Logo
>

Harga WTI Terkoreksi Tipis, Brent Terancam Turun Lagi

Harga minyak dunia stabil di awal Juli 2025. Namun, risiko geopolitik dan prediksi lonjakan harga oleh Goldman Sachs membuat pasar tetap waspada.

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
Harga WTI Terkoreksi Tipis, Brent Terancam Turun Lagi
Ilustrasi harga minyak dunia yang stabil. Foto: doc ESDM

KABARBURSA.COM - Harga minyak mentah dunia menunjukkan stabilitas pada awal Juli 2025 dengan West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di sekitar USD 67 per barel. Pergerakan ini mencerminkan keseimbangan antara kekhawatiran geopolitik, peningkatan produksi OPEC+, dan prospek permintaan global yang moderat.

Menurut data dari Trading Economics, harga WTI pada 3 Juli 2025 berada di USD 67,30 per barel, mengalami penurunan 0,22 persen dari hari sebelumnya.

Meski demikian, harga ini masih mencatat kenaikan 7,08 persen dibandingkan bulan sebelumnya, meskipun 19,90 persen lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

Analis dari Morgan Stanley memperkirakan bahwa harga Brent akan menurun ke sekitar USD 60 per barel pada awal 2026, dengan alasan pasar yang pasokannya cukup dan ketegangan geopolitik yang mereda setelah deeskalasi antara Israel dan Iran. 

Di sisi lain, survei kuartal kedua dari Federal Reserve Bank of Dallas menunjukkan bahwa produsen minyak di AS menghadapi ketidakpastian yang meningkat dan aktivitas yang menurun.

Indeks aktivitas bisnis turun menjadi -8,1, menunjukkan kontraksi moderat, sementara indeks ketidakpastian naik menjadi 47,1. Penurunan harga minyak mentah dan biaya operasional yang meningkat menjadi faktor utama penurunan ini. 

Selain itu, Goldman Sachs mengeluarkan peringatan tentang kemungkinan lonjakan harga minyak yang signifikan akibat risiko gangguan di Selat Hormuz, jalur transit energi global utama.

Jika aliran minyak melalui selat tersebut berkurang setengahnya selama satu bulan dan tetap 10 persen lebih rendah dalam 11 bulan berikutnya, harga Brent bisa sementara melonjak hingga USD 110 per barel sebelum moderat menjadi sekitar USD 95 pada kuartal keempat 2025. 

Di pasar domestik Indonesia, harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi mengalami kenaikan per 1 Juli 2025. Pertamina menaikkan harga Pertamax menjadi Rp12.500 per liter dari sebelumnya Rp12.100 per liter. Kenaikan harga ini juga terjadi pada produk BBM lainnya seperti Pertamax Turbo dan Dexlite. 

Dengan berbagai faktor yang memengaruhi, termasuk kebijakan produksi OPEC+, ketegangan geopolitik, dan prospek permintaan global, pasar minyak diperkirakan akan tetap volatil dalam waktu dekat.

Investor disarankan untuk terus memantau perkembangan global dan mempertimbangkan strategi diversifikasi portofolio mereka.

Bahaya Penutupan Selat Hormuz

Seperti diberitakan sebelumnya, Center of Reform on Economics (CORE) memprediksi ancaman penutupan Selat Hormuz bakal mengancam stabilitas ekonomi global, termasuk Indonesia. Selama ini peran selat ini adalah sebagai jalur pelayaran strategis bagi perdagangan minyak mentah dunia.

CORE memprediksi potensi penutupan selat ini bakal memicu harga minyak mentah Brent hingga USD100-150 per barel. Harga tersebut disebut punya dampak besar bagi negara pengimpor energi seperti Indonesia. 

“Setiap kenaikan USD1 per barel harga minyak ICP, pemerintah harus menambah belanja Rp10,1 triliun, sementara penerimaan hanya naik Rp3,2 triliun,” tulis CORE dalam kajiannya, dikutip Kamis, 3 Juli 2025. 

Artinya, beban fiskal bersih bertambah sekitar Rp6,9 triliun per kenaikan USD1. CORE juga memperingatkan bahwa efek domino dari lonjakan harga energi akan menekan konsumsi rumah tangga.

Berdasarkan data historis 2014-2023, ketika inflasi melonjak akibat kenaikan harga minyak, konsumsi masyarakat langsung menurun tajam selama tiga bulan pertama, dan baru pulih ke tingkat normal setelah hampir dua tahun.

Dari sisi geopolitik, situasi di Selat Hormuz menjadi sangat krusial. Jalur ini tidak memiliki alternatif sepadan dan menjadi satu-satunya rute ekspor bagi negara-negara seperti Kuwait, Qatar, dan Bahrain. Bahkan Iran sendiri masih sangat bergantung pada jalur tersebut untuk menyalurkan minyak ke Asia, terutama Tiongkok. 

“Penutupan Selat Hormuz bukan sekadar persoalan logistik regional, ini adalah urat nadi energi dunia,” terangnya. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Citra Dara Vresti Trisna

Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.