KABARBURSA.COM - Harga emas kembali merangkak naik setelah merosot 2,7 persen dalam perdagangan sebelumnya dari level tertinggi sepanjang masa. Penurunan harga emas awal pekan ini terjadi karena kekhawatiran akan konflik di Timur Tengah yang semakin mereda. Hal ini mendorong investor untuk mengurangi perdagangan safe-haven dan beralih ke aset-aset berisiko seperti saham.
Selasa 23 April 2024, pukul 7.28 WIB, harga emas spot menguat 0,19 persen menjadi US$ 2.331,86 per ons troi dari posisi sebelumnya US$ 2.327,30 per ons troi. Kemarin, harga emas spot merosot 2,7 persen ke US$ 2.327,30 per ons troi dari posisi penutupan pekan sebelumnya di US$ 2.391,93 per ons troi.
Penurunan harga emas pada awal pekan ini merupakan yang terbesar dalam lebih dari satu tahun.
Sementara itu, harga emas kontrak Juni 2024 di Bursa Komoditas pagi ini menguat tipis ke US$ 2.346,50 per ons troi dari posisi sebelumnya US$ 2.346,40 per ons troi. Kemarin, harga emas berjangka AS merosot 2,79 persen dari posisi sebelumnya US$ 2.413,80 per ons troi.
Beberapa risiko pembalasan yang dikhawatirkan di Timur Tengah telah mereda, yang menarik beberapa aktivitas penjualan emas. Namun, pertanyaannya adalah seberapa besar penurunannya, kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities kepada Reuters.
Iran meremehkan serangan drone balasan Israel, yang tampaknya bertujuan untuk menghindari eskalasi regional.
Emas juga terbebani oleh kenaikan indeks utama Wall Street. Penguatan pasar saham mengurangi permintaan akan aset safe-haven yang biasanya tidak memberikan imbal hasil.
Ketegangan geopolitik bersama dengan pembelian yang kuat dari bank sentral telah mendorong emas mencapai rekor tertinggi US$ 2.431,29 pada 12 April.
Investor sekarang menunggu laporan pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS yang akan dirilis pada Jumat untuk mendapatkan petunjuk mengenai prospek penurunan suku bunga AS.
Presiden Federal Reserve Chicago, Austan Goolsbee, pada Jumat menyatakan kemajuan dalam menurunkan inflasi telah stagnan tahun ini. Goolsbee adalah pejabat terbaru yang memperkuat pandangan bahwa penurunan suku bunga mungkin tidak segera terjadi.
“Emas berpotensi kembali mencapai rekor tertinggi jika laporan PCE mengejutkan dengan menunjukkan penurunan inflasi. Kami masih memperkirakan aktivitas pembelian di luar Asia akan tetap kuat karena emas dipandang sebagai lindung nilai yang dihargai dalam mata uang Asia,” kata Ghali.