KABARBURSA.COM - Pada 2023, permintaan pinjaman dari perusahaan yang menghasilkan bahan bakar fosil turun 6 persen dibandingkan tahun sebelumnya, kemudian turun lagi 1 persen pada 2022.
Meskipun ini mungkin terdengar sebagai perkembangan positif dari sudut pandang lingkungan, fakta bahwa perusahaan minyak dan gas (migas) tidak lagi mengandalkan pinjaman bank sebanyak sebelumnya tidak selalu menandakan penurunan investasi dan produksi. Ini disebabkan oleh pendapatan yang melimpah dari bisnis inti mereka.
Andrew John Stevenson, seorang analis senior di Bloomberg Intelligence, menyatakan bahwa tren ini kemungkinan akan berlanjut hingga akhir dekade ini. Perusahaan migas saat ini memiliki arus kas yang sangat kuat, yang mencerminkan kesehatan keuangan mereka yang didukung oleh kenaikan harga minyak dan permintaan yang kuat.
Meskipun bank telah memainkan peran penting dalam mendukung belanja modal perusahaan migas, tren ini tampaknya berubah. Rasio arus kas bebas terhadap belanja modal industri migas terus meningkat, menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan ini menghasilkan lebih banyak uang tunai daripada yang mereka butuhkan untuk mendanai investasi mereka.
Hal ini memungkinkan perusahaan-perusahaan migas untuk meningkatkan produksi minyak dan gas mereka hingga tahun 2030 dengan dana yang cukup, yang juga dapat mengurangi tekanan pada sektor perbankan untuk membatasi investasi dalam proyek-produk yang bersifat lebih ramah lingkungan.
Simak berita ini dalam bentuk video:
[embed]https://youtu.be/0Fq1MVU82KQ?si=c6NUDCMdbpxfgpMA[/embed]