Logo
>

Harga Minyak Terjun ke Titik Terendah Efek Badai Tropis Francine

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Minyak Terjun ke Titik Terendah Efek Badai Tropis Francine

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pada Selasa, 10 September 2024, harga minyak terperosok ke titik terendah sejak Desember 2021. Kejatuhan harga ini dipengaruhi oleh penurunan proyeksi permintaan minyak dari OPEC+ untuk tahun 2024 dan 2025, di tengah kekhawatiran soal potensi gangguan pasokan akibat Badai Tropis Francine.

    Menurut laporan Reuters, harga minyak Brent turun sebesar USD2,65 atau 3,69 persen menjadi USD69,19 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dari Amerika Serikat juga merosot USD2,96 atau 4,31 persen menjadi USD65,75 per barel. Kedua acuan harga ini sempat anjlok lebih dari USD3 selama sesi perdagangan, setelah sebelumnya masing-masing mencatat kenaikan sekitar 1 persen pada Senin lalu. WTI bahkan turun lebih dari 5 persen, menyentuh level terendah sejak Mei 2023.

    Dalam laporan bulanan, OPEC mengumumkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2024 dipangkas menjadi 2,03 juta barel per hari (bph) dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,11 juta bph. Hingga bulan lalu, OPEC masih mempertahankan perkiraan tersebut sejak Juli 2023.

    Selain itu, OPEC juga memangkas proyeksi permintaan minyak global untuk 2025, menurunkannya menjadi 1,74 juta bph dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,78 juta bph. Penurunan harga ini lebih lanjut disebabkan oleh ekspektasi bahwa pasokan minyak akan melebihi permintaan dalam jangka menengah.

    Di sisi lain, Badan Informasi Energi AS (EIA) memperkirakan permintaan minyak global tahun ini akan mencapai 103,1 juta bph, naik 200.000 bphbdari perkiraan sebelumnya sebesar 102,9 juta bph. Namun, meskipun ada revisi positif ini, harga minyak tetap tertekan oleh kekhawatiran mengenai kondisi ekonomi China yang melemah.

    Data yang dirilis pada Selasa, 10 September 2024, menunjukkan ekspor China mengalami peningkatan pada Agustus, tumbuh pada laju tercepat dalam hampir satu setengah tahun. Namun, data impor justru menunjukkan pelemahan, mencerminkan rendahnya permintaan domestik. Selain itu, margin kilang minyak di Asia mencapai level terendah musiman sejak 2020, akibat tingginya pasokan solar dan bensin.

    "Permintaan minyak dari negara-negara maju hampir stagnan tahun ini. Kebijakan stimulus fiskal di China juga belum berhasil mendorong sektor konstruksi, yang merupakan salah satu alasan utama permintaan diesel di China mengalami penurunan," ujar ahli strategi pasar minyak, Clay Seigle.

    Perlambatan Ekonomi Global

    Analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn, mengata para investor semakin mencemaskan perlambatan ekonomi global. Hal ini berdampak pada sektor energi, yang menjadi sektor paling merugi di antara S&P 500 pada Selasa kemarin. Sejumlah perusahaan energi besar seperti Hess, Chevron, Occidental Petroleum, Halliburton, SLB, Ovintiv, dan Devon Energy mengalami penurunan harga saham ke level terendah dalam 52 minggu terakhir.

    Sementara itu, Badai Tropis Francine yang melanda Teluk Meksiko memaksa para operator minyak untuk menghentikan sekitar seperempat produksi minyak lepas pantai. Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan AS melaporkan badai ini berdampak pada sekitar 15 persen dari total produksi minyak domestik AS, serta 2 persen dari produksi gas alam.

    Badai tersebut diprediksi akan berkembang menjadi badai besar. Beberapa perusahaan minyak seperti Exxon Mobil, Shell, dan Chevron telah mengevakuasi staf mereka dari platform lepas pantai dan menghentikan sebagian operasi minyak dan gas di Teluk Meksiko. Namun, penghentian sementara ini dinilai belum cukup untuk membalikkan sentimen pasar yang cenderung lemah akibat permintaan global yang menurun.

    Sementara itu, survei awal dari Reuters memperkirakan persediaan minyak mentah dan bahan bakar sulingan di AS kemungkinan akan meningkat pada minggu lalu, sementara persediaan bensin diprediksi menurun. Survei ini dilakukan sebelum rilis laporan mingguan dari American Petroleum Institute dan EIA yang dijadwalkan pada Rabu, 11 September 2024.

    Naik 1 Persen

    Harga minyak sebelumnya berhasil naik lebih dari 1 persen pada Senin, 9 September 2024, setelah mengalami penurunan ke level terendah pada pekan lalu.

    Peningkatan harga ini dipicu oleh kekhawatiran akan badai tropis yang diprediksi akan melanda wilayah Louisiana pada Rabu, 11 September 2024. Ancaman badai tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa produksi dan pengolahan minyak di sepanjang pesisir Teluk Meksiko, Amerika Serikat (AS), dapat terganggu secara signifikan.

    Menurut laporan Reuters, harga minyak Brent naik 78 sen atau sekitar 1,1 persen, sehingga mencapai harga USD71,84 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS mencatat peningkatan lebih tinggi, dengan kenaikan sebesar USD1,04 atau 1,5 persen, dan diperdagangkan pada harga USD68,71 per barel.

    Sebelumnya, pada Jumat, 6 September 2024, harga minyak Brent dan minyak diesel AS sempat jatuh ke level terendah yang belum pernah terjadi sejak Desember 2021. Selain itu, harga WTI juga turun ke titik terendah sejak Juni 2023. Penurunan ini tidak hanya terbatas pada minyak mentah, tetapi juga berdampak pada harga bensin di AS yang ditutup pada level terendah sejak Februari 2021.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).