Logo
>

Harga Pangan Hari ini, Jagung dan Bawang Merah Naik Signifikan

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Pangan Hari ini, Jagung dan Bawang Merah Naik Signifikan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat perkembangan harga pangan yang mengalami kenaikan pada Sabtu, 21 September 2024. Berdasarkan panel harga Bapanas pada pukul 09.03 WIB, jagung untuk peternak mencatat kenaikan tertinggi, yakni sebesar 3,34 persen menjadi Rp6.180 per kilogram. Kenaikan terbesar kedua dialami bawang merah yang naik 3,11 persen menjadi Rp27.520 per kilogram.

    Selain itu, harga bawang putih bonggol naik 2,10 persen menjadi Rp40.340 per kilogram. Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas perikanan, seperti ikan tongkol yang naik 1,47 persen menjadi Rp32.420 per kilogram, dan ikan kembung yang naik 1,20 persen menjadi Rp37.930 per kilogram.

    Kedelai biji kering impor turut mengalami kenaikan harga sebesar 0,55 persen menjadi Rp10.900 per kilogram. Beras premium naik 0,13 persen menjadi Rp15.530 per kilogram, daging ayam ras naik 0,26 persen menjadi Rp34.680 per kilogram, dan telur ayam ras naik 0,49 persen menjadi Rp28.530 per kilogram.

    Harga gula konsumsi juga tercatat naik 0,28 persen menjadi Rp17.850 per kilogram, minyak goreng kemasan sederhana naik 0,28 persen menjadi Rp18.140 per liter, serta beras Bulog atau Penugasan Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) naik 0,08 persen menjadi Rp12.580 per kilogram.

    Di sisi lain, beberapa komoditas pangan mengalami penurunan harga. Beras medium turun 0,59 persen menjadi Rp13.510 per kilogram, cabai merah keriting turun 2,24 persen menjadi Rp33.660 per kilogram, dan cabai rawit merah turun 0,86 persen menjadi Rp44.770 per kilogram.

    Komoditas lain yang mengalami penurunan harga adalah tepung terigu curah yang turun 1,67 persen menjadi Rp10.010 per kilogram, minyak goreng curah turun 0,61 persen menjadi Rp16.200 per liter, ikan bandeng turun 2,03 persen menjadi Rp32.740 per kilogram, garam halus beryodium turun 1,99 persen menjadi Rp11.320 per kilogram, serta tepung terigu kemasan non-curah turun 0,61 persen menjadi Rp13.060 per kilogram.

    Impor Pangan

    Indonesia ternyata masih juara impor. Mengutip dari data Badan Pusat Statistik, 17 September 2024, selama periode Januari hingga Agustus 2024, impor bahan pangan strategis Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan, terutama pada komoditas seperti gandum, gula, beras, dan ikan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya kenaikan impor beberapa komoditas penting ini, meski ada juga yang menunjukkan penurunan dari segi volume.

    Impor bahan pangan, yang meliputi gandum, gula, beras, dan ikan, memberikan kontribusi besar terhadap total impor non-migas Indonesia. Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, mengungkapkan bahwa total impor gandum, gula, dan beras menyumbang sekitar 5,07 persen dari keseluruhan impor non-migas Indonesia. Meski ada perbedaan tren di antara komoditas tersebut, ketergantungan Indonesia pada impor bahan pangan terus berlanjut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

    Kenaikan Impor Gandum dan Meslin

    Gandum dan meslin, yang merupakan bahan dasar penting dalam industri pangan Indonesia, mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada periode Januari-Agustus 2024, nilai impor gandum dan meslin naik sebesar 3,84 persen, dari USD2,46 miliar pada tahun sebelumnya menjadi USD2,56 miliar. Volume impor bahkan naik lebih tajam, yakni sebesar 25,35 persen, dari 6,73 juta ton menjadi 8,43 juta ton.

    Peningkatan ini menandakan tingginya permintaan bahan baku dalam negeri, terutama untuk industri pangan seperti roti, mie, dan produk-produk berbahan gandum lainnya. Negara-negara pemasok utama gandum Indonesia meliputi Australia dengan volume 2,27 juta ton (USD707,39 juta), Kanada dengan 1,82 juta ton (USD639,71 juta), dan Argentina dengan 1,32 juta ton (USD373,56 juta).

    Lonjakan Impor Beras

    Komoditas beras, yang menjadi bahan pangan pokok utama di Indonesia, mencatat peningkatan yang signifikan dalam impor. Pada periode Januari-Agustus 2024, volume impor beras mencapai 3,05 juta ton, atau naik 91,85 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 1,59 juta ton. Secara nilai, impor beras melonjak 121,34 persen, dari USD863,62 juta pada Januari-Agustus 2023 menjadi USD1,91 miliar.

    Thailand menjadi pemasok terbesar beras untuk Indonesia, dengan volume 1,13 juta ton (USD734,78 juta), diikuti oleh Vietnam dengan 0,87 juta ton (USD542,86 juta), dan Pakistan dengan 0,46 juta ton (USD290,56 juta).

    Kenaikan impor beras ini mencerminkan adanya langkah strategis dari pemerintah untuk menjaga stok beras dalam negeri, terutama dalam menghadapi tantangan cuaca dan produksi yang belum stabil.

    Volume Impor Gula Turun, Tapi Nilai Meningkat

    Berbeda dengan gandum dan beras, impor gula mengalami penurunan dari segi volume meski nilai impornya meningkat. Pada periode Januari-Agustus 2024, volume impor gula turun sebesar 2,58 persen, dari 3,46 juta ton pada tahun sebelumnya menjadi 3,38 juta ton. Namun, nilai impor justru naik sebesar 5,53 persen, dari USD1,89 miliar pada tahun 2023 menjadi USD1,99 miliar di tahun ini.

    Brazil menjadi pemasok utama gula dengan volume 1,96 juta ton (USD1,15 miliar), disusul oleh Thailand dengan 0,89 juta ton (USD533,78 juta), dan Australia dengan 0,42 juta ton (USD241,31 juta).

    Peningkatan nilai impor meskipun volumenya menurun disebabkan oleh kenaikan harga gula di pasar internasional serta fluktuasi kurs dan biaya transportasi yang turut mempengaruhi harga.

    Impor Ikan Indonesia Masih Tinggi

    Di tengah upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi perikanan domestik, impor ikan Indonesia ternyata masih cukup tinggi. BPS melaporkan bahwa selama Januari-Agustus 2024, impor ikan mencapai USD130,03 juta, meskipun terjadi penurunan signifikan sebesar 40,04 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2023 yang sebesar USD216,88 juta.

    Dari sisi volume, impor ikan juga turun drastis sebesar 55,63 persen, dari 128,02 ribu ton pada Januari-Agustus 2023 menjadi 56,8 ribu ton pada periode yang sama tahun 2024. Meski demikian, ada peningkatan impor pada bulan Agustus 2024 dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu naik 23,07 persen secara nilai menjadi USD19,23 juta dengan volume 9,7 ribu ton.

    Negara-negara pemasok utama ikan ke Indonesia mencakup Norwegia, China, dan Rusia. Meskipun impor ikan mengalami penurunan secara keseluruhan, tren peningkatan pada bulan Agustus menunjukkan masih tingginya ketergantungan terhadap impor untuk jenis-jenis ikan tertentu, terutama yang tidak diproduksi secara besar di dalam negeri.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).