Logo
>

Harga Emas Tembus USD3.350, Investor Kabur dari Risiko

Emas naik tajam ke atas USD3.350 per ons setelah Trump lontarkan ancaman tarif baru dan pasar terguncang. Investor berbondong lari ke aset aman.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Emas Tembus USD3.350, Investor Kabur dari Risiko
Seorang penjual mengatur emas dalam etalase di Toko Emas Jason Jewelry Pasar MInggu, Rabu, 21 Mei 2025. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Emas kembali menunjukkan kilau paling stabilnya pekan ini. Pada Sabtu, 24 Mei 2025, dini hari WIB, harga emas spot naik hingga 1,6 persen dan menyentuh level USD3.351,95 per ons (sekitar Rp54,97 juta), tertinggi dalam enam pekan terakhir.

    Dilansir dari Mining di Jakarta, Sabtu, lonjakan ini datang tak lama setelah Presiden AS, Donald Trump, kembali melempar granat dagang—kali ini berupa ancaman tarif 50 persen terhadap produk-produk Uni Eropa mulai 1 Juni.

    Sementara itu, kontrak berjangka emas di New York ikut melonjak 1,7 persen ke level USD3.352,10 per ons (Rp54,97 juta), mengikuti jejak emas spot yang menguat di tengah kekacauan baru pasar global.

    Pasar saham langsung terperosok begitu Trump buka suara. Bahkan dolar AS pun ikut melemah. Hal ini membuat investor berlari ke emas. Tentu saja emas menjadibtempat berteduh klasik saat badai mulai datang

    Sejak awal tahun, harga emas sudah melesat lebih dari 25 persen. Hanya terpaut sekitar USD150 (Rp2,46 juta) dari rekor tertinggi yang tercapai bulan lalu. Perang dagang versi terbaru yang digagas Trump memang seperti api dalam sekam: menghanguskan sentimen risiko dan menyulut migrasi modal ke aset aman.

    Tak cukup dengan tarif untuk Eropa, Trump juga mengancam Apple dengan tarif 25 persen untuk iPhone yang dibuat di luar AS. Seketika, ekuitas tergelincir, dan emas justru bersinar.

    Namun bukan cuma tarif yang bikin emas makin memesona. Setelah Moody’s menurunkan peringkat utang AS pekan lalu, kini kekhawatiran membuncah soal kondisi fiskal negeri Paman Sam. Apalagi, RUU pajak andalan Trump baru saja disahkan DPR—kebijakan yang dikhawatirkan akan semakin memperlebar jurang defisit anggaran.

    “Penurunan peringkat dari Moody’s menunjukkan meningkatnya kekhawatiran terhadap stabilitas kredit AS. Kekhawatiran inflasi juga belum reda. Maka wajar kalau investor lari ke emas fisik. Dan dari situasi yang ada, ini baru permulaan,” ujar Direktur Pelaksana The Gold Bullion Company, Rick Kanda.

    Padahal, pekan ini imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun justru naik dan stabil di kisaran 4,5 persen. Dulu, kondisi begini jadi lawan berat bagi emas yang tak memberikan imbal hasil. Tapi sekarang, korelasi itu tampaknya mulai luntur. Investor rela melepas potensi bunga demi rasa aman.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).