KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 54 poin atau menanjak 0,75 persen pada perdagangan Jumat, 8 November 2024.
Mengutip data perdagangan Stockbit pukul 09:00 WIB, saham-saham yang berada di lima besar top gainers ialah FMII (14,68 persen), TRIN (12,20 persen), AMMS (10,00 persen), BREN (10,00 persen), dan LOPI (9,09 persen).
Sementara lima saham yang mengalami koreksi paling dalam di antaranya, HAJJ (9,52 persen), VINS (8,55 persen), LMAX (8,33 persen), JMAS (8,18 persen), dan TAPG (7,81 persen).
Di sisi lain, hampir semua sektor terpantau menghijau. Sektor-sektor yang paling kuat ialah industri dasar (1,28 persen), infrastruktur (0,80 persen), properti (0,71 persen), dan industri (0,45 persen).
Adapun satu-satunya sektoral yang berada di zona merah pada pembukaan perdagangan pagi ini ialah nonsiklikal dengan performa (0,08 persen).
Sementara itu nilai tukar rupiah terpantau menguat terhadap dolar AS pada pembukaan pagi ini. Rupiah ada di kisaran Rp15.634 per dolar AS, menguat 106 poin atau naik 0,67 persen.
Indonesia Berpotensi Terkena Sentimen Negatif
Pasar modal Indonesia dinilai bakal terkena sentimen negatif setelah Donald Trump resmi terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat (AS).
Research Analyst Reliance Sekuritas, Ayu Dian mengatakan terpilihnya Donald Trump saat ini lebih direspon negatif oleh pasar, tercermin dari pelemahan IHSG dan Rupiah beberapa hari belakangan ini.
Menurut Dian, pasar modal Indonesia tengah menghadapi risiko berkaca dari rencana-rencana yang telah dicanangkan pemerintahan Trump.
“Kami sendiri melihat ada risiko ke pasar modal Indonesia karena pemerintahan Trump akan berfokus pada pertumbuhan ekonomi dengan memotong pajak korporasi dan meningkatkan tarif impor,” jelas dia kepada Kabarbursa.com, Jumat, 8 November 2024.
Jika kebijakan tersebut dilakukan, kata Dian, ada potensi untuk kembali meningkatkan defisit anggaran dan inflasi AS yang membuat ruang pemangkasan suku bunga dapat terganggu.
“Hal ini akan jadi sentimen negatif dan dapat berdampak pada stabilitas rupiah,” tuturnya.
Kendati begitu, Dian memandang pasar sudah memprice in risiko tersebut dan pelemahan saham dapat dijadikan momentum untuk investor yang ingin buy on weakness.
Hal senada juga diungkapkan Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi. Dia melihat terpilihnya Trump berpotensi membuat pasar modal tanah air lebih tertekan akibat beberapa sentimen.
“Potensi penguatan nilai USD sehingga menekan nilai tukar Rupiah dan emerging market lainnya,” kata dia kepada Kabarbursa.com, Jumat, 8 November 2024.
Selain itu, lanjut Audi, ketidakpastian juga berpotensi meningkat seiring dengan perang dagang yang dapat kembali terjadi. Terakhir dia memandang, potensi tertahannya suku bunga FFR pada level tinggi seiring tidak tercapai.
“Normalisasi inflasi AS sesuai target dan pada akhirnya dapat mendorong outflow kembali terjadi,” pungkas dia.
Kemenangan Trump Jadi Angin Segar Sektor Energi
Diberitakan sebelumnya, keterpilihan Trump sebagai Presiden AS, dinilai akan menguntungkan para pengusaha minyak. Pasalnya, Trump sempat menjanjikan para pengusaha minyak untuk mencabut regulasi yang menghambat pengeboran minyak.Dikutip dari The Guardian, Trump juga berjanji akan mencabut aturan baru yang dibentuk untuk mengurangi polusi dari kendaraan bermotor.
Kendati begitu, Trump meminta para bos minyak AS untuk membiayai kampanyenya. Menurut laporan The Guardian, lebih dari 20 eksekutif minyak yang dimintai sumbangan kampanye Trump sebesar USD1 miliar.
Dibalik sikapnya yang anti-lingkungan, keterpilihan Trump sebagai Presiden AS dinilai dapat menjadi angin segar bagi sektor energi, khususnya fosil. Akan tetapi, manfaat kemenangan Trump dinilai hanya menguntungkan pengusaha minyak AS, tidak untuk pasar domestik Indonesia.
Head of Technical Analysis Henan Putihrai Sekuritas, Ezaridho Ibnutama, menyebut bahwa ‘Trump Efek’ di sektor energi fosil tidak akan berdampak apa-apa bagi Indonesia. “Sektor energi di Amerika Serikat memang angin segar, tapi sektor energi di Indoesia tidak,” ungkapnya kepada KabarBursa.com, Jum’at, 8 November 2024.
Dihubungi terpisah, Analis Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menilai, tetap menjadi angin segar di sektor energi. Pasalnya, kata dia, diketahui era kepemimpinan Trump sebelumnya, AS menarik diri dari perjanjian Paris Aggriment 2015.
“Apa yang Donld Trump janjikan dalam rangka untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar fosil memang sebenarnya sudah dilakukan ketika pada waktu era Trump, mereka tidak meratifikasi perjanjian Paris dan keluar daripada perjanjian Paris tersebut pada waktu Trump berkuasa,” kata Nafan kepada KabarBursa.com, Jumat, 8 November 2024.
Dengan kemenangan Trump, Nafan menilai geliat sektor energi akan kembali menggairahkan. Indonesia sendiri, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat ekspor batubara mencapai USD84 juta untuk AS pada tahun 2023 silam.
“Ketika Trump berhasil menang Pemilu, tapi karena itu janji-janji politiknya akan terlaksana, nanti semestinya permintaan bahan bakar fosil tersebut bisa relativly meningkat. Jadi ini angin segar untuk sektor energi,” jelasnya.
Kendati begitu, Nafan menilai, keterpilihan Trump tidak akan berpengaruh terhadap investor yang belakangan diketahui memiliki kecenderungan berinvestasi pada emiten-emiten berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG). “Kalau menurut saya, ESG, emiten-emiten yang berkomitmen terhadap ESG, tetap saja menarik untuk dilirik,” tutupnya.
Sementara itu, Senior Economist Bank Mandiri, Reny Eka Putri menilai, keterpilihan Donald Trump dalam Pemilihan Umum (Pemilu) di Amerika Serikat (AS) berpeluang meningkatkan inflasi harga komoditas energi yang dapat mendorong administered price.
Pasalnya, tutur Reny, Trump lebih fokus pada produksi energi fosil ketimbang mendukung transisi energi hijau. Dia menilai, hal tersebut akan berdampak pada peningkatan prospek permintaan dan harga minyak ke depan.
“Jika dilihat dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, maka terdapat risiko kenaikan inflasi harga energi yang dapat mendorong inflasi administered price,” kata Reny kepada KabarBursa.com, Kamis, 7 November 2024. (*)