Logo
>

IHSG Berhasil Rebound di Level 7,321, tapi Tidak dengan Rupiah

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Berhasil Rebound di Level 7,321, tapi Tidak dengan Rupiah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound, ditutup menguat 55 poin atau naik 0,76 persen ke level 7,321 pada perdagangan Selasa, 12 November 2024.

    Merujuk data perdagangan RTI Bussiness, pergerakan IHSG pada hari ini terpantau konsisten dengan level tertinggi 7,344  dan level terendah di angka 7,268.

    Sebanyak 300 saham terpantau menguat, 276 saham di zona merah, dan 215 saham mengalami stagnan pada penutupan perdagangan hari ini.

    Adapun saham-saham yang bertengger di lima besar top gainers adalah BOAT (+35,00 Persen), MLPL (+29,46 persen), DEWA (+17,82 persen), BUMI (+16,78 persen), MPPA (+15,85 persen).

    Sementara lima saham yang mengalami koreksi paling dalam adalah  NZIA (-22,45 persen), TOSK (-16,49 persen), BSML (-15,93 persen),  HATM (-15,29 persen), dan FILM (-9,26 persen).

    Sementara itu mengutip Stockbit, mayoritas sektor terpantau berada di zona hijau. Sektor yang mengalami penguatan signifikan ialah energi (+2,83 persen), teknologi (+2,60 persen), properti (+1,91 persen), dan non cylical (+1,25 persen).

    Di sisi lain, hanya terdapat tiga saham yang terkoreksi yaitu cyclical (-0,60 persen), basic ind (-0,42 persen), dan finance (-0,03 persen).

    Sayangnya, rupiah justru tampak kian melemah di hadapan dolar. Pada penutupan perdagangan hari ini, kurs rupiah ditutup di level Rp15.781, melemah 92 poin atau 0,59 persen dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya, Senin, 11 November 2024, yang berada di level Rp15.689 per dolar AS.

    Mengutip keterangan tertulis Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, Selasa, 12 November 2024, pasar terlalu khawatir mengenai kebijakan ekonomi Donald Trump terhadap inflasi Amerika Serikat.

    Menurutnya, pasar sedang bertaruh bahwa kebijakan inflasi Trump justru akan membuat suku bunga acuan menjadi tinggi dan hal itu akan bertahan dalam jangka panjang.

    Jelang Pemilu AS kemarin hingga Trump diputuskan menjadi presiden terpilih AS, dolar melesat ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir. Begitu pula dengan hasil obligasi AS yang bergerak naik.

    "Sikap proteksionis Trump terhadap perdagangan dan imigrasi diperkirakan akan menjadi faktor inflasi yang lebih tinggi," tulis Ibrahim, hari ini.

    Di samping itu, fokus pasar pada data inflasi indeks harga konsumen AS, yang diperkirakan akan menunjukkan inflasi tetap stabil pada bulan Oktober, kemungkinan akan menjadi faktor ekspektasi terhadap suku bunga the Fed ke depan.

    Di luar itu, sejumlah pejabat the Fed juga akan berpidato minggu ini. Artinya, akan lebih banyak isyarat tentang kebijakan setelah bank sentral memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin di minggu lalu.

    Menurut Ibrahim, para pelaku pasar terlihat memperkirakan peluang 66,7 persen untuk pemangkasan 25 bps lagi di Desember mendatang. Dan, peluang 33,3 persen suku bunga akan teta tidak berubah.

    Wall Street Capai Rekor Tertinggi

    Sementara diberitakan sebelumnya, Indeks utama Wall Street menguat pada penutupan perdagangan Senin, 11 November 2024, dipicu oleh saham-saham yang diuntungkan dari kemungkinan kebijakan fiskal yang akan diterapkan oleh presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

    Berdasarkan laporan Reuters, ketiga indeks utama di Wall Street mencapai rekor tertinggi. Indeks S&P 500 naik 0,10 persen ke 6.001,35, Nasdaq meningkat 0,06 persen ke 19.298,76, sementara Dow Jones Industrial Average melonjak 0,69 persen ke 44.293,13. Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 15,4 miliar saham, lebih tinggi dari rata-rata 12,8 miliar dalam 20 hari terakhir.

    Saham Tesla melejit dengan kenaikan 9 persen dengan valuasi pasar mencapai lebih dari USD1,1 triliun, karena adanya keyakinan bahwa perusahaan akan diuntungkan dari hubungan dekat CEO Elon Musk dengan Trump. Selain itu, beberapa saham lain juga menunjukkan penguatan sejak kemenangan Trump, karena investor memperkirakan kebijakan Trump akan memberikan keuntungan bagi sektor-sektor tertentu.

    “Ini seperti euforia. Tesla adalah opsi paling aktif di tempat kami,” kata Steve Sosnick, kepala strategi di Interactive Brokers.

    Dia menambahkan bahwa banyak opsi beli berfokus pada harga USD400, sekitar 13 persen di atas harga saham saat ini. Data Trade Alert menunjukkan sebagian besar perdagangan terjadi pada kontrak jangka pendek yang akan habis masa berlakunya pada hari Jumat, dengan volume ini mencapai sekitar 56 persen dari total volume perdagangan.

    Adapun Musk telah mendukung Trump selama berbulan-bulan dan tercatat menyumbang setidaknya USD119 juta untuk kelompok pendukung Trump, menurut data federal. Bisnis Musk, mulai dari Tesla hingga SpaceX dan Neuralink, sangat bergantung pada regulasi, subsidi, dan kebijakan, sehingga analis memperkirakan mereka bisa diuntungkan dari pemerintahan yang mendukung.

    Indeks keuangan S&P 500 menguat 1,4 persen, dengan saham-saham bank seperti Wells Fargo & Co dan JPMorgan yang mendorong kenaikan indeks Dow Jones ke level tertinggi. S&P 500 secara keseluruhan sudah naik hampir 4 persen sejak Trump terpilih, sedangkan Nasdaq naik hampir 5 persen.

    Indeks Russell 2000, yang berfokus pada perusahaan berkapitalisasi kecil, melonjak 1,5 persen ke level tertinggi sejak November 2021. Investor melihat perusahaan kecil akan mendapat manfaat dari pemotongan pajak dan aturan yang lebih longgar yang diperkirakan akan diberlakukan.

    Namun, saham-saham teknologi besar seperti Microsoft, Amazon, dan Meta Platforms turun sekitar 1 persen. Indeks teknologi informasi S&P 500 melemah hampir 1 persen, sementara indeks chip PHLX turun 2,5 persen, termasuk saham Nvidia yang turun 1,6 persen setelah mengembalikan keuntungan sebelumnya.

    Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma, menyebutkan, “Pasar telah melalui empat hari yang sangat sibuk sejak pemilu dan kini sedang beristirahat. Namun, tren positif masih berlanjut. Saya tak akan terkejut jika reli ini berlanjut hingga akhir tahun.”

    Investor saat ini menantikan data inflasi harga konsumen yang akan dirilis Rabu, 13 November 2024, serta berbagai data ekonomi lainnya yang penting untuk melihat kondisi ekonomi dan prospek kebijakan moneter.

    Pekan lalu, Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Para pedagang memperkirakan peluang 65 persen untuk penurunan lagi sebesar 25 basis poin dalam pertemuan bank sentral pada Desember mendatang, menurut CME FedWatch.

    “Fed perlu berhati-hati, terutama dengan tekanan harga yang mungkin muncul di tengah kuatnya ekonomi AS," kata Seema Shah, Kepala Strategi Global di Principal Asset Management.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.