Logo
>

Harga Emas Dunia Terus Melempem di Tengah Penguatan Dolar

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Emas Dunia Terus Melempem di Tengah Penguatan Dolar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga emas dunia terus merosot hingga menyentuh level terendah dalam dua bulan terakhir pada perdagangan Kamis, 14 November 2024 waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan dolar Abang Sam menjadi faktor utama penurunan ini, meskipun pasar tetap optimistis akan adanya pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada Desember mendatang.

    Mengutip Consumer News and Business Channel International, harga emas spot turun tipis 0,1 persen menjadi 2.568,5 dollar AS per ons, level terendah sejak 12 September. Kontrak berjangka emas AS juga melemah 0,5 persen, ditutup di 2.572,90 dollar AS.

    Penguatan dolar AS, yang mencapai puncak tertingginya dalam setahun terakhir, membuat emas dunia lebih mahal bagi pembeli di luar AS. “Data inflasi terbaru tampaknya tidak berdampak besar pada emas. The Fed kemungkinan akan mempertahankan kebijakan hingga Kongres dan pemerintahan Trump mulai mengimplementasikan rencana ekonomi mereka,” ujar Peter Grant, Wakil Presiden Zaner Metals.

    Sinyal Pemangkasan Suku Bunga

    Pelaku pasar memperkirakan peluang sebesar 76 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember. Harapan ini didukung oleh kondisi pasar tenaga kerja yang melonggar, meskipun inflasi AS belum sepenuhnya turun sesuai target.

    Namun, sejak kemenangan telak Partai Republik dalam pemilu 5 November lalu, harga emas telah kehilangan lebih dari USD170. Tarif perdagangan yang direncanakan oleh Presiden terpilih Donald Trump diperkirakan dapat memicu inflasi, yang pada akhirnya bisa memperlambat langkah The Fed dalam menurunkan suku bunga.

    “Investor tampaknya tidak lagi melihat emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi, meskipun kebijakan Trump berpotensi meningkatkan tekanan inflasi di AS,” kata Kepala Analis Exinity Group, Han Tan.

    Komoditas Lain Bergerak Variatif

    Investor kini menantikan data penjualan ritel AS yang akan dirilis Jumat. Di pasar komoditas lain, perak spot menguat 0,5 persen menjadi 30,48 dollar AS per ons setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah sejak 12 September. Platinum turun tipis 0,1 persen menjadi USD936,94, sementara paladium menguat 0,8 persen ke 941 dollar AS.

    Pasar emas dan logam mulia tampaknya masih bergerak di bawah bayang-bayang kebijakan The Fed dan penguatan dolar AS, yang terus mencuri perhatian pelaku pasar global.

    Tren Penurunan

    Harga emas dunia sebelumnya memperlihatkan tren penurunan untuk sesi keempat berturut-turut pada Rabu, 13 November 2024 waktu setempat atau Kamis, 14 November 2024 dini hari WIB.

    Pada perdagangan spot, harga emas turun 0,7 persen menjadi USD2.580,39 per ons, setelah sempat mencapai level terendah hampir dua bulan pada awal sesi. Sementara itu, harga emas berjangka Amerika Serikat juga ditutup melemah sebesar 0,8 persen, menjadi USD2.586,50 per ons.

    Menurut laporan dari Reuters, beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga emas ini adalah penguatan indeks dolar AS dan peningkatan imbal hasil obligasi 10 tahun.

    Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang utama dunia, berada di dekat level tertingginya dalam tujuh bulan terakhir.

    Penguatan dolar ini mengurangi daya tarik emas bagi investor yang menggunakan mata uang selain dolar, karena harga emas menjadi lebih mahal. Selain itu, imbal hasil obligasi 10 tahun Amerika Serikat juga mencatat kenaikan, yang semakin membebani harga emas.

    “CPI (indeks harga konsumen) naik sesuai dengan ekspektasi sehingga memberikan dampak beragam pada harga emas. Spekulasi pasar terhadap potensi penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed bulan Desember, meningkat,” kata seorang analis dari MarketPulse Zain Vawda.

    Data dari Departemen Tenaga Kerja Amerika menunjukkan bahwa inflasi terus meningkat, meskipun lajunya melambat dibandingkan beberapa bulan sebelumnya.

    CPI naik 0,2 persen pada bulan Oktober, sesuai dengan ekspektasi pasar. Dalam setahun terakhir, CPI mencatat kenaikan 2,6 persen hingga Oktober, setelah naik 2,4 persen pada bulan September.

    CPI inti, yang tidak memperhitungkan makanan dan energi, naik 0,3 persen untuk bulan ketiga berturut-turut dan mencatatkan kenaikan tahunan sebesar 3,3 persen.

    Meski inflasi tetap berada di atas target Federal Reserve, data tersebut masih memberikan ruang bagi pasar untuk berspekulasi mengenai kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan Desember mendatang.

    Alat prediksi suku bunga CME Group, FedWatch Tool, menunjukkan bahwa probabilitas penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin telah meningkat menjadi 82 persen dari sekitar 58 persen sebelum data CPI dirilis.

    Meskipun ekspektasi pemotongan suku bunga Federal Reserve menguat, beberapa analis masih memperkirakan bahwa harga emas bisa mengalami pemulihan sementara.

    Vawda memprediksi, dalam jangka pendek, harga emas berpotensi naik kembali ke level USD2.650 per ons sebelum mungkin turun lagi setelahnya. Prospek harga emas masih terpengaruh oleh berbagai faktor, termasuk pernyataan dari pejabat bank sentral dan data ekonomi penting lainnya yang akan dirilis dalam beberapa hari ke depan.

    Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika dan data klaim pengangguran mingguan akan dirilis pada Kamis, sementara data penjualan ritel akan menyusul pada hari Jumat, 15 Oktober 2024 waktu setempat.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).