Logo
>

Harga Minyak Melemah Jelang Negosiasi Nuklir

Harga Brent dan WTI terkoreksi usai reli, dipicu ketegangan AS–Iran jelang pembicaraan nuklir dan penarikan personel dari Timur Tengah.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Minyak Melemah Jelang Negosiasi Nuklir
Ilustrasi: Harga minyak turun setelah AS tarik personel dari Timur Tengah. Pasar menanti hasil negosiasi nuklir dengan Iran yang dijadwalkan akhir pekan ini. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Harga minyak dunia melemah pada perdagangan Kamis, 12 Juni 2025, setelah sempat menguat di awal sesi. Pelemahan ini terjadi seiring pelaku pasar mencermati keputusan Amerika Serikat untuk menarik sebagian personelnya dari Timur Tengah menjelang pertemuan penting dengan Iran soal program nuklir negara tersebut.

    Dilansir dari Reuters di Jakarta, Kamis, Harga minyak Brent turun 49 sen atau 0,7 persen menjadi USD 69,28 per barel pada pukul 06.30 GMT. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah 41 sen atau 0,6 persen ke level USD 67,74 per barel.

    Sehari sebelumnya, kedua acuan harga minyak tersebut sempat melonjak lebih dari 4 persen ke level tertingginya sejak awal April. Lonjakan itu dipicu kekhawatiran eskalasi geopolitik setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan wilayah Timur Tengah bisa menjadi tempat yang berbahaya.

    Trump juga menegaskan Amerika tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir. Iran sendiri menyebut aktivitas nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai.

    Ketegangan yang meningkat antara Washington dan Teheran memicu kekhawatiran pasar soal gangguan pasokan minyak. Pertemuan kedua pihak dijadwalkan berlangsung pada Minggu mendatang.

    Menurut Direktur Riset Komoditas Energi dan Pertambangan di Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar, sebagian dari lonjakan harga minyak yang sempat membawa Brent ke atas USD 70 per barel dinilai berlebihan. Ia menambahkan tidak ada ancaman spesifik dari Iran yang diidentifikasi AS.

    Dhar menilai, respons Iran sangat bergantung pada apakah AS akan meningkatkan ketegangan. Ia juga menyebut koreksi harga saat ini wajar terjadi, namun premi geopolitik yang menjaga harga Brent di atas USD 65 per barel kemungkinan akan bertahan sampai ada kejelasan lebih lanjut soal negosiasi nuklir kedua negara.

    Sumber Reuters menyebutkan, AS tengah menyiapkan evakuasi sebagian personel dari Kedutaan Besar di Irak dan mengizinkan keluarga personel militer untuk meninggalkan kawasan Timur Tengah karena risiko keamanan yang meningkat. Irak merupakan produsen minyak terbesar kedua di OPEC setelah Arab Saudi. Keluarga personel militer AS di Bahrain juga dilaporkan boleh meninggalkan wilayah tersebut.

    Analis senior pasar di OANDA, Kelvin Wong, menyebut harga minyak mulai terkoreksi setelah menyentuh level resistance teknikal penting pada reli hari Rabu. Ia menambahkan, sebagian pelaku pasar bertaruh pertemuan Minggu nanti bisa menurunkan tensi konflik AS–Iran.

    Trump berulang kali mengancam akan membombardir Iran jika negosiasi nuklir, termasuk soal pengayaan uranium, tidak menemui titik temu. Di sisi lain, Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh menyampaikan Iran akan menyerang pangkalan militer AS di kawasan jika perundingan gagal dan konflik militer dimulai.

    Utusan Khusus AS Steve Witkoff dijadwalkan bertemu Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi di Oman pada hari Minggu, guna membahas tanggapan Iran atas proposal kesepakatan nuklir yang diajukan AS.

    Sementara itu, data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) mencatat stok minyak mentah Amerika turun 3,6 juta barel menjadi 432,4 juta barel pada pekan lalu. Angka ini lebih besar dari perkiraan analis yang disurvei Reuters, yang memperkirakan penurunan hanya sekitar 2 juta barel.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).