Logo
>

Harga Minyak Anjlok Dua Persen: Terungkap Pemicunya

Ditulis oleh Syahrianto
Harga Minyak Anjlok Dua Persen: Terungkap Pemicunya

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak mengalami penurunan tajam hingga 2 persen pada Selasa, 13 Agustus 2024 yang dipicu oleh meredanya kekhawatiran di kalangan trader mengenai potensi eskalasi konflik yang lebih luas di Timur Tengah. Kekhawatiran tersebut berkurang setelah Iran belum melakukan aksi balasan terhadap Israel terkait pembunuhan seorang pejabat Hamas di Teheran.

    Menurut laporan dari Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup turun sebesar USD1,61 atau 1,96 persen menjadi USD80,69 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dari Amerika Serikat juga mencatat penurunan, dengan harga turun sebesar USD1,71 atau 2,14 persen menjadi USD78,35 per barel.

    Phil Flynn, seorang analis senior di Price Futures Group, menyatakan bahwa pasar sebelumnya memperkirakan adanya serangan balasan dari Iran terhadap Israel dalam waktu 24 hingga 48 jam. Namun, karena hal tersebut tidak terjadi, pasar kini mengurangi premi risiko geopolitik dari harga minyak. "Pasar merespon dengan mengurangi premi risiko tersebut dari harga minyak,” ungkap Flynn.

    Di sisi lain, Badan Energi Internasional (IEA) tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun 2024, namun mereka memangkas perkiraan untuk tahun 2025. Hal ini disebabkan oleh konsumsi minyak di China yang lesu, yang berdampak pada prospek pertumbuhan ekonomi global.

    Namun demikian, pada hari Senin, 12 Agustus 2024, harga Brent mengalami kenaikan lebih dari 3 persen, ditutup pada level USD82,30 per barel setelah sebelumnya mencapai harga penutupan terendah dalam tujuh bulan di level USD76,30. Di hari yang sama, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengumumkan pengurangan proyeksi permintaan untuk tahun 2024, meskipun kelompok tersebut bersama sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, berencana untuk meningkatkan produksi minyak mulai bulan Oktober.

    Ketegangan yang terus berlangsung di Timur Tengah berpotensi mengancam pasokan minyak dari wilayah penghasil utama tersebut. Namun, kemungkinan terjadinya perang yang lebih luas tampaknya semakin kecil setelah Iran menyatakan minatnya untuk mengadakan pembicaraan gencatan senjata yang baru dengan Hamas, dengan tujuan untuk mencegah tindakan balasan lebih lanjut.

    "Kami melihat adanya pengurangan premi risiko geopolitik," ungkap Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch Associates, memberikan pandangannya terhadap situasi ini.

    Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengumumkan pada akhir pekan lalu bahwa mereka akan mengirimkan kapal selam peluru kendali ke Timur Tengah sebagai langkah antisipasi terhadap kemungkinan serangan dari Iran dan sekutunya terhadap Israel. Langkah ini merupakan bagian dari strategi untuk menunjukkan kekuatan dan kesiapan, serta memberikan sinyal bahwa jika situasi semakin memburuk, dampaknya bisa sangat signifikan.

    Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho, New York, menjelaskan bahwa tindakan tersebut adalah bagian dari upaya untuk "menumpuk aset satu demi satu dan memberikan kesan bahwa jika ketegangan ini memanas, konsekuensinya bisa menjadi sangat serius." Peningkatan ketegangan ini muncul setelah Iran dan Hizbullah mengancam akan membalas tindakan terhadap pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan komandan militer Hizbullah, Fuad Shukr. Serangan balasan ini berpotensi memperluas konflik di Timur Tengah, yang bisa mempengaruhi pasokan minyak global dan menyebabkan lonjakan harga minyak.

    Yawger menambahkan bahwa serangan semacam itu berpotensi memicu tindakan embargo terhadap ekspor minyak mentah Iran oleh Amerika Serikat. Hal ini bisa berdampak pada pasokan minyak global, mengganggu sekitar 1,5 juta barel per hari dari pasar internasional.

    Di sisi lain, pasukan Israel terus melanjutkan operasi militer mereka di sekitar kota Khan Younis, Gaza Selatan. Pada hari Senin, pasca-serangan udara akhir pekan yang menargetkan sebuah kompleks sekolah, diperkirakan setidaknya 90 orang tewas, menurut laporan dari Layanan Darurat Sipil Gaza. Namun, Israel membantah angka kematian tersebut dan menyatakan bahwa laporan itu dibesar-besarkan. Sementara itu, Hamas tampaknya meragukan kemungkinan partisipasi dalam pembicaraan gencatan senjata yang baru, yang diusulkan pada Minggu.

    John Kilduff, mitra di Again Capital, New York, mencatat bahwa "Pasar semakin khawatir tentang kemungkinan terjadinya konflik regional yang meluas." Ia menambahkan bahwa konflik yang lebih besar dapat menyebabkan Israel menargetkan fasilitas minyak Iran dan berpotensi mengganggu produksi minyak dari produsen utama lainnya di wilayah tersebut, seperti Irak. Ketidakpastian ini dapat meningkatkan ketegangan di pasar minyak global dan berdampak pada harga energi di seluruh dunia.

    Sementara itu, Gedung Putih melalui juru bicara keamanan nasional John Kirby pada hari Senin, 12 Agustus 2024 menyatakan bahwa pemerintah Amerika Serikat telah mempersiapkan kemungkinan terjadinya serangan signifikan oleh Iran atau proksinya di kawasan tersebut dalam waktu dekat.

    Selain itu, pasar juga tengah menantikan laporan indeks harga konsumen (CPI) AS yang akan dirilis pada Rabu, 14 Agustus 2024. Laporan ini diharapkan memberikan gambaran penting mengenai kondisi inflasi di AS, yang dapat mempengaruhi keputusan kebijakan ekonomi lebih lanjut. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.