KABARBURSA.COM - Tiga emiten mulai menawarkan saham mereka kepada publik melalui skema Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Jumat, 3 Januari 2024. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT Hero Global Investment Tbk (HGII), PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT), dan PT Raja Roti Cemerlang Tbk (BRRC).
Ketiga emiten ini memiliki keunggulan strategis yang mencerminkan fokus bisnis dan potensi pertumbuhan masing-masing. HGII menonjol dengan komitmennya pada energi terbarukan, yang tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan tetapi juga menjawab kebutuhan energi nasional. Sementara itu, OBAT memanfaatkan tren produk kesehatan berbasis alami, didukung dengan strategi IPO inovatif yang menggabungkan saham baru dan waran untuk meningkatkan daya tarik investor.
Di sisi lain, BRRC menunjukkan potensi besar dalam sektor makanan dan minuman dengan memperkuat modal melalui kombinasi saham dan waran. Strategi ini memungkinkan perusahaan untuk memperluas kapasitas dan meningkatkan efisiensi operasional.
HGII Fokus pada Energi Terbarukan
HGII menawarkan 1,3 miliar saham baru pada hari ini. Penawaran ini mewakili 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO, dengan nilai nominal Rp25 per saham. Harga saham yang ditawarkan berada pada kisaran Rp200 hingga Rp230 per saham sehingga total nilai yang terkumpul mencapai Rp299 miliar.
Langkah HGII merupakan bagian dari strategi untuk memperluas bisnis di sektor energi terbarukan. Bisnis ini dijalankan melalui anak usahanya yakni PT Siantar Sitanduk Energi (SSE) dan PT Multiprima Hidro Energi (MHE).
Menurut prospektus ringkas yang dirilis oleh perseroan, Hero Global Investment akan menggunakan dana hasil IPO untuk dua proyek utama di sektor pembangkit listrik tenaga air di Sumatra Utara dengan rincian sebagai berikut.
1. Pengembangan Proyek PLTA SSE
Sekitar 66 persen dana akan disetorkan ke SSE untuk pengembangan PLTA berkapasitas 25 megawatt (MW). Sebesar 90,9 persen dari dana tersebut, akan digunakan oleh SSE sebagai belanja modal (capital expenditure/capex).
Rinciannya, SSE telah menyelesaikan studi kelayakan, studi jaringan kelistrikan, analisa dampak lingkungan, serta mendapatkan Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (PKKPR). Anak usaha HGII ini juga terdaftar sebagai Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, yang memungkinkannya untuk berpartisipasi dalam Pengadaan Pembelian Tenaga Listrik (PPTL) PLN yang dijadwalkan pada semester pertama 2025.
Lebih lanjut, lokasi proyek berada di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatra Utara, yang termasuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 Kementerian ESDM.
Sebanyak 9,1 persen sisanya akan digunakan setelah SSE memenangkan PPTL untuk mendukung kebutuhan operasional selama fase awal pengembangan proyek.
2. Pengembangan Proyek PLTM
MHE, anak usaha HGII yang berikutnya, akan menerima dana 31 persen dari hasil IPO tersebut. Ini akan digunakan mengembangkan PLTM dengan kapasitas 10 MW.
Sebanyak 80,6 persen dari 31 persen dana tersebut, akan dipakai oleh MHE yang sedang dalam tahap akhir perencanaan, termasuk pengurusan PKKPR dan telah terdaftar sebagai DPT di PLN. Lokasi proyek berada di Sumatra Utara, dan pengembangan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan listrik regional serta mendukung target energi terbarukan nasional.
Sementara sisanya (19,4 persen) dana akan digunakan untuk mendukung operasional awal proyek setelah memenangkan PPTL.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya di atas, langkah HGII untuk mengalokasikan mayoritas dana IPO ke sektor energi terbarukan menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan dan kontribusi pada target energi bersih Indonesia. Kedua proyek, PLTA dan PLTM, diharapkan tidak hanya meningkatkan kapasitas listrik tetapi juga menciptakan dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat lokal.
Namun demikian, Hero Global Investment juga menyadari bahwa meski peluang di sektor energi terbarukan menjanjikan, HGII menghadapi tantangan terkait kepastian perjanjian jual beli tenaga listrik dengan PLN. Namun, kesiapan perusahaan dalam memenuhi syarat administratif, teknikal, dan finansial menjadi modal kuat untuk memenangkan tender PPTL yang akan datang.
Dari sisi keuangannya, HGII menunjukkan dinamika keuangan yang fluktuatif selama tiga tahun terakhir. Pada semester pertama 2024, pendapatan turun 6,08 persen menjadi Rp56,5 miliar akibat absennya pendapatan jasa konstruksi. Namun, secara tahunan, pendapatan 2023 naik 12,46 persen menjadi Rp103,2 miliar berkat lonjakan penjualan listrik, meskipun jasa konstruksi menurun. Sebelumnya, pendapatan 2022 anjlok 61,77 persen karena selesainya proyek besar pada 2021.
Selain itu, HGII mencatat penurunan tajam pada beban pokok pendapatan sebesar 56,98 persen menjadi Rp5,7 miliar, mencerminkan efisiensi operasional. Sebaliknya, beban 2023 naik 14,72 persen menjadi Rp32,1 miliar karena lonjakan biaya perawatan. Tahun 2022, beban pokok turun 73,96 persen seiring berkurangnya aktivitas konstruksi.
Tren positif laba kotor terlihat dengan kenaikan 8,21 persen menjadi Rp50,8 miliar pada semester pertama 2024. Laba 2023 naik 11,47 persen menjadi Rp71,1 miliar, meskipun pada 2022 sempat turun 51,89 persen akibat berakhirnya proyek besar.
Lebih lanjut, beban umum dan administrasi HGII tercatat naik 19,39 persen menjadi Rp9,9 miliar, terutama karena peningkatan biaya karyawan. Sepanjang 2023, beban ini naik 22,42 persen menjadi Rp18,4 miliar akibat ekspansi, setelah sebelumnya menurun 46,24 persen pada 2022 akibat restrukturisasi.
OBAT Tambah Daya Tarik dengan Waran
Berikutnya yang kedua adalah Brigit Biofarmaka Teknologi atau OBAT. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), perusahaan menyetujui rencana untuk menawarkan sebanyak-banyaknya 170 juta saham baru, setara dengan 28,33 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Langkah ini diiringi dengan penerbitan Waran Seri I, yang memberikan tambahan daya tarik bagi calon investor.
Berdasarkan prospektus ringkas, saham yang ditawarkan memiliki nilai nominal sebesar Rp50 per saham dengan harga penawaran di kisaran Rp330 hingga Rp350 per saham. Total dana yang berpotensi dihimpun melalui IPO ini mencapai Rp59,5 miliar.
Selain itu, OBAT akan menerbitkan Waran Seri I sebanyak-banyaknya 85 juta unit, setara dengan 19,77 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Waran ini akan diberikan secara cuma-cuma kepada investor yang membeli saham baru dalam IPO.
Bersamaan dengan IPO, Brigit Biofarmaka Teknologi akan mencatatkan seluruh saham baru dan saham lama di BEI. Sebanyak 430 juta saham lama dan 170 juta saham baru akan dicatatkan, sehingga total saham tercatat mencapai 600 juta unit. Selain itu, 85 juta Waran Seri I juga akan dicatatkan di BEI, menjadikan total efek yang tercatat sebanyak 685 juta unit.
Manajemen perusahaan menjelaskan bahwa seluruh dana hasil IPO, setelah dikurangi biaya emisi, akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja. Alokasi utama meliputi pembelian bahan baku, peningkatan kapasitas produksi, dan pengembangan kegiatan pemasaran. Sementara itu, dana yang diperoleh dari pelaksanaan Waran Seri I juga akan digunakan untuk tujuan yang sama.
Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor biofarmaka, Brigit Biofarmaka Teknologi memiliki peluang besar di tengah meningkatnya permintaan terhadap produk kesehatan berbasis alami. Dengan tambahan modal dari IPO dan pelaksanaan waran, perusahaan dapat memperkuat posisi di pasar sekaligus meningkatkan efisiensi operasional.
Calon investor juga diuntungkan dengan struktur penawaran yang atraktif. Kombinasi saham baru dan waran memberikan peluang tambahan untuk meraih keuntungan di masa depan. Namun, seperti halnya investasi lainnya, risiko pasar tetap menjadi faktor yang perlu diperhatikan.
BRRC Pacu Ekspansi Tambah Bonus Waran
BRRC, perusahaan yang bergerak di industri tepung campuran, adonan tepung, serta perdagangan besar produk roti dan makanan, secara resmi mengumumkan rencana IPO. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk memperkuat modal guna mendukung pertumbuhan bisnis di sektor makanan dan minuman.
Dalam IPO ini, BRRC menawarkan sebanyak-banyaknya 291.500.000 saham baru dengan nilai nominal Rp25 per saham. Jumlah tersebut setara dengan 30,01 persen dari total modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Harga penawaran ditetapkan pada rentang Rp200 hingga Rp210 per saham, dengan total nilai penawaran mencapai Rp61,215 miliar.
Selain itu, BRRC juga akan menerbitkan 145.750.000 Waran Seri I, yang diberikan secara cuma-cuma kepada pemegang saham baru pada tanggal penjatahan. Waran ini mewakili 21,43 persen dari total saham yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Setiap dua saham baru yang diperoleh dalam IPO memberikan hak kepada pemegangnya untuk mendapatkan satu Waran Seri I. Waran tersebut memiliki jangka waktu pelaksanaan selama satu tahun, dimulai pada 9 Juli 2025 hingga 9 Januari 2026, dengan harga pelaksanaan Rp210 per saham.
Apabila seluruh Waran Seri I dilaksanakan, BRRC berpotensi meraih tambahan modal sebesar Rp30,607 miliar. Namun, pemegang Waran tidak memiliki hak sebagai pemegang saham, termasuk hak atas dividen, hingga Waran tersebut dikonversi menjadi saham.
Sebagai produsen tepung pelapis makanan (breadcrumbs), BRRC memiliki prospek bisnis yang positif. Tren meningkatnya konsumsi makanan berlapis breadcrumbs di pasar domestik dan internasional menjadi salah satu pendorong utama. Produk makanan seperti stik ikan, nugget ayam, dan cincin bawang yang dilapisi breadcrumbs kini semakin populer, terutama di restoran cepat saji dan industri makanan beku.
Berdasarkan data, konsumsi tahunan makanan berlapis breadcrumbs telah mencapai lebih dari 900 ton di wilayah Eropa, Jepang, dan Oseania. Dengan meningkatnya permintaan di pasar global, BRRC berpeluang besar untuk memperluas jaringan distribusi dan meningkatkan produksi.
Hasil dari IPO ini diharapkan dapat memperkuat struktur permodalan BRRC, memungkinkan ekspansi produksi, dan memperluas distribusi ke pasar yang lebih luas. Selain itu, dana yang diperoleh juga dapat digunakan untuk pengembangan produk baru guna memenuhi permintaan konsumen yang terus berkembang.
Langkah strategis ini menunjukkan komitmen BRRC untuk terus berinovasi dan mempertahankan posisi sebagai pemain utama di industri makanan berbasis tepung. Dengan potensi pertumbuhan yang besar, aksi korporasi ini diperkirakan akan menarik minat yang signifikan dari investor.
Mana yang Menarik untuk Dibeli?
Jika dilihat dari potensi pertumbuhan dan valuasi harga saham yang ditawarkan, HGII menonjol sebagai pilihan paling strategis. Dengan harga saham di kisaran Rp200–Rp230 per lembar dan alokasi dana IPO yang fokus pada proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA dan PLTM), HGII menawarkan keseimbangan antara harga terjangkau dan peluang pertumbuhan tinggi di sektor energi terbarukan. Dibandingkan dua emiten lainnya, HGII memanfaatkan momentum transisi energi yang didukung kebijakan pemerintah, memberikan prospek jangka panjang yang solid.
Sementara itu, OBAT dengan harga saham Rp330–Rp350 per lembar menawarkan daya tarik melalui waran, tetapi potensi pasar produk biofarmaka berbasis alami masih menghadapi tantangan skala pasar domestik.
Di samping itu, BRRC, dengan harga saham Rp200–Rp210, juga menjanjikan ekspansi di sektor makanan dan minuman, tetapi fokusnya lebih pada efisiensi operasional dibanding inovasi strategis besar.
Dengan harga yang kompetitif dan sektor yang sangat prospektif, HGII memberikan peluang investasi dengan risiko terukur dan potensi keuntungan jangka panjang yang signifikan, menjadikannya pilihan utama bagi investor yang ingin memaksimalkan nilai investasinya. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.