KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka fluktuatif pada perdagangan sesi I, Rabu, 18 Juni 2025. Indeks sempat menguat tipis sebesar 0,07 persen ke level 7.160, namun lima menit kemudian IHSG mengalami koreksi -0,09 persen ke posisi 7.149.
Volume perdagangan pada pembukaan sesi I mencapai 258,828 juta lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp176,775 miliar. Adapun sebanyak 199 saham tercatat mengalami kenaikan, 53 saham melemah, dan 268 saham stagnan.
Mengutip data perdagangan Stockbit, PT Andalan Sakti Primaindo Tbk (ASPI) berada di posisi teratas top gainer usai mencatatkan lonjakan tertinggi mencapai +34,07 persen ke level 244.
Di posisi kedua terdapat PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) yang naik signifikan hingga +11,61 persen. Sedangkan di peringkat ketiga ada PT Armada Berjaya Trans Tbk (JAYA) yang menguat +8,91 persen.
Saham PT Mizuho Leasing Indonesia Tbk (VRNA) dan PT Lippo General Insurance Tbk (LPGI) juga tercatat dalam daftar top gainer dengan kenaikan masing-masing +8,64 persen dan +6,82 persen.
Sebaliknya, saham PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk (SPRE) menjadi top loser pagi ini dengan penurunan -9,59 persen. Penurunan juga dialami oleh PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) sebesar -6,67 persen.
Selain itu, ada pula PT Pudjiadi & Sons Tbk (PNSE) yang melemah -6,04 persen, PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) -5,43 persen, dan PT Batavia Prosperindo Trans Tbk (BPTR) -5,26 persen.
Dari sisi sektoral, sektor energi terpantau mengalami kenaikan siginifikan sebesar +0,94 persen, di bawahnya diikuti sektor transportasi yang naik +0,84 persen.
Sektor basic industry juga turut mencatatkan penguatan sebesar +0,29 persen, diikuti sektor properti (+0,37 persen), industrial (+0,21 persen), dan cyclical (+0,46 persen).
Adapun sektor non-cyclical dan infrastruktur masing-masing mencatatkan kenaikan tipis (+0,07 persen) dan (+0,09 persen).
Sementara itu, sektor teknologi dan keuangan mengalami sedikit pelemahan, masing-masing -0,04 persen dan -0,07 persen. Sektor kesehatan tercatat turun paling dalam dengan koreksi -0,28 persen.
Saham Konsumer dan Digital Dorong IHSG Mendekati 7.355
IHSG pada perdagangan Rabu, 18 Juni 2025 diproyeksikan melanjutkan penguatan, setelah kemarin naik 0,54 persen ke level 7.155. Menurut analis teknikal MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, peluang penguatan masih terbuka seiring munculnya volume pembelian yang signifikan.
“Apabila IHSG break 7.240, maka diperkirakan IHSG akan membentuk wave (v) dari wave [a] yang akan menguji 7.263 hingga 7.355,” ujar Herditya dalam riset teknikal harian, Rabu pagi.
Namun ia juga memberi catatan bahwa potensi koreksi tetap ada jika indeks gagal menembus resistance tersebut. Dalam skenario hitam, IHSG bisa terkoreksi ke rentang 6.713–7.009.
Adapun level support IHSG saat ini berada di 7.079 dan 7.009, sementara resistance berada di kisaran 7.240 hingga 7.324.
Prospek IHSG di Tengah Api Timur Tengah
Bursa tak pernah kebal dari dentuman senjata. Di tengah reli dan koreksi yang datang silih berganti, arah IHSG kini juga dibayang-bayangi bara konflik di Timur Tengah. Serangan Israel ke jantung infrastruktur strategis Iran—dari pangkalan militer hingga lokasi pengayaan nuklir—bukan cuma mengguncang kawasan, tapi juga menggetarkan harga minyak dunia.
Menurut analis pasar modal yang juga pendiri Stocknow.id, Hendra Wardana, dampaknya tak bisa dianggap remeh. Kenaikan tajam harga minyak adalah alarm dini bagi potensi inflasi global.
“Data per akhir pekan menunjukkan harga minyak global melonjak sebesar 12,7 persen ke level USD77,57 per barel," ujar dia dalam risetnya kepada KabarBursa.com, Senin, 16 Juni 2025.
Hendra menilai lonjakan harga itu menimbulkan kekhawatiran baru akan terganggunya pasokan energi global, mengingat Iran merupakan produsen minyak mentah terbesar ke-9 di dunia dengan output hampir 4 juta barel per hari.
Dampaknya perang terhadap pasar domestik pun sudah terlihat ketika IHSG ditutup melemah sebesar 38,30 poin atau 0,53 persen ke level 7.166,06 pada perdagangan Jumat, 13 Juni 2025.
Dari sisi teknikal, Hendra menjelaskan jika IHSG kini berada di bawah moving average5 hari (MA5) dan memperlihatkan sinyal negatif melalui pola stochastic death cross.
"Menandakan potensi berlanjutnya pelemahan jangka pendek menuju MA20 di area 7.081 hingga level psikologis kuat di 7.000. Apabila tekanan meningkat, area dinamis MA50 di 6.909 menjadi support kritis yang perlu dicermati investor," katanya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.