Logo
>

IHSG Akhir Pekan ini Ditutup di Zona Merah

Ditulis oleh KabarBursa.com
IHSG Akhir Pekan ini Ditutup di Zona Merah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan saham di akhir pekan ini dengan sangat tidak memuaskan. IHSG ditutup pada level 7.743,00 atau melemah 162,38 poin (2,05 persen).

    Dikutip dari data RTI, Jumat, 20 September 2024, pada hari ini IHSG bergerak di level tertinggi 7.910,86 dan terendah 7.738,32. Selama hari ini IHSG berkutat di zona merah.

    Volume saham yang ditransaksikan hari ini tercatat 36,20 miliar saham dengan nilai transaksi Rp20,08 triliun. Sedangkan frekuensi transaksi tercatat sebanyak 1,27 juta kali.

    Sejauh ini, kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp13.045,07 triliun.

    Sementara, bursa di Asia tampak bervariasi. Nikkei Index (Jepang) menguat 1,53 persen, Hang Seng Index (Hong Kong) menguat 1,36 persen, dan Shanghai Composite Index (China) naik 0,03 persen.

    Kemudian, Straits Time Index (Singapura) melemah 0,23 persen.

    Rupiah Perkasa terhadap Dolar AS

    Berbeda dengan mata uang rupiah yang menguat saat penutupan perdagangan, Jumat, 20 September 2024.

    Pada penutupan, kurs rupiah spot terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di posisi Rp15.150 per dolar AS.

    Kurs rupiah menguat 0,58 persen, menguat jika dibandingkan dengan kemarin yang berada di Rp15.239 per dolar AS.

    Dalam sepekan, kurs rupiah spot menguat 1,64 persen dari Rp15.402 per dolar AS pada Jumat, 13 September pekan lalu.

    Kurs rupiah sempat melonjak hingga 1 persen pada hari ini ke Rp15.080 per dolar AS sebelum mempersempit penguatan.

    Kurs rupiah pun mencapai titik terkuat sejak awal Agustus 2023 atau dalam 13 bulan terakhir.

    "Penguatan rupiah didukung oleh minat yang kuat pada obligasi negara Indonesia," kata Alan Lau, currency strategist Maybank di Singapura.

    Selain itu, lanjut Alan Lau, bank sentral Indonesia, Bank Indonesia (BI), juga berada di posisi yang lebih baik ketimbang bank-bank sentral negara lain dalam melonggarkan kebijakan. Hal ini menambah minat atas instrumen investasi di Indonesia.

    Harga obligasi negara menguat dalam beberapa hari terakhir sehingga menambah potensi capital gain di instrumen obligasi. Tercatat, aliran dana asing di pasar obligasi positif dalam lima bulan berturut-turut.

    Rupiah menjadi mata uang Asia paling kuat di perdagangan terakhir pekan ini. Penguatan rupiah diikuti oleh beberapa mata uang negara-negara Asia lainnya, seperti ringgit Malaysia, rupee India, baht Thailand, yuan China, dan dolar Hong Kong.

    Sementara mata uang Jepang, Yen, melemah 0,70 persen terhadap dolar AS. Pelemahan yen diikuti oleh won Korea Selatan (Korsel), dolar Taiwan, peso Filipina, dan dolar Singapura (SGD).

    Namun, secara mingguan, penguatan rupiah masih kalah ketimbang ringgit yang menguat 2,47. Sedangkan Peso, mata uang Filipina, mencatat penguatan terbesar ketiga di Asia dengan kenaikan 0,66 persen.

    Sementara indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia sore ini menguat tipis ke 100,70 dari posisi kemarin di 100,61. Indeks dolar melemah 0,40 persen dalam sepekan terakhir.

    Rupiah Menguat Didukung Sentimen Risk On yang Meningkat

    Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede berpendapat, meningkatnya nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar AS didukung sentimen risk-on yang meningkat setelah pengumuman hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) Amerika Serikat (AS) September 2024.

    "Rupiah menguat didukung sentimen risk-on yang meningkat signifikan setelah pengumuman rapat FOMC September 2024," kata Josua Pardede, Jumat, 20 September 2024.

    Dalam pengumuman hasil FOMC tersebut, bank sentral AS atau The Fed memotong suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5 persen.

    Selain itu, The Fed juga memproyeksikan perekonomian Amerika Serikat (AS) tetap cukup solid, sehingga mengurangi antisipasi perlambatan ekonomi AS yang signifikan.

    Josua menuturkan, pemangkasan suku bunga kebijakan tanpa prospek perlambatan ekonomi yang signifikan mendorong sentimen risk-on di pasar keuangan global pada sesi Asia.

    Pada perdagangan Kamis, mayoritas imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) turun 3-11 bps, menyusul pemangkasan suku bunga yang lebih agresif dari The Fed.

    Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp35,02 triliun, lebih tinggi dari volume perdagangan Rabu yang sebesar Rp20,44 triliun.

    Pada Rabu, kepemilikan asing atas obligasi Pemerintah Indonesia meningkat sebesar Rp3,60 triliun, sehingga totalnya menjadi Rp854 triliun, setara dengan 14,55 persen dari total yang beredar.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat melesat ke level Rp15.100 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.287 per dolar AS. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi