KABARBURSA.COM – Harga emas dunia tergelincir pada perdagangan Sabtu, 26 Juli 2025, dini hari WIB, lantaran terseret penguatan dolar Amerika Serikat dan sinyal kemajuan dalam perundingan dagang antara AS dan Uni Eropa. Kombinasi ini mengikis permintaan investor terhadap aset lindung nilai seperti emas.
Dilansir dari Reuters, harga spot emas turun 1 persen menjadi USD3.333,12 per ons troi (sekitar Rp54,3 juta dengan kurs Rp16.300). Sementara itu, kontrak berjangka emas AS juga melemah 1,2 persen ke level USD3.333,70.
Indeks dolar AS (.DXY) menguat dari level terendah dua pekan terakhir, menjadikan emas lebih mahal bagi pembeli luar negeri. Di saat yang sama, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun cenderung stabil.
“Kesepakatan dagang dengan Jepang sangat signifikan, dan ada harapan tercapainya kesepakatan AS–UE sebelum tenggat 1 Agustus,” ujar Peter Grant, Wakil Presiden dan analis logam senior di Zaner Metals. Menurutnya, harapan itu telah menggerus minat investor terhadap aset aman karena selera risiko pasar sedang meningkat.
Setelah AS dan Jepang menyepakati pakta dagang awal pekan ini, Komisi Eropa menyatakan bahwa perjanjian dagang dengan AS kini tinggal selangkah lagi. Meski begitu, negara-negara anggota Uni Eropa tetap menyetujui pemberlakuan tarif balasan jika negosiasi berujung buntu.
Dari sisi data ekonomi, klaim tunjangan pengangguran AS turun ke titik terendah dalam tiga bulan terakhir, menandakan pasar tenaga kerja yang tetap stabil meski laju perekrutan melambat.
Stabilitas ini diperkirakan memberi ruang bagi The Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25 hingga 4,50 persen dalam rapat pekan depan, meskipun inflasi mulai menunjukkan kenaikan akibat tarif impor dari pemerintahan Trump.
Trump sendiri kembali menekan bank sentral dengan kunjungan mendadak ke kantor The Fed pekan ini, mendesak agar suku bunga diturunkan secara agresif.
Grant menambahkan bahwa emas mungkin menarik minat beli kembali jika harga turun ke kisaran USD3.300, namun kecil kemungkinan menembus rekor tertinggi baru sebelum keputusan The Fed diumumkan. “Rapat The Fed bisa jadi sinyal akan ada pemangkasan suku bunga di akhir tahun,” ujarnya.
Secara historis, emas cenderung berkinerja baik di tengah ketidakpastian dan rezim suku bunga rendah.
Selain emas, harga logam mulia lain juga mencatat pelemahan. Perak turun 2,1 persen menjadi USD38,25 per ons (sekitar Rp623.475), platinum melemah 1,6 persen ke USD1.385,94 (sekitar Rp22,58 juta), dan paladium terkoreksi 1,6 persen menjadi USD1.208,20 (sekitar Rp19,7 juta). Ketiganya mencatatkan kinerja mingguan negatif.(*)