan aset lindung nilai. Fluktuasi yang bertolak belakang dari kedua komoditas ini mencerminkan dinamika pasar yang harus terus diawasi karena berdampak langsung terhadap proyeksi pendapatan perusahaan.

Risiko lain muncul dari kebijakan fiskal pemerintah. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2025 menetapkan skema tarif royalti progresif untuk bijih nikel, yang kini berada di kisaran 14 persen hingga 19 persen, tergantung pada level HMA. 

Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor minerba, namun pada saat yang sama dapat memperbesar beban produksi bagi pelaku industri, termasuk Antam. Apabila tidak diimbangi oleh peningkatan harga jual produk hilir, struktur margin Antam bisa mengalami tekanan, terutama di tengah biaya produksi yang semakin kompleks akibat proyek hilirisasi yang padat modal.

Di luar aspek harga dan regulasi, tantangan juga datang dari sisi makroekonomi domestik. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS per 7 Mei 2025 berada pada level Rp16.389,64 hingga Rp16.554,36, menunjukkan kecenderungan depresiasi dalam beberapa pekan terakhir. Karena sebagian besar pendapatan Antam dalam dolar AS, namun belanja operasional masih dalam rupiah, pelemahan kurs ini bisa berdampak positif terhadap pendapatan. Namun di sisi lain, jika perusahaan memiliki kewajiban utang luar negeri dalam dolar, tekanan bunga dan pelunasan bisa membesar.

Sementara itu, suku bunga acuan Bank Indonesia tetap berada di level 5,75 persen per April 2025. Ini adalah level yang cukup tinggi untuk negara berkembang, dan menjadi faktor penting yang memengaruhi struktur pembiayaan proyek Antam ke depan. 

Dengan ambisi hilirisasi yang agresif, termasuk pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah dan fasilitas logam mulia di JIIPE Gresik, kemampuan Antam untuk menjaga efisiensi biaya investasi akan menjadi ujian utama.

Hilirisasi memang menjadi tema besar transformasi Antam, namun realisasinya tidak lepas dari risiko implementasi proyek. Proyek SGAR di Mempawah kini berada dalam tahap commissioning, dan ditargetkan beroperasi komersial dalam waktu dekat. 

Di saat bersamaan, proyek pengembangan fasilitas logam mulia di Gresik juga mulai masuk tahap perencanaan pabrik. Risiko keterlambatan, kendala logistik, maupun pembengkakan biaya tetap menjadi bayang-bayang yang perlu diantisipasi.

Hilirisasi memang menjadi tema besar transformasi Antam, namun realisasinya tidak lepas dari risiko implementasi. (Foto: AI untuk KabarBursa)

Dengan seluruh lanskap tantangan tersebut, investor perlu mengkaji posisi Antam dengan sudut pandang yang lebih komprehensif. Kinerja keuangan yang kuat di awal tahun memang menjanjikan, namun keberlanjutan pertumbuhan akan sangat bergantung pada pengendalian risiko-risiko eksternal ini. 

Kemampuan Antam dalam menavigasi gejolak harga komoditas, dinamika kebijakan, serta disiplin dalam mengeksekusi proyek hilirisasi akan menjadi penentu sejauh mana potensi saham ini bisa benar-benar terwujud dalam jangka panjang. (*) 

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.