KABARBURSA.COM - Harga minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) menunjukkan pergerakan positif, didukung oleh penurunan persediaan minyak di Amerika Serikat yang lebih besar dari perkiraan.
Harga Brent untuk kontrak pengiriman September 2024 naik 0,1 persen menjadi USD87,43 per barel, sementara WTI untuk kontrak pengiriman Agustus 2024 mencapai USD84,06 per barel, meskipun perdagangan relatif sepi karena libur Hari Kemerdekaan AS.
Penurunan stok minyak mentah AS sebesar 12,2 juta barel, jauh di atas perkiraan analis yang hanya 680.000 barel, menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga ini.
Brent sebelumnya juga mengalami kenaikan 1,3 persen ke USD87,34 per barel, yang merupakan penutupan tertinggi sejak 30 April. WTI juga mencatatkan penutupan tertinggi dalam 11 minggu di USD83,88 per barel.
Selain faktor persediaan, pasar juga dipengaruhi oleh situasi geopolitik, seperti perang di Gaza dan pemilu di Perancis dan Inggris, serta perdagangan yang sepi. Analis RBN Energy, Martin King, menyatakan bahwa para pedagang memperhatikan pasar fisik dan kondisi geopolitik saat ini.
Meski harga minyak sempat turun sebesar 83 sen, pelemahan ini diperkirakan tidak bertahan lama karena pelemahan dolar AS dan prospek permintaan bahan bakar yang lebih cerah setelah data EIA. Analis PVM, Tamas Varga, juga menyoroti bahwa data ekonomi yang lebih lemah di Jerman dan peningkatan permohonan tunjangan pengangguran di AS dapat mempercepat penurunan suku bunga oleh Federal Reserve, yang dapat mendukung pasar minyak.
Faktor lain yang mempengaruhi pasar adalah laporan Reuters bahwa produsen minyak Rusia, Rosneft dan Lukoil, akan mengurangi ekspor minyak dari pelabuhan Laut Hitam Novorossiisk pada bulan Juli. Di sisi lain, Saudi Aramco mengurangi harga minyak mentah ringan Arab yang dijual ke Asia, yang mencerminkan tekanan yang dihadapi oleh produsen OPEC karena pasokan non-OPEC terus meningkat sementara perekonomian global menghadapi hambatan.
Bank Swiss UBS memperkirakan harga minyak mentah Brent akan mencapai USD90 per barel pada kuartal ini, dengan mengutip pengurangan produksi OPEC+ dan proyeksi penurunan persediaan minyak.
Persediaan Global
Harga minyak mengalami kenaikan sekitar 1 persen setelah terjadi penurunan stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS) yang lebih besar dari perkiraan. Namun, kenaikan ini terbatas karena adanya kekhawatiran tentang peningkatan persediaan global di tengah perdagangan yang tipis menjelang libur Hari Kemerdekaan AS.
Pada hari Rabu, 3 Juli 2024, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk pengiriman September 2024 naik sebesar USD1,10 atau 1,3 persen menjadi USD87,34 per barel.
Sejalan dengan itu, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2024 juga naik sebesar USD1,07 atau 1,3 persen menjadi USD83,88 per barel.
Laporan dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa penyimpanan minyak mentah AS turun sebesar 12,2 juta barel pada minggu lalu. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan perkiraan para analis dalam jajak pendapat, yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 680.000 barel.
“Ekspor yang kuat, sedikit penurunan impor, dan pulihnya pengoperasian kilang berkolusi untuk menarik persediaan minyak mentah sebesar 12 juta barel,” kata Matt Smith, analis minyak dari Kpler.
Namun, reaksi pasar tidak begitu signifikan karena volume perdagangan yang lebih rendah menjelang Hari Kemerdekaan, menurut para analis.
Potensi gangguan pasokan akibat Badai Beryl juga berperan dalam menjaga harga tetap tinggi, meskipun kekhawatiran berkurang setelah Pusat Badai Nasional AS menyatakan bahwa badai tersebut diperkirakan akan melemah saat memasuki Teluk Meksiko minggu ini.
Meski demikian, dampak hujan dan angin masih dapat mengganggu produksi minyak lepas pantai Meksiko serta infrastruktur ekspornya, yang berpotensi memperketat pasokan, kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates. Meksiko merupakan salah satu eksportir minyak mentah utama.
Produksi OPEC naik untuk bulan kedua berturut-turut pada bulan Juni, berdasarkan survei Reuters pada hari Selasa, yang turut membebani harga minyak.
Pasokan yang lebih tinggi dari Nigeria dan Iran mengimbangi dampak pengurangan pasokan secara sukarela oleh anggota lain dan aliansi OPEC+ yang lebih luas.
“OPEC+ dilaporkan telah meningkatkan produksi pada Juni kemarin meskipun ada janji untuk menjaga kuota hingga kuartal ketiga, dan kekhawatiran yang masih ada mengenai pemulihan yang lambat di Tiongkok mengirimkan sinyal bearish,” kata Kelty dari Panmure Gordon.
Selain itu, survei menunjukkan bahwa aktivitas jasa di China berkembang pada laju paling lambat dalam delapan bulan dan kepercayaan mencapai titik terendah dalam empat tahun pada bulan Juni, yang juga menekan harga.