Logo
>

Harga Minyak Dunia Tembus Level Tertinggi dalam Dua Pekan

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Minyak Dunia Tembus Level Tertinggi dalam Dua Pekan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia terus naik hingga mencapai level tertinggi dalam dua pekan terakhir pada Selasa waktu Amerika atau Rabu, 12 Februari 2025, dini hari WIB. Penyebabnya adalah sanksi baru yang makin memperketat pasokan minyak dari Rusia dan Iran, ditambah lagi dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

    Kenaikan ini mengalahkan kekhawatiran bahwa tarif perdagangan baru Presiden AS Donald Trump bisa memperburuk inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

    Harga minyak mentah Brent naik USD1,13 atau 1,5 persen ke USD77,00 (sekitar Rp1,23 juta) per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat USD1,00 atau 1,4 persen ke USD73,32 (sekitar Rp1,17 juta) per barel. Dengan kenaikan ini, Brent dan WTI sudah menguat selama tiga hari berturut-turut dan mencatatkan harga penutupan tertinggi sejak 28 Januari lalu.

    Analis minyak dari PVM, John Evans, menyebut pasar minyak Asia tetap stabil dan menopang kenaikan harga sejak kemarin. “Dengan AS semakin menekan ekspor Iran dan sanksi yang masih menggigit aliran minyak Rusia, harga minyak mentah Asia tetap kuat dan mendukung reli yang terjadi,” ujarnya, dikutip dari Reuters di Jakarta, Rabu.

    Sanksi baru AS menargetkan kapal tanker, produsen, dan perusahaan asuransi yang terlibat dalam pengiriman minyak Rusia ke China dan India—dua pembeli terbesar minyak Moskow. Sementara itu, Washington juga memperketat sanksi terhadap jaringan pengiriman minyak Iran ke China setelah Trump mengembalikan kebijakan tekanan maksimum terhadap ekspor minyak Iran pekan lalu.

    Ketidakpastian pasokan semakin meningkat dengan ancaman konflik baru di Timur Tengah. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan gencatan senjata di Gaza akan berakhir jika Hamas tidak membebaskan sandera Israel sebelum Sabtu siang pekanini. Pernyataan ini muncul setelah Trump memberikan ultimatum kepada Hamas agar membebaskan seluruh sandera sebelum Sabtu siang, atau ia akan mengusulkan pembatalan gencatan senjata dan “membiarkan neraka meledak.”

    Sebagai tambahan, Trump juga mengancam akan menahan bantuan untuk Yordania dan Mesir jika kedua negara itu menolak menerima pengungsi Palestina yang direlokasi dari Gaza. Trump dijadwalkan bertemu dengan Raja Abdullah dari Yordania pada pekan ini untuk membahas isu tersebut.

    Tarif Trump dan Dampaknya ke Harga Minyak

    Meski harga minyak terus naik, pasar masih dibayangi kekhawatiran bahwa kebijakan tarif terbaru Trump bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan energi. Pada Senin kemarin, Trump menaikkan tarif impor baja dan aluminium ke AS menjadi 25 persen tanpa pengecualian atau dispensasi. Langkah ini langsung menuai kecaman dari Meksiko, Kanada, dan Uni Eropa, yang menuduh kebijakan Trump hanya akan memperburuk ketegangan perdagangan global.

    “Tarif dan aksi balasan berpotensi menekan sektor ekonomi yang banyak mengonsumsi minyak, menciptakan ketidakpastian terhadap permintaan energi,” tulis Morgan Stanley dalam sebuah catatan riset.

    Produksi dan Konsumsi Minyak Diprediksi Cetak Rekor Baru

    [caption id="attachment_104320" align="alignnone" width="680"] Kapal Temporary Storage Tanker (TST) Fastron dan tanker Maersk Cayman milik PT Prima Energi Bawean saat proses lifting perdana minyak mentah dari Lapangan Camar, Wilayah Kerja Bawean, Rabu, 4 Desember 2024. Foto: Dok. PT PEB[/caption]

    Pasar energi global diprediksi bakal makin panas dalam dua tahun ke depan. Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) dalam laporan Short-Term Energy Outlook (STEO) memperkirakan bahwa produksi dan konsumsi minyak dunia akan mencapai level tertinggi sepanjang sejarah pada 2025 dan 2026.

    Menurut EIA, produksi minyak global diproyeksikan meningkat menjadi 104,6 juta barel per hari (bph) pada 2025 dan naik lagi menjadi 106,2 juta bph pada 2026. Sebagai perbandingan, produksi tahun 2024 yang sudah mencetak rekor pun masih berada di angka 102,8 juta bph.

    Di sisi lain, permintaan minyak dunia juga akan terus menanjak. Konsumsi global diprediksi mencapai 104,1 juta bph pada 2025 dan naik ke 105,2 juta bph pada 2026, melampaui rekor sebelumnya di 2024 yang juga sebesar 102,8 juta bph.

    Sementara itu, pasar energi tengah menanti rilis data stok minyak dari American Petroleum Institute (API) pada Selasa, 11 Februari 2025, sebelum Energy Information Administration (EIA) merilis data resminya sehari setelahnya.

    Para analis memperkirakan perusahaan energi AS menambah 3 juta barel ke cadangan minyak nasional selama pekan yang berakhir pada 7 Februari. Jika prediksi ini benar, maka ini akan menjadi kali pertama dalam tiga minggu berturut-turut sejak pertengahan November tahun lalu bahwa stok minyak AS mengalami peningkatan.

    Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun lalu, stok minyak AS melonjak 12 juta barel, jauh lebih besar dari rata-rata kenaikan 4,9 juta barel selama lima tahun terakhir (2020-2024).(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).