Logo
>

Harga Pangan Naik Tipis, Minyak Goreng dan Telur Ayam Ikut Terkerek

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Pangan Naik Tipis, Minyak Goreng dan Telur Ayam Ikut Terkerek

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga pangan mengalami kenaikan tipis pada Kamis, 12 September 2024, pagi. Berdasarkan data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), beberapa komoditas seperti minyak goreng kemasan, bawang putih, bawang merah, dan cabai merah keriting tercatat mengalami kenaikan.

    Harga minyak goreng kemasan sederhana berada di kisaran Rp18.250 per liter, sedangkan minyak goreng curah mencapai Rp15.900 per liter. Bawang merah naik menjadi Rp27.180 per kilogram, bawang putih bonggol berada di angka Rp40.150 per kilogram, dan cabai merah keriting naik menjadi Rp35.830 per kilogram.

    Tak hanya itu, telur ayam ras yang sehari sebelumnya masih Rp28.190 per kilogram kini naik menjadi Rp28.610 per kilogram. Daging ayam ras pun turut naik Rp900 dibanding pekan lalu, menjadi Rp35.280 per kilogram.

    Untuk komoditas beras, beras premium tercatat di harga Rp15.440 per kilogram, beras medium Rp13.670 per kilogram, dan beras SPHP Rp12.600 per kilogram.

    Harga ikan juga mengalami sedikit fluktuasi. Ikan tongkol dihargai Rp34.060 per kilogram, ikan kembung Rp37.940 per kilogram, dan ikan bandeng mencapai Rp34.530 per kilogram.

    Sementara itu, harga gula konsumsi turun menjadi Rp17.740 per kilogram. Tepung terigu kemasan berada di angka Rp13.100 per kilogram, dan tepung terigu curah turun ke Rp10.300 per kilogram. Untuk daging sapi murni, harga rata-rata berada di Rp136.180 per kilogram.

    Efek Cuaca Ekstrem

    Harga pangan global diperkirakan akan mengalami kenaikan moderat pada tahun 2024, meskipun tidak setinggi lonjakan yang terlihat pada tahun-tahun sebelumnya. Proyeksi menunjukkan peningkatan harga pangan global sekitar 2,2 persen.

    Perubahan iklim dan cuaca ekstrem masih menjadi faktor utama yang mempengaruhi fluktuasi harga pangan. Kondisi cuaca yang tidak menentu dapat menyebabkan gangguan pada pasokan pangan, yang pada gilirannya berdampak pada harga.

    Diperkirakan bahwa harga gandum akan mengalami kenaikan moderat sekitar 3 persen, dengan fluktuasi harga yang dipengaruhi oleh hasil panen yang bervariasi di negara penghasil utama. Harga jagung diharapkan naik sekitar 2 persen, dengan faktor-faktor seperti kebijakan perdagangan dan permintaan global memainkan peran penting.

    Harga kedelai diperkirakan akan meningkat sekitar 1,8 persen, dengan volatilitas yang dipengaruhi oleh permintaan dari sektor pakan ternak dan ekspor.

    Kebijakan perdagangan internasional, termasuk tarif dan embargo, akan mempengaruhi harga pangan global. Ketegangan perdagangan antara negara-negara utama dapat menyebabkan perubahan harga yang tidak terduga.

    Fluktuasi nilai tukar mata uang dapat mempengaruhi harga pangan, terutama dalam hal impor dan ekspor. Kenaikan atau penurunan nilai mata uang dapat membuat pangan lebih mahal atau lebih murah di pasar internasional.

    Di Asia, terutama di negara-negara dengan populasi besar seperti India dan China, harga pangan diperkirakan akan meningkat sekitar 2,5 persen. Permintaan yang tinggi dan perubahan dalam pola konsumsi mempengaruhi sentimen harga.

    Di Afrika, harga pangan diperkirakan akan mengalami kenaikan yang lebih tinggi, sekitar 3,0 persen, karena tantangan terkait dengan perubahan iklim dan ketidakstabilan politik yang berdampak pada produksi pangan.

    Di Amerika Utara dan Eropa, harga pangan diperkirakan akan naik sekitar 1,5 persen, dengan fokus pada stabilitas pasokan dan kebijakan perdagangan.

    Data ini memberikan gambaran umum mengenai sentimen harga pangan global untuk tahun 2024 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Proyeksi ini bisa berubah seiring dengan perkembangan situasi global dan faktor-faktor yang tidak terduga.

    Harga pangan di Indonesia akibat perubahan musim pada tahun 2024 dipengaruhi oleh sejumlah faktor terkait dengan cuaca dan pola musiman.

    Pada musim hujan, yang umumnya berlangsung dari November hingga Maret, peningkatan curah hujan dapat memengaruhi produksi pangan dengan dua cara. Di satu sisi, curah hujan yang cukup dapat meningkatkan hasil panen tanaman padi, jagung, dan kedelai.

    Namun, hujan yang berlebihan dapat menyebabkan banjir yang merusak tanaman dan infrastruktur pertanian, serta meningkatkan risiko penyakit tanaman, yang pada gilirannya dapat menekan pasokan dan menyebabkan kenaikan harga pangan.

    Musim kemarau, yang biasanya terjadi dari April hingga Oktober, dapat berdampak negatif pada hasil panen jika kekeringan berkepanjangan terjadi. Kekurangan air dapat mengurangi produktivitas pertanian, khususnya untuk tanaman pangan yang memerlukan banyak air seperti padi. Hal ini dapat menyebabkan penurunan pasokan dan kenaikan harga pangan, terutama beras dan jagung.

    Kenaikan harga beras dapat terjadi selama musim kemarau jika hasil panen menurun akibat kekeringan. Sebaliknya, selama musim hujan, harga beras mungkin lebih stabil atau bahkan turun jika pasokan beras meningkat, kecuali jika terjadi banjir besar yang merusak sawah.

    Harga jagung bisa meningkat pada musim kemarau karena penurunan hasil panen akibat kekurangan air. Namun, pada musim hujan, pasokan jagung bisa lebih melimpah, yang mungkin menurunkan harga.

    Perubahan musim juga mempengaruhi harga sayuran dan buah-buahan. Musim hujan dapat menyebabkan kenaikan harga karena peningkatan risiko penyakit dan kerusakan tanaman, sedangkan musim kemarau dapat menyebabkan penurunan produksi dan harga tinggi jika kekeringan mengurangi hasil panen.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).