KABARBURSA.COM – Setelah Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG mencetak penguatan beruntun, kini pasar mulai bertanya sampai kapan euforia ini bertahan? IHSG tercatat terkoreksi 0,65 persen ke level 7.094 pada penutupan Selasa, 21 Mei 2025. Menurut analis teknikal MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, ini bisa jadi sinyal bahwa pergerakan indeks sudah mulai mendekati ujung dari gelombang penguatan jangka pendek.
“Pergerakan IHSG sudah berada di akhir wave (v) dari wave [a] pada label hitam. Hal tersebut berarti, penguatan IHSG sudah mulai terbatas dan rawan berbalik terkoreksi,” ujar Herditya dalam riset harian MNCS Daily Scope Wave, Rabu, 21 Mei 2025.
Ia memproyeksikan IHSG masih berpeluang menguji area resistance di kisaran 7.218–7.227. Tapi jika tekanan jual berlanjut, koreksi bisa membawa indeks ke rentang support 6.713–7.031. Artinya, pelaku pasar sebaiknya mulai memasang strategi bertahan, terutama jika indeks gagal mempertahankan posisi di atas 7.100.
Saham yang Menarik Diperhatikan
Di tengah potensi koreksi ini, ada sejumlah saham yang menurut tim riset MNC Sekuritas tetap menarik untuk dicermati dari sisi teknikal, antara lain:
- CLEO (PT Sariguna Primatirta Tbk)
Saham produsen air minum dalam kemasan ini terkoreksi ke level 1.400. Namun secara teknikal, posisi CLEO sedang berada dalam fase wave (b) dari wave [b]. Ini memberi ruang bagi pembentukan wave naik selanjutnya dengan target teknikal di kisaran 1.445–1.470.
2. PANI (PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk)
PANI sedang membentuk pola wave [ii] dari wave C setelah terkoreksi 4,17 persen ke level 10.925. Potensi rebound terbuka jika tekanan jual mereda, dengan proyeksi teknikal ke area 12.350–13.725.
3. PSAB (PT J Resources Asia Pasifik Tbk)
Meski sempat melemah 2,04 persen ke 288, PSAB saat ini berada pada bagian wave 2. Koreksi lanjutan mungkin terjadi dalam jangka pendek, tapi peluang rebound teknikal menuju 308–322 tetap terbuka.
4. TLKM (PT Telkom Indonesia Tbk)
Saham emiten telekomunikasi pelat merah ini sedang berada di awal wave [b] dari wave 4. Koreksi ke kisaran 2.460–2.670 bisa jadi ruang akumulasi, dengan potensi teknikal menuju 2.960–3.090.
Kondisi IHSG saat ini mengharuskan investor lebih disiplin dalam mengelola risiko. Meskipun terdapat peluang-peluang teknikal jangka pendek, ancaman koreksi bisa datang sewaktu-waktu, terutama jika tekanan global dan regional kembali meningkat. “Waspadai akan adanya koreksi ke rentang area 6.713–7.031,” kata Herditya.
Masih Wajar
Analis pasar modal, Ibrahim Assuaibi, menyebut koreksi IHSG saat ini masih tergolong wajar dan tidak mengganggu tren jangka menengah. Ia memproyeksikan indeks bisa kembali menuju level 7.200 dalam waktu dekat, terutama jika stabilitas sektor perbankan terjaga dan tensi global cenderung mereda.
“Kalau tidak ada tekanan eksternal yang signifikan, IHSG bisa rebound ke 7.200. Sektor perbankan akan jadi motor utama karena secara fundamental masih sangat solid,” kata Ibrahim saat dihubungi KabarBursa.com, kemarin.
Menurutnya, saham-saham bank besar tetap menjadi favorit investor karena kontribusinya yang besar terhadap gerak IHSG. Ditambah lagi, ekonomi domestik dinilai cukup kokoh dan sektor konsumsi masih tumbuh.
Tak hanya itu, Ibrahim juga menyoroti sektor ritel sebagai opsi menarik, terutama emiten di bawah grup Indo seperti Indomaret, Alfamart, dan Indomarko. Dengan karakter bisnis yang defensif dan basis pelanggan yang luas, saham-saham ini dinilai ideal untuk mengarungi pasar yang tidak menentu.
“Retail tetap menarik, mereka punya pangsa pasar besar dan cenderung stabil,” ujarnya.
Ia juga merekomendasikan saham-saham berbasis pertanian dan pupuk, seiring dengan dorongan pemerintah terhadap program ketahanan pangan nasional. Menurutnya, sektor ini akan mendapat momentum pertumbuhan seiring perubahan arah kebijakan dan tren konsumsi nasional.
Namun di sisi lain, Ibrahim tetap mengingatkan investor agar mencermati potensi risiko dari luar negeri, terutama dari Amerika Serikat. Ia menyoroti tanda-tanda perlambatan ekonomi di AS, mulai dari penurunan peringkat ekonomi hingga rencana PHK dari otoritas moneter negara tersebut.
“Kontraksi ekonomi AS sebesar 0,3 persen pada kuartal pertama jadi alarm penting. Ini bisa berdampak ke sentimen pasar secara global,” katanya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.