KABARBURSA.COM – Harga minyak mentah dunia mulai menguat pada awal pekan ini setelah Amerika Serikat mencapai kesepakatan dagang dengan Uni Eropa dan berpeluang memperpanjang jeda tarif dengan China. Kedua langkah tersebut dinilai meredakan ketegangan dagang yang sempat memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan berkurangnya permintaan energi.
Kontrak berjangka minyak Brent naik 20 sen menjadi USD68,64 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 15 sen ke level USD65,31 per barel.
Analis pasar IG Markets, Tony Sycamore, menyebut kesepakatan AS-Uni Eropa serta kemungkinan perpanjangan jeda tarif dengan China menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan dan harga minyak dunia. “Dengan risiko perang dagang berkepanjangan yang mulai mereda, pasar merespons secara positif,” ujar Sycamore dalam catatan analisanya, dikutip dari Reuters di Jakarta, Senin, 28 Juli 2025.
Dalam perjanjian terbaru, kedua pihak sepakat menetapkan tarif impor sebesar 15 persen atas sebagian besar produk dari Uni Eropa—setengah dari tarif yang sebelumnya diancamkan. Kesepakatan ini dinilai berhasil mencegah konflik dagang yang lebih besar antara dua mitra strategis yang selama ini mewakili hampir sepertiga perdagangan global.
Sementara itu, negosiator senior dari AS dan China dijadwalkan bertemu di Stockholm pada Senin ini, menjelang tenggat 12 Agustus, untuk memperpanjang masa damai tarif yang tengah berlangsung. Jika negosiasi ini berhasil, ketegangan dagang antara dua raksasa ekonomi itu berpeluang terus mereda.
Sebelumnya, harga minyak ditutup melemah pada Jumat pekan lalu—level terendah dalam tiga pekan terakhir karena dipicu kekhawatiran akan kelebihan pasokan global dan potensi peningkatan produksi dari Venezuela. Perusahaan minyak negara Venezuela, PDVSA, tengah mempersiapkan untuk kembali mengoperasikan proyek-proyek minyak bersama setelah Presiden AS Donald Trump membuka kemungkinan pemberian izin ekspor melalui skema barter, seperti yang pernah diberlakukan pada era Biden.
Meski harga minyak kembali naik, penguatannya masih dibatasi oleh potensi pelonggaran pembatasan produksi oleh OPEC+. Kelompok negara eksportir minyak dan sekutunya dijadwalkan menggelar pertemuan panel pemantauan pasar pada Senin siang waktu GMT.
Empat delegasi OPEC+ menyatakan bahwa kelompok itu kemungkinan tidak akan mengubah rencana peningkatan produksi sebesar 548 ribu barel per hari pada Agustus. Namun satu sumber lain menyebut, keputusan akhir masih terlalu dini untuk dipastikan.
Bank ING memperkirakan OPEC+ akan menyelesaikan proses pengembalian penuh terhadap pemotongan pasokan sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga akhir September. Dengan demikian, setidaknya akan ada tambahan pasokan sebesar 280 ribu barel per hari pada bulan tersebut, meskipun masih terbuka peluang kenaikan yang lebih agresif. Para produsen disebut ingin merebut kembali pangsa pasar saat permintaan meningkat di musim panas.
Sementara itu, analis JP Morgan mencatat bahwa permintaan minyak global naik 600 ribu barel per hari secara tahunan pada Juli, disertai dengan peningkatan stok global sebesar 1,6 juta barel per hari.
Dari kawasan Timur Tengah, kelompok Houthi di Yaman menyatakan akan menargetkan kapal-kapal milik perusahaan yang menjalin hubungan dagang dengan pelabuhan Israel, tanpa memandang asal negaranya. Aksi ini disebut sebagai fase keempat operasi militer mereka atas konflik Gaza, dan menambah ketegangan geopolitik yang dapat berdampak pada rantai pasok minyak dunia.(*)