KABARBURSA.COM - Harga minyak mengalami penurunan tajam, menutup perdagangan dengan penurunan lebih dari USD 1 di awal bulan Agustus.
Minyak Brent kembali turun di bawah angka USD 80 per barel, seiring dengan pasokan global yang tampaknya tidak terpengaruh oleh ketegangan geopolitik yang berkembang setelah kematian seorang pemimpin Hamas di Iran. Fokus investor kini beralih pada kekhawatiran terkait permintaan minyak.
Pada hari Kamis 1 Agustus 2024, harga minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2024 turun USD 1,32 atau 1,6 persen, menjadi USD79,52 per barel. Sebaliknya, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2024 juga turun, melemah USD 1,60 atau 2,1 persen, menjadi USD 76,31 per barel.
Kenaikan tajam sekitar 4 persen pada sesi sebelumnya dipicu oleh kekhawatiran mengenai konflik Timur Tengah yang lebih luas, terkait dengan kematian pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, serta kematian komandan militer senior Hezbollah di Beirut. Meskipun demikian, pasar kini menilai bahwa gangguan pasokan yang nyata belum terjadi, dengan fokus beralih pada permintaan global.
Dennis Kissler, Senior Vice President of Trading di BOK Financial, menyatakan, “Ada kesadaran yang berkembang bahwa gangguan pasokan yang signifikan belum terlihat. Pasar mulai kembali memusatkan perhatian pada isu permintaan global untuk minyak mentah.”
Namun, analis mencatat bahwa investor tetap waspada terhadap potensi gangguan, terutama di jalur pengiriman minyak. Serangan oleh militan Houthi yang didukung Iran terhadap kapal-kapal di Laut Merah telah memaksa tanker untuk memilih rute alternatif yang lebih panjang.
OPEC+ memutuskan untuk mempertahankan kebijakan produksi minyaknya, termasuk rencana untuk mulai menghentikan salah satu lapisan pemotongan produksi mulai Oktober. Kebijakan OPEC+ yang disepakati pada Juni 2024 meliputi penghentian bertahap pemotongan sebesar 2,2 juta barel per hari dari Oktober 2024 hingga September 2025, serta perpanjangan pemotongan sebelumnya sebesar 3,66 juta barel per hari hingga akhir tahun 2025.
Sentimen positif untuk harga minyak datang dari data pemerintah AS yang menunjukkan bahwa permintaan ekspor yang kuat telah mendorong penurunan stok minyak mentah AS mingguan sebesar 3,4 juta barel.
Namun, dalam jangka panjang, ketidakpastian mengenai permintaan dari China masih membayangi pasar. Analis Phillip Nova Priyanka Sachdeva mengungkapkan, kekhawatiran ini akan membatasi potensi kenaikan harga minyak. Sebuah survei sektor swasta menunjukkan aktivitas manufaktur China pada Juli menyusut untuk pertama kalinya dalam sembilan bulan, dengan penurunan pesanan baru. Data resmi China juga menunjukkan aktivitas manufaktur menurun ke level terendah lima bulan pada Juli.
Di sisi lain, Bank of England memangkas suku bunga dari level tertinggi 16 tahun pada hari Kamis. Sementara itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengindikasikan bahwa suku bunga AS mungkin akan dipotong paling cepat pada bulan September. Penurunan suku bunga dapat menurunkan biaya pinjaman, meningkatkan aktivitas ekonomi, dan mendorong permintaan minyak.
Sentimen 2024
Di awal Agustus 2024, sentimen pasar minyak global tercermin dari volatilitas harga yang signifikan dan perubahan fokus investor. Berikut adalah gambaran menyeluruh mengenai dinamika dan faktor-faktor yang mempengaruhi pasar minyak saat ini:
Harga minyak mengalami penurunan tajam di awal bulan ini. Minyak Brent kembali berada di bawah USD80 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) turun ke level USD 76,31 per barel. Penurunan ini mencerminkan ketidakpastian pasar dan respons terhadap perubahan dalam kondisi geopolitik dan ekonomi global.
Pasar kini lebih memperhatikan aspek permintaan minyak ketimbang ketegangan geopolitik. Meskipun kekhawatiran mengenai krisis Timur Tengah sempat mendorong lonjakan harga, ketidakpastian tentang pasokan nyata masih membayangi. Ini menunjukkan bahwa investor menilai bahwa gangguan pasokan belum benar-benar terjadi, dan fokus mereka beralih pada tren permintaan global.
Ketegangan di Timur Tengah, termasuk kematian seorang pemimpin Hamas di Iran dan komandan militer Hezbollah di Beirut, sempat menyebabkan lonjakan harga minyak. Namun, pasokan global tetap stabil, dan pasar mulai menilai dampak konflik ini terhadap harga minyak dalam konteks yang lebih luas.
OPEC+ telah memutuskan untuk mempertahankan kebijakan produksinya tanpa perubahan signifikan. Rencana untuk menghentikan sebagian pemotongan produksi mulai Oktober 2024 dan perpanjangan pemotongan sebelumnya memberikan dampak terhadap pasar. Kebijakan ini dirancang untuk mengatur keseimbangan antara penawaran dan permintaan minyak global.
Ketidakpastian mengenai permintaan dari China juga membebani pasar. Data terbaru menunjukkan penurunan aktivitas manufaktur di China, yang berdampak pada permintaan minyak. Penurunan pesanan baru dan aktivitas manufaktur yang menurun ke level terendah dalam lima bulan menunjukkan bahwa prospek permintaan dari pasar terbesar kedua di dunia masih menjadi perhatian.
Data dari AS menunjukkan bahwa permintaan ekspor yang kuat telah menyebabkan penurunan stok minyak mentah mingguan sebesar 3,4 juta barel. Ini memberikan sentimen positif sementara bagi pasar minyak, meskipun ketidakpastian terkait permintaan global tetap ada.
Langkah-langkah bank sentral, seperti pemotongan suku bunga oleh Bank of England dan kemungkinan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve, turut memengaruhi sentimen pasar. Penurunan suku bunga dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan, pada gilirannya, permintaan minyak. (*)