Logo
>

IHSG Berpotensi Menguat Tipis, LQ45 Turun 7,88 Persen

Selain itu ada sejumlah saham yang direkomendasikan untuk diserok sebagai investasi jangka panjang.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
IHSG Berpotensi Menguat Tipis, LQ45 Turun 7,88 Persen
Hall Bursa Efek Indonesia di Bilangan SCBD, Jakarta Selatan. Foto: KabarBursa/Abbas

KABARBURSA.COM - Indeks LQ45, yang memuat saham-saham unggulan dengan likuiditas tinggi dan fundamental kuat, belum mampu keluar dari tekanan sepanjang tahun ini. Namun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memasuki tanda-tanda bullish karena kenaikannya yang konsisten.

Hingga akhir April 2025, LQ45 mencatat penurunan tajam sebesar 7,88 persen year-to-date, dengan indeks berada di level 761,52 atau turun 65,14 poin dibanding awal tahun.

Sentimen pasar yang masih tertekan tidak menyurutkan minat investor dalam berburu saham-saham berkualitas.

Musim laporan keuangan kuartal I-2025 menjadi momen penting untuk menilai fundamental emiten, khususnya bagi pelaku pasar yang mengedepankan strategi value investing.

Analis Samuel Sekuritas, Harry Su, menyebutkan sejumlah emiten yang tampil solid dari sisi kinerja keuangan di tengah koreksi indeks.

“Beberapa emiten dengan kinerja paling solid dalam LQ45 adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Emiten-emiten ini memiliki fundamental kuat, didukung pertumbuhan laba yang konsisten, rasio profitabilitas tinggi, serta neraca keuangan yang sehat,” ujar Harry melalui pesan singkat kepada KabarBursa.com, dikutip Senin, 5 Mei 2025.

Lebih lanjut, Harry menyoroti bahwa sektor perbankan, telekomunikasi, dan barang konsumsi masih menjadi tulang punggung kekuatan LQ45.

“Sektor perbankan seperti BBCA dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), sektor telekomunikasi seperti PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), serta sektor consumer goods seperti UNVR dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mendominasi daftar emiten solid,” tutur dia.

Dari sisi valuasi, Harry menilai masih ada peluang menarik. “Beberapa saham yang masih tergolong murah dari sisi valuasi meski kinerjanya kuat antara lain BMRI, INDF, dan ANTM. Investor bisa mempertimbangkan saham-saham ini untuk jangka menengah,” tambahnya.

Untuk strategi jangka panjang, Harry menyarankan saham-saham yang tidak hanya menawarkan potensi capital gain tetapi juga stabil dalam pembagian dividen. “BBRI, ASII, dan UNVR termasuk saham yang menarik untuk dikoleksi dalam jangka panjang. Saham-saham ini memiliki rekam jejak yang solid dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham,” paparnya.

Harry mengingatkan bahwa setelah musim laporan keuangan berakhir, investor sebaiknya tidak lengah. “Investor perlu memperhatikan guidance manajemen, proyeksi kinerja untuk kuartal berikutnya, aksi korporasi seperti pembagian dividen dan buyback saham, serta faktor-faktor makroekonomi seperti suku bunga, nilai tukar, dan inflasi yang tetap menjadi katalis utama,” katanya.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat tipis di level 6.846 pada perdagangan pagi ini.

Analis pasar modal Ibrahim Assuaibi, memperkirakan IHSG masih berpotensi melanjutkan tren kenaikan dalam jangka pendek. “Kemungkinan besar IHSG masih akan menguat, meski penguatannya tidak terlalu signifikan,” ujarnya melalui telepon kepada KabarBursa.com dikutip, Senin, 5 Mei 2025.

Ibrahim menyoroti katalis global yang turut membentuk optimisme pasar, khususnya komentar positif dari Amerika Serikat dan China yang dianggap mampu memperbaiki sentimen perdagangan internasional. Ia juga menambahkan bahwa pergerakan saham teknologi global, seperti Samsung Technology di Amerika dan Asia, diprediksi ikut menopang sentimen positif di pasar domestik.

“Fundamental ekonomi dunia untuk saat ini cukup bagus, dan itu menjadi dasar keyakinan bahwa IHSG masih punya ruang untuk naik,” ucap dia.

Dari dalam negeri, keputusan pemerintah terkait penghapusan outsourcing dan komitmen untuk merampas aset koruptor dinilai sebagai sinyal kuat dukungan terhadap iklim investasi yang lebih sehat. “Langkah pemerintah ini cukup luar biasa dan akan sedikit membantu menjaga momentum penguatan indeks,” tambah Ibrahim.

Dengan berbagai faktor tersebut, Ibrahim memproyeksikan IHSG akan bergerak di kisaran 6.798,20 hingga 6.890,30 sepanjang pekan ini.

Meski arah indeks diprediksi masih bullish, para pelaku pasar tetap diimbau waspada terhadap potensi volatilitas yang muncul dari data-data ekonomi global yang akan dirilis dalam beberapa hari ke depan.

254 Saham Berada Di Zona Hijau

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat ke level 6.846 atau mengalami kenaikan 0,46 persen pada perdagangan sesi I, Senin, 5 Mei 2025.

Merujuk data perdagangan RTI Business, penguatan IHSG tidak lepas dari 254 saham yang berada di zona hijau pagi ini. Sementara itu, 70 saham melemah, dan 260 saham terpantau stagnan. 

Adapun volume perdagangan pada sesi I terpantau sebanyak 690,665 juta lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp320.567 miliar.

Mengutip Stockbit, saham PT Jaya Agra Wattie Tbk. (JAWA) mencuri perhatian setelah bertengger di posisi teratas top gainer pada pembukaan pagi sesi I. Emiten yang berfokus pada sektor perkebunan ini mencatatkan kenaikan harga sebesar 16 poin atau 16,67 persen menjadi Rp112. 

 PT Dwi Guna Laksana Tbk. (DWGL) juga tampil sebagai salah satu penopang indeks dengan penguatan sebesar 12,32 persen atau naik 34 poin ke level Rp310. 

Ada pula PT Batulicin Nusantara Maritim Tbk. (BESS) yang mencatatkan kenaikan sebesar 11,11 persen, dengan harga saham yang naik dari Rp1.035 ke Rp1.150. 

Di posisi keempat dan kelima masing-masing ditempati oleh PT Agung Menjangan Mas Tbk. (AMMS) dan PT PAM Mineral Tbk. (NICL). AMMS mencatatkan kenaikan 9,84 persen menjadi Rp67, sementara NICL naik 6,49 persen ke level Rp820. 

Di sisi lain, saham PT Harta Djaya Karya Tbk. (MEJA) bertengger di urutan pertama top loser usai mengalami penurunan signifikan sebesar 9,24 persen, membuat harga sahamnya menyusut ke Rp108.

PT Sekar Laut Tbk. (SKLT) juga harus mengalami penurunan harga saham sebesar 7,77 persen menjadi Rp190. PT Asia Sejahtera Mina Tbk. (AGAR) juga ikut menurun setelah harga sahamnya merosot 6,87 persen menjadi Rp244. 

Sementara itu, PT Techno9 Indonesia Tbk. (NINE) mengalami koreksi 6,34 persen menjadi Rp133. Terakhir, terdapat PT Graha Mitra Asia Tbk. (RELF) yang mengalami pelemahan harga sebesar 5,26 persen ke level Rp18. 

IHSG Diproyeksikan Menguat, Naik ke Level 0,72 Persen

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan menguat pada perdagangan awal pekan ini, Senin, 5 Mei 2025. Beberapa saham yang direkomendasikan oleh analis untuk perdagangan pagi ini adalah BUKA, KLBF, TPIA dan UNTR.

Analis MNC Sekuritas memproyeksikan IHSG menguat sebesar sebesar 0,72 persen ke level 6.815 disertai volume pembelian.

“Kami masih memperkirakan, posisi IHSG sedang berada di akhir wave [a] dari wave B, sehingga penguatan IHSG akan relatif terbatas. Adapun area penguatan kami perkirakan akan menguji 6,840. Waspadai, akan adanya potensi pembalikan arah dari IHSG untuk membentuk wave [b], dimana kami perkirakan akan menguji 6,364-6,618,” kata Tim Analis MNC Sekuritas, Senin, 5 Mei 2025.

MNC Sekuritas mengungkapkan, level support pada perdagangan pagi ini adalah 6,708, 6,585. Sedangkan untuk resistance berada di level 6,818, 6,877.

Adapun beberapa saham yang direkomendasikan oleh tim MNC sekuritas pada perdagangan pagi ini, antara lain: BUKA, KLBF, TPIA dan UNTR.

BUKA - Spec Buy

BUKA menguat 1,38 persen ke 147 disertai dengan mnunculnya volume pembelian. Analis memperkirakan, posisi BUKA saat ini sedang berada pada bagian dari wave [iv] dari wave C, sehingga koreksi BUKA akan relatif terbatas.

Spec Buy: 141-144

Target Price: 157, 160

Stoploss: below 135

KLBF - Buy on Weakness

KLBF terkoreksi 3,66 persen ke 1,315 dan disertai dengan munculnya tekanan jual. Tim analis memperkirakan, posisi KLBF saat ini sedang berada pada bagian awal dari wave B dari wave (A), sehingga KLBF masih rawan melanjutkan koreksinya.

Buy on Weakness: 1,135-1,285

Target Price: 1,440, 1,525

Stoploss: below 1,105

TPIA - Buy on Weakness

TPIA menguat 9,84 persen ke 8,650 disertai dengan meningkatnya volume pembelian. Kami perkirakan, posisi TPIA sedang berada pada awal wave 3 dari wave (C), sehingga TPIA masih berpeluang melanjutkan penguatannya.

Buy on Weakness: 8,100-8,450

Target Price: 8,950, 9,400

Stoploss: below 8,000

UNTR - Buy on Weakness

UNTR menguat 0,33 persen ke 22,775 dan masih didominasi oleh volume pembelian. Tim analis memperkirakan, posisi UNTR saat ini sedang berada pada bagian wave [b] dari wave B, sehingga UNTR rawan berbalik terkoreksi dahulu.

Buy on Weakness: 21,350-22,175

Target Price: 23,500, 24,275

Stoploss: below 20,775 (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Desty Luthfiani

Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".