KABARBURSA.COM – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pengembangan industri pangan melalui hilirisasi produk pertanian, sehingga tercipta diversifikasi produk pangan yang memanfaatkan sumber daya atau bahan baku lokal untuk meningkatkan nilai tambah.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita menuturkan, pengembangan industri pangan memiliki potensi yang besar. Karenanya, proses hilirisasi pertanian dapat menjadikan para produsen makanan sebagai tuan di negeri sendiri.
Menurutnya, komoditas agribisnis dan bahan pangan lokal alternatif bisa menjadi tulang punggung ketahanan pangan Indonesia. Pasalnya, kata dia, masyarakat tak hanya membutuhkan bahan pangan yang segar, tetapi juga olahan pangan lanjutan, seperti bahan baku pengganti beras, yakni sorgum, singkong, sagu, dan porang.
“Percepatan hilirisasi komoditas bahan pangan saat ini sangat diperlukankarena besarnya potensi untuk pengembangan produk olahan lanjutan yang dihasilkan dari bahan baku lokal, baik produk antara (intermediate product) maupun produk jadi (end product) yang siap dikonsumsi,” kata Reni dalam keterangan tertulisnya, dikutip Minggu, 16 Juni 2024.
Sementara itu, Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan, Yedi Sabaryadi mengungkap, produk pangan inovatif memiliki segmen pasar di sektor ritel. Berdasarkan data dari Ditjen IKMA dalam acara Business Matching pada Mei 2024, 47 IKM pangan terpilih dengan 24 perusahaan ritel menghasilkan potensi transaksi mencapai Rp33 miliar.
“Sebanyak 26 IKM peserta Business Matching merupakan alumni program Indonesia Food Innovation (IFI), dan ada satu IKM dengan produk madu mencatatkan potensi transaksi tertinggi senilai Rp1,02 miliar,” ungkap Yedi.
Meski begitu, Yedi menyebut, hilirisasi produk agrikultur perlu membutuhkan campur tangan berbagai pihak, startup, lembaga penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi, hingga IKM teknologi tepat guna, yang dapat menjadi mitra.
Sementara di rantai produksi industri pangan, para pelaku harus memperhatikan bahan baku pembuatan produk, produksi, hingga tahap distribusi ke tangan konsumen. Karenanya, Ditjen IKMA rutin menyelenggarakan Program Indonesia Food Innovation (IFI) dengan tujuannya IKM pangan siap menjadi industri pangan yang mudah dipasarkan, menguntungkan, dan berkelanjutan (marketable, profitable, dan sustainable).
“Masing-masing komoditas agribisnis tentu memiliki karakteristik yang sangat spesifik, sehingga pengolahannya diperlukan proses yang berbeda bahkan diperlukan inovasi untuk menghasilkan produk yang optimal dan memenuhi kebutuhan pasar. Untuk mendukung hal tersebut, Kemenperin melalui Ditjen IKMA menyelenggarakan Program IFI,” ucap Yedi.
Jika diakumulasikan sejak empat kali digelar, Ditjen IKMA mencatat peserta IFI mencapai 7.925. Sementara pada tahun 2023, tercatat sebanyak 2.153 pendaftar yang ikut dalam seleksi program IFI. Terdapat 20 peserta yang terpilih mendapatkan pembinaan dalam tahapan food business scale-up melalui coaching, mentoring dan fasilitasi pembinaan terkait manajemen, aspek hukum, dan jejaring.
Kinerja Positif di Kuartal I
Berdasarkan data Economist Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) Kementerian Keuangan, ekspor produk buah-buahan mencapai USD262,44 juta atau naik 65,37 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar USD158,70. Sementara ekspor produk rempah-rempah, Indonesia mencatat nilai sebesar USD178,47 juta, meningkat 13,58 persen yoy jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontibusi ekspor produk buah-buahan nasional pada 2023 sebesar USD637,93 juta dengan total volume ekspor meningkat 10,28 persen yoy mencapai 1,20 juta ton. Sedangkan rempah-rempah sebesar USD613,79 juta dengan peningkatan volume hingga 26,75 persen yang mencapai 157,79 ribu ton.
Sementara menurut data Kementerian Pertanian (Kementan), nilai ekspor produk hortikultura per April 2024 mengalami peningkatan hingga 35 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri menuturkan, capaian tersebut menunjukkan besarnya peluang ekspor produk hortikultura Indonesia.
"Menteri Pertanian (Andi Amran Sulaiman) juga terus mendorong petani buah dan rempah untuk meningkatkan produksinya sehingga ke depan bisa merambah ekspor dan merajai pasar internasional," ujar Kuntoro, Sabtu, 15 Juni 2024.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi), meminta jajaran Kementan untuk mempercepat program pompanisasi di lahan-lahan sawah yang mengalami kekeringan. Pasalnya, komoditas ini dinilai mampu mengendalikan inflasi Indonesia.
“20.000an pompa akan kita pasang di daerah-daerah yang memiliki produksi beras. Ini yang nanti menjaga inflasi kita tidak naik," kata Jokowi dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 14 Juni 2024.
Jokowi menilai, program pompanisasi penting dilakukan mengingat 50 juta pentani diperkirakan mengalami kekurangan air pada tahun 2050 mendatang. Dia pun mengapresiasi kerja Kementerian Pertanian yang telah mendistribusikan 1.600 pompa di daerah produksi nasional. (Andi/*)