Logo
>

Harga Emas Dunia Terkoreksi di Tengah Penguatan Dolar dan Tenaga Kerja AS

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Emas Dunia Terkoreksi di Tengah Penguatan Dolar dan Tenaga Kerja AS

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga emas dunia yang sempat menguat pada Selasa kemarin akhirnya hari ini tertekan oleh penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah setelah data menunjukkan kenaikan lapangan kerja yang mengejutkan. Kabar ini memunculkan spekulasi bahwa The Fed akan memperlambat pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.

    Dilansir dari Consumer News and Business Channel di Jakarta, Rabu, 8 Januari 2025, harga emas di pasar spot naik 0,5 persen ke USD2.647,59 per ons, setelah sebelumnya sempat melonjak hingga 1 persen. Sementara itu, kontrak emas berjangka AS naik 0,6 persen menjadi USD2.662,60 per ons.

    “Kenaikan lapangan kerja yang lebih tinggi dari perkiraan dan data sektor jasa yang tetap kuat menunjukkan ekonomi masih tangguh, meskipun ancaman inflasi tetap ada. Hal ini kemungkinan membuat The Fed menahan diri untuk memotong suku bunga, setidaknya hingga Maret,” ujar Wakil Presiden dan Analis Senuor di Zaner Metals, Peter Grant.

    Indeks dolar AS kembali menguat setelah data menunjukkan pasar tenaga kerja tetap stabil dan sektor jasa masih kokoh. Hal ini memberi sinyal bahwa The Fed mungkin akan memperlambat laju pemangkasan suku bunga.

    Menurut data terbaru, jumlah lowongan pekerjaan di AS bertambah 259.000 menjadi 8,098 juta pada akhir November 2024, meskipun laju perekrutan melambat.

    Selain itu, ketidakpastian perihal kebijakan tarif menjelang pelantikan Donald Trump pada 20 Januari memicu kekhawatiran akan lonjakan inflasi yang bisa menghambat The Fed untuk memangkas suku bunga lebih agresif. Meskipun emas dikenal sebagai aset pelindung dari inflasi, kenaikan suku bunga justru menekan daya tarik logam mulia karena tidak memberikan imbal hasil.

    Pelaku pasar kini menunggu laporan tenaga kerja AS pada Jumat mendatang, serta data pekerjaan ADP dan risalah pertemuan Desember The Fed yang akan dirilis pada Rabu untuk mencari petunjuk kebijakan moneter selanjutnya. Sementara itu, bank sentral China menambah cadangan emasnya untuk bulan kedua berturut-turut pada Desember, menurut data resmi.

    “Langkah pembelian emas oleh China ini kemungkinan akan terus menopang harga logam mulia,” kata Analis Senior di ActivTrades, Ricardo Evangelista.

    Tren Melemah sejak Awal Pekan

    Harga emas sebelumnya juga mencatat pelemahan pada Senin, 6 Januari 2025 karena tertekan oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS yang menyentuh level tertinggi dalam lebih dari delapan bulan. Sikap hati-hati investor dipicu oleh pernyataan terbaru The Fed yang mengindikasikan potensi perlambatan laju pemangkasan suku bunga di 2025.

    Para pelaku pasar kini mengadopsi strategi wait-and-see, menunggu rilis data ekonomi pekan ini untuk mencari petunjuk arah kebijakan moneter AS ke depan.

    Harga emas spot turun 0,2 persen menjadi USD2.634,52 per ons, sedangkan kontrak berjangka emas AS melemah 0,3 persen ke USD2.647,40 per ons. Kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun menjadi faktor utama di balik penurunan harga logam mulia tersebut.

    “Imbal hasil obligasi yang meningkat membuat emas menjadi kurang menarik karena tidak memberikan imbal hasil,” ujar ahli strategi komoditas di WisdomTree, Nitesh Shah.

    Meski begitu, Shah masih optimistis harga emas bisa mencapai USD3.050 per ons pada akhir tahun ini. Optimisme tersebut didasarkan pada ekspektasi pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil obligasi ke depannya. Namun, ia juga mengingatkan bahwa ketegangan geopolitik di Timur Tengah bisa mendorong harga emas naik lebih tinggi dari proyeksi.

    Proyeksi terbaru The Fed yang dirilis Desember lalu menunjukkan sikap berhati-hati dalam menurunkan suku bunga. Sebagian besar pembuat kebijakan khawatir inflasi yang masih di atas target 2 persen bisa kembali melonjak jika kebijakan dilonggarkan terlalu cepat.

    Selain itu, spekulasi terkait kebijakan Presiden terpilih Donald Trump semakin menambah ketidakpastian pasar. Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari, diperkirakan akan memberlakukan kebijakan proteksionis dan tarif baru yang berpotensi memicu inflasi lebih tinggi.

    “Jika harga komoditas naik karena kebijakan tersebut, inflasi bisa bertahan di level tinggi lebih lama,” ujar Kepala Strategi pasar di Blue Line Futures, Phillip Streible.

    Meskipun dolar AS melemah 1 persen dari level tertingginya dalam dua tahun pada Kamis lalu, harga emas tetap bergerak turun. Perhatian investor kini tertuju pada rangkaian data ketenagakerjaan AS yang dijadwalkan rilis pekan ini.

    Dimulai dengan laporan lowongan pekerjaan pada Selasa, 7 Januari 2025, disusul data ketenagakerjaan ADP dan risalah pertemuan kebijakan The Fed pada Rabu, 8 Januari 2025. Puncaknya adalah laporan Non-Farm Payrolls pada Jumat, 10 Januari 2025, yang diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas terkait arah kebijakan moneter The Fed ke depan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).