Logo
>

Harga Minyak Menguat Meski Masih Tertekan

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Minyak Menguat Meski Masih Tertekan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia ditutup menguat pada Jumat, 27 September 2024 waktu setempat, atau Sabtu dini hari di Indonesia. Meski begitu, secara mingguan minyak dunia mengalami penurunan. Investor mempertimbangkan kenaikan pasokan global di tengah stimulus baru dari China, sebagai pengimpor minyak mentah terbesar dunia.

    Dilansir dari Reuters, Sabtu, 28 September 2024, harga minyak Brent naik sebesar 38 sen atau 0,53 persen, menjadi USD71,89 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat naik 51 sen atau 0,75 persen, menjadi USD68,18 per barel. Meski demikian, dalam sepekan, harga Brent turun sekitar 3 persen, dan WTI melemah sekitar 5 persen.

    Bank sentral China pada Jumat menurunkan suku bunga dan menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem perbankan, dengan tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi menuju target 5 persen tahun ini.

    Diperkirakan, akan ada lebih banyak langkah fiskal yang diumumkan sebelum liburan nasional China yang dimulai 1 Oktober. Hal ini menyusul pertemuan para pemimpin tertinggi Partai Komunis yang menunjukkan peningkatan urgensi terkait tantangan ekonomi yang semakin besar.

    “Meski stimulus dari China agresif, kekhawatiran akan kelebihan pasokan dari rencana OPEC untuk menambah produksi menekan harga,” tulis para analis dari Aegis Hedging dalam catatan mereka, kemarin.

    OPEC dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, akan tetap melanjutkan rencana peningkatan produksi sebesar 180 ribu barel per hari (bpd) setiap bulan mulai Desember, menurut dua sumber OPEC+.

    Sebuah laporan Financial Times tiga hari lalu menyebut peningkatan produksi ini disebabkan oleh keputusan Arab Saudi untuk meninggalkan target harga minyak USD100 per barel dan fokus pada penguasaan pangsa pasar.

    Arab Saudi berulang kali membantah memiliki target harga minyak tertentu. Sumber lain di OPEC+ juga menegaskan bahwa rencana peningkatan produksi dari Desember tidak mewakili perubahan besar dari kebijakan yang ada.

    Selain itu, pasar minyak global diperkirakan akan dibanjiri lebih banyak pasokan setelah faksi-faksi yang bersaing untuk menguasai Bank Sentral Libya mencapai kesepakatan untuk mengakhiri sengketa mereka pada Kamis. Konflik tersebut menyebabkan ekspor minyak mentah Libya turun menjadi 400 ribu barel per hari bulan ini, dari lebih dari 1 juta barel pada bulan sebelumnya.

    Di Amerika Serikat, beberapa operator mulai kembali beroperasi di Teluk Meksiko setelah Badai Helene menghantam Florida pada Kamis malam. Chevron pada Jumat mengerahkan kembali personel dan memulihkan produksi di platform yang mereka operasikan.

    Badai yang tercatat sebagai yang ketujuh paling kuat yang melanda Florida tersebut diperkirakan akan berdampak pada penurunan permintaan bahan bakar di negara bagian tersebut, yang merupakan konsumen bensin terbesar ketiga di Amerika Serikat.

    "Setelah badai ini, permintaan akan bahan bakar di Florida kemungkinan menurun, karena banyak wilayah yang terdampak parah," kata John Kilduff, mitra di Again Capital, New York.

    Sementara itu, data belanja konsumen AS yang meningkat pada Agustus menunjukkan ekonomi terbesar dunia tersebut tetap kuat di kuartal ketiga, dengan tekanan inflasi yang stabil.

    "Data inflasi AS membuka peluang untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed," ujar analis UBS Giovanni Staunovo.

    Federal Reserve AS minggu lalu memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin, memulai serangkaian pelonggaran kebijakan moneter yang diperkirakan akan terus berlanjut.

    Ketegangan di Timur Tengah juga menahan penurunan harga lebih lanjut. Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, mengatakan serangan Israel ke pinggiran selatan Beirut pada Jumat menunjukkan bahwa Israel "tidak peduli" dengan upaya perdamaian. Meningkatnya ketegangan di wilayah ini dapat mengancam pasokan minyak global.

    Terjun Bebas

    Harga minyak sebelumnya atau pada Kamis, 26 September 2024, terus mengalami penurunan, setelah laporan dari Financial Times menyebutkan Arab Saudi, sebagai pengekspor minyak terbesar dunia, berencana untuk mengabaikan target harga USD 100 per barel. Negara ini bersiap meningkatkan produksinya bersama anggota OPEC dan sekutunya pada Desember mendatang.

    Berdasarkan laporan Reuters yang dikutip Jumat, 27 September 2024, harga minyak Brent turun USD 1,86 atau 2,53 persen menjadi USD 71,6 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami penurunan sebesar USD 2,02 atau 2,9 persen, ditutup di USD 67,67 per barel.

    Laporan dari Financial Timesmengungkapkan bahwa Arab Saudi berencana meninggalkan target harga tidak resmi sebesar USD 100 per barel, bersiap meningkatkan produksi minyak mentahnya. Informasi ini diperoleh dari sumber yang memahami situasi tersebut.

    Dua sumber dari OPEC+ mengonfirmasi kepada Reuters bahwa kelompok produsen ini bersiap untuk kembali meningkatkan produksi pada Desember. Meskipun beberapa anggota berencana mengurangi produksi lebih besar sebagai kompensasi atas kelebihan produksi pada September dan bulan-bulan selanjutnya, dampak dari peningkatan ini diperkirakan akan kecil.

    “Mereka bereaksi berlebihan terhadap laporan dari Financial Times,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.

    Sementara itu, Tamas Varga, analis dari PVM, menjelaskan bahwa rencana untuk mengakhiri pengurangan produksi yang sedang berlangsung akan menambah sekitar 180 ribu barel minyak mentah per hari (bph) ke pasar setiap bulan. Meskipun hal ini akan sedikit memperlonggar keseimbangan minyak global, langkah tersebut akan mengurangi kapasitas produksi cadangan OPEC, yang dapat menyebabkan peningkatan stok pada 2025 dan memberi tekanan moderat pada harga.

    “Yang lebih krusial adalah apakah langkah ini akan memicu perang pasokan di antara negara-negara anggota OPEC dan luar organisasi. Jika terjadi, penurunan harga yang tajam hingga USD 40 per barel bisa saja terjadi,” ungkap Varga.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).