Logo
>

Harga Emas Sentuh Level Tertinggi, Faktor Safe-Haven Jadi Pendorong

Ditulis oleh Syahrianto
Harga Emas Sentuh Level Tertinggi, Faktor Safe-Haven Jadi Pendorong

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga emas mencatatkan kenaikan signifikan pada Kamis, 2 Januari 2024, menyentuh level tertinggi dalam lebih dari dua minggu.

    Kenaikan tersebut dipicu oleh pembelian aset safe-haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Pasar juga mulai berspekulasi terhadap pandangan suku bunga Federal Reserve serta dampak dari tarif perdagangan yang direncanakan Presiden AS terpilih, Donald Trump.

    Seperti dikutip dari Reuters, emas spot naik 1,2 persen menjadi USD2.654,24 per ounce pada Kamis, 2 Januari 2025, menyentuh level tertinggi sejak 16 Desember. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup naik 1,1 persen pada USD2.669 per ounce.

    Menurut analis StoneX, Rhona O'Connell, meskipun tidak ada berita besar yang secara langsung menggerakkan pasar, kombinasi ketegangan geopolitik dan ketidakpastian finansial menjelang pelantikan Trump telah memberikan dukungan terhadap harga emas. "Ketegangan internasional serta potensi risiko ekonomi menjadi faktor utama," ujarnya melalui email.

    Emas dikenal sebagai aset yang kuat di lingkungan suku bunga rendah, sekaligus berfungsi sebagai lindung nilai terhadap risiko ekonomi dan geopolitik. Baru-baru ini, konflik internasional memberikan dorongan tambahan pada harga logam mulia ini.

    Rusia melancarkan serangan drone ke Kyiv pada Rabu pagi, menyebabkan kerusakan di dua distrik. Di tempat lain, militer Israel menyerang pinggiran Kota Gaza. Ketegangan geopolitik semacam ini mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset safe-haven seperti emas.

    Selain itu, pasar tengah menantikan sejumlah data ekonomi penting pekan depan, termasuk data lowongan pekerjaan AS, laporan ketenagakerjaan ADP, risalah pertemuan FOMC Desember, dan laporan ketenagakerjaan AS. Data-data ini diharapkan memberikan gambaran lebih jelas tentang prospek suku bunga The Fed di tahun 2025.

    Sepanjang tahun 2024, harga emas mencatatkan kenaikan tahunan sebesar lebih dari 27 persen, rekor tertinggi sejak 2010. Faktor pendorong utama meliputi pemotongan suku bunga, pembelian emas oleh bank sentral, dan ketegangan geopolitik. Analis Forex.com, Fawad Razaqzada, memperkirakan koreksi di awal 2025 dapat membuka jalan untuk reli baru. "Target harga emas sebesar USD3.000 per ounce sangat mungkin tercapai," katanya.

    Razaqzada juga menyoroti potensi pelemahan dolar AS akibat pembalikan "Trump trade", sebuah fenomena yang ditandai oleh penguatan dolar dan pasar ekuitas yang solid selama beberapa waktu terakhir. Pelemahan dolar ini diperkirakan akan memberikan dorongan lebih lanjut pada harga emas.

    Pelantikan Donald Trump pada 20 Januari telah meningkatkan ketidakpastian di pasar. Tarif perdagangan yang diusulkan dan kebijakan proteksionisnya diperkirakan bersifat inflasioner dan dapat memicu perang dagang global. Kondisi ini berpotensi meningkatkan permintaan emas sebagai aset perlindungan.

    Selain emas, logam mulia lainnya juga menunjukkan performa positif. Perak spot naik 1,9 persen menjadi USD29,43 per ounce, sementara platinum naik 1,9 persen menjadi USD920,72 per ounce. Palladium tetap stabil di USD910,64 per ounce.

    Dengan ketidakpastian global yang terus meningkat, emas dan logam mulia lainnya diprediksi akan tetap menjadi pilihan utama investor di tahun 2025.

    Harga Emas Sebelumnya

    Harga emas melemah dalam perdagangan dengan volume tipis pada Senin, 30 Desember 2024. Penurunan ini terjadi karena para pedagang menantikan katalis baru, termasuk data ekonomi Amerika Serikat yang akan dirilis minggu depan.

    Data tersebut berpotensi memengaruhi pandangan Federal Reserve (The Fed) terkait suku bunga untuk tahun 2025, serta kebijakan ekonomi yang akan diterapkan oleh Presiden terpilih Donald Trump.

    Seperti dilansir dari Reuters, harga emas spot turun sebesar 0,6 persen, menjadi USD2.604,49 per ons. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup 0,5 persen lebih rendah pada USD2.618,10 per ons.

    “Saya pikir ini hanya dampak dari perdagangan tipis menjelang liburan, mungkin juga ada penyesuaian akhir tahun dalam buku catatan,” kata Peter Grant, Wakil Presiden sekaligus ahli strategi logam senior di Zaner Metals.

    Ketegangan geopolitik diperkirakan akan tetap tinggi hingga tahun depan. Selain itu, bank sentral global diharapkan terus membeli emas sebagai bagian dari diversifikasi aset.

    Sementara itu, situasi utang AS kemungkinan akan memburuk, dengan defisit yang diproyeksikan meningkat di bawah pemerintahan Trump. Faktor-faktor ini dapat mendukung permintaan emas sebagai aset aman, tambah Grant.

    Harga emas telah mencatat kenaikan hampir 27 persen sepanjang tahun ini, dengan mencapai rekor tertinggi USD2.790,15 per ons pada 31 Oktober. Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh tingginya permintaan investor terhadap aset aman di tengah ketidakpastian geopolitik dan pemotongan suku bunga AS.

    Harapan terhadap perubahan besar dalam kebijakan ekonomi AS pada 2025 semakin meningkat menjelang pelantikan Donald Trump pada Januari mendatang. Beberapa kebijakan yang diantisipasi meliputi penerapan tarif baru, deregulasi, dan perubahan struktur perpajakan.

    Awal bulan ini, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengindikasikan sikap hati-hati terhadap pemotongan suku bunga lebih lanjut. Pernyataan ini muncul setelah Federal Reserve menurunkan suku bunga sebesar seperempat poin, yang sesuai dengan ekspektasi pasar.

    Serangkaian data ekonomi penting dari AS yang dijadwalkan rilis minggu depan mencakup angka lowongan pekerjaan, laporan ketenagakerjaan ADP, notulen pertemuan FOMC bulan Desember, dan laporan ketenagakerjaan nasional. Data ini akan memberikan gambaran tentang kondisi kesehatan ekonomi secara keseluruhan.

    Sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakstabilan, emas tetap diminati. Namun, suku bunga yang tinggi cenderung mengurangi daya tarik emas sebagai aset yang tidak menghasilkan imbal hasil.

    Sementara itu, harga logam mulia lainnya juga melemah. Harga perak spot turun 1,3 persen, menjadi USD28,98 per ons. Platinum turun 1,5 persen, menjadi USD905,62 per ons, setelah mencapai level terendah dalam lebih dari tiga bulan pada hari Jumat. Palladium juga mencatat penurunan 1 persen, menjadi USD902,16 per ons. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.