Logo
>

Hilirisasi LPG Bisa Jadi Angin Segar Buat Emiten Tabung Gas PICO

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Hilirisasi LPG Bisa Jadi Angin Segar Buat Emiten Tabung Gas PICO

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Pelangi Indah Canindo Tbk (PICO), sebagai produsen tabung LPG terkemuka, berpotensi meraih manfaat dari program hilirisasi LPG yang digagas Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Bahlil berkomitmen untuk menekan impor LPG yang semakin membebani neraca perdagangan Indonesia dengan mendorong hilirisasi sektor ini.

    “Saya minta betul data untuk menindaklanjuti apa yang disampaikan ke Pak Arifin terhadap impor gas kita yang terlalu banyak C3 dan C4, di mana saja arahan Pak Presiden Prabowo dan Pak Jokowi segera kita bangun hilirisasi LPG," tegas Bahlil setelah eerah terima jabatan sebagai Menteri ESDM pada Senin, 19 Agustus 2024.

    PT Pertamina (Persero) merespons positif langkah ini. Wakil Direktur Utama Pertamina, Wiko Migantoro, mengatakan kesiapan perusahaan untuk duduk bersama Bahlil dan merumuskan strategi peningkatan produksi LPG nasional.

    PICO, yang sejak lama telah terlibat dalam penyediaan tabung LPG, kemungkinan besar akan diuntungkan oleh dorongan pemerintah untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Dengan adanya hilirisasi, permintaan akan tabung LPG diprediksi meningkat seiring bertambahnya produksi lokal.

    Profil PICO

    PT Pelangi Indah Canindo Tbk (PICO) adalah perusahaan yang telah menanamkan akar bisnisnya di Indonesia sejak 1983. Pada awalnya, PICO memulai operasinya sebagai produsen pail can dan general can dalam berbagai ukuran, yang kemudian berkembang menjadi salah satu pemain utama dalam industri baja di tanah air. Pada 1990 menjadi tonggak penting bagi PICO ketika perusahaan mulai memproduksi steel drum yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri yang terus berkembang.

    Seiring berjalannya waktu, PICO terus memperluas portofolio produknya. Pada tahun 1994, perusahaan ini mulai mendiversifikasi bisnisnya dengan memproduksi tabung LPG (cylinder tank), menandai langkah strategis untuk menjawab permintaan pasar domestik yang semakin besar.

    Langkah ini tidak berhenti di situ; pada tahun 2000, PICO mulai menembus pasar internasional dengan ekspor produk-produknya ke berbagai negara seperti Australia, Vietnam, Bangladesh, dan beberapa negara lainnya.

    Pada 2006, PICO kembali menunjukkan responsifitasnya terhadap kebutuhan pasar dengan memproduksi tabung LPG ukuran 3 kg. Langkah ini diambil untuk mendukung program konversi gas yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia, yang semakin memperkokoh posisi PICO sebagai perusahaan yang berperan dalam mendukung kebijakan energi nasional.

    Dari segi kepemilikan saham, PT Citrajaya Perkasamulia memegang porsi terbesar dengan 36,525 persen, diikuti oleh masyarakat non-warkat dengan 30,373 persen, dan PT Saranamulia Mahardhika dengan 18,964 persen. Pemegang saham lainnya termasuk PT Koexim Mandiri Finance yang memegang 13,074 persen, serta masyarakat warkat yang memiliki 1,064 persen dari total saham yang beredar.

    Perubahan jumlah pemegang saham menunjukkan dinamika yang cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir, dengan fluktuasi yang tercatat pada akhir setiap bulan, mencerminkan bagaimana saham PICO terus menarik perhatian investor di pasar modal.

    Pendapatan dan Laba Bersih

    Selama periode 2024, PT Pelangi Indah Canindo Tbk (PICO) mencatatkan laba bersih sebesar Rp7 miliar, meningkat dibandingkan tahun 2023 yang mencapai Rp6 miliar. Laba bersih ini mengalami kenaikan signifikan pada kuartal pertama, mencapai Rp2 triliun, meskipun pada kuartal kedua mengalami penurunan menjadi Rp1 triliun.

    Sebagai perbandingan, pada 2023, laba bersih stabil di angka Rp2 triliun di dua kuartal pertama. Penurunan laba bersih pada kuartal kedua 2024 ini menandakan adanya tantangan dalam menjaga konsistensi kinerja perusahaan sepanjang tahun berjalan.

    Valuasi Saham

    Valuasi saham PICO menunjukkan bahwa rasio harga terhadap pendapatan (price to earnings ratio) tahunan berada di angka 7,37, lebih rendah dibandingkan dengan rasio TTM (trailing twelve months) yang berada di angka 10,10. Penurunan ini mengindikasikan bahwa harga saham saat ini mungkin lebih undervalued dibandingkan kinerja keuangan perusahaan yang sudah terjadi.

    Rasio harga terhadap penjualan (price to sales ratio) berada di 0,09, sementara rasio harga terhadap nilai buku (price to book value) mencapai 0,25. Angka ini mengindikasikan bahwa saham PICO dihargai rendah di pasar, dengan potensi peningkatan jika kinerja keuangan membaik.

    Solvabilitas dan Profitabilitas

    PICO menunjukkan rasio lancar (current ratio) sebesar 1,44 pada kuartal terakhir, yang berarti perusahaan memiliki kemampuan yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Namun, rasio cepat (quick ratio) yang berada di 0,73 memperlihatkan bahwa likuiditas perusahaan mungkin perlu diperbaiki, terutama mengingat rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) mencapai 1,46.

    Dari sisi profitabilitas, marjin laba bersih kuartalan hanya sebesar 0,88 persen, dengan return on equity (ROE) tahunan sebesar 2,51 persen. Ini menunjukkan bahwa walaupun perusahaan mampu menghasilkan laba, tingkat pengembalian terhadap ekuitas masih rendah.

    Pendapatan dan Posisi Neraca

    Pendapatan tahunan PICO mencapai Rp592 triliun, dengan laba kotor (gross profit) sebesar Rp64 miliar dan EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) Rp19 miliar. Pendapatan yang tinggi ini memperlihatkan kapasitas besar perusahaan dalam menghasilkan penjualan, namun, dengan laba bersih hanya Rp5 miliar, margin keuntungan tetap tipis.

    Di sisi neraca, total aset perusahaan pada kuartal terakhir tercatat Rp683 miliar, dengan kewajiban total sebesar Rp474 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa PICO memiliki modal yang cukup besar, namun beban utangnya juga signifikan, dengan utang jangka pendek sebesar Rp83 miliar dan utang jangka panjang Rp221 miliar.

    Arus Kas

    PT Pelangi Indah Canindo Tbk (PICO) menunjukkan kinerja arus kas yang perlu mendapatkan perhatian serius. Pada periode TTM (trailing twelve months), arus kas dari operasi tercatat negatif Rp73 miliar, yang mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan dalam menghasilkan arus kas dari kegiatan operasional inti.

    Sementara itu, arus kas dari investasi mencapai Rp30 miliar, dan arus kas dari pendanaan (financing) sebesar Rp37 miliar. Investasi yang dilakukan PICO tampaknya masih berada dalam tahap pengembangan, sehingga belum memberikan dampak signifikan terhadap arus kas operasional.

    Posisi arus kas bebas (free cash flow) juga berada dalam kondisi negatif sebesar Rp73 miliar, yang mengindikasikan perusahaan mungkin menghadapi tantangan dalam membiayai operasional dan pertumbuhannya tanpa bergantung pada pendanaan eksternal. Investasi modal (capital expenditure) sebesar Rp1 triliun menunjukkan bahwa perusahaan terus melakukan pengeluaran untuk pengembangan, meskipun dampaknya belum dirasakan pada arus kas bebas.

    Pertumbuhan

    Dari segi pertumbuhan, pendapatan kuartalan PICO menunjukkan peningkatan sebesar 14,16 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, sedangkan pendapatan year-to-date (YTD) naik 17,02 persen. Meskipun demikian, secara tahunan, pendapatan hanya mengalami sedikit penurunan sebesar 0,32 persen, yang bisa menjadi tanda bahwa pertumbuhan PICO menghadapi tantangan di tengah pasar yang kompetitif.

    Di sisi lain, laba bersih menunjukkan tren penurunan yang cukup tajam. Pertumbuhan laba bersih kuartal menunjukkan penurunan sebesar 33,08 persen year-on-year (YoY), sementara laba bersih YTD turun 10,63 persen. Secara tahunan, laba bersih PICO turun 36,44 persen. Penurunan laba ini tercermin juga pada penurunan laba per saham (EPS), yang turun sebesar 33 persen pada kuartal, 10,62 persen YTD, dan 36,44 persen secara tahunan. Angka-angka ini menunjukkan bahwa PICO mengalami tekanan yang signifikan dalam mempertahankan profitabilitasnya.

    Performa Harga Saham

    Dalam hal performa harga saham, PICO mengalami fluktuasi yang cukup tajam. Selama satu minggu terakhir, harga saham mengalami kenaikan sebesar 2,20 persen, dan dalam sebulan terakhir, harga saham naik 3,33 persen. Namun, performa harga saham dalam tiga bulan terakhir turun sebesar 6,06 persen, dan dalam enam bulan terakhir turun sebesar 7,92 persen. Lebih lanjut, dalam satu tahun terakhir, harga saham PICO telah turun sebesar 32,61 persen, dengan penurunan 23,77 persen dalam tiga tahun terakhir.

    Penurunan harga saham ini juga terlihat pada rentang waktu yang lebih panjang, di mana dalam lima tahun terakhir harga saham PICO turun drastis sebesar 94,17 persen, dan dalam sepuluh tahun terakhir, penurunan mencapai 46,55 persen. Return year-to-date menunjukkan penurunan 22,50 persen, menandakan bahwa tantangan keuangan dan operasional perusahaan turut berdampak negatif pada minat investor terhadap saham PICO. Harga tertinggi saham dalam 52 minggu terakhir tercatat Rp204, sementara harga terendahnya adalah Rp72.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).