KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka melemah pada awal perdagangan hari Rabu, 2 Juli 2025 turun 17,17 poin atau 0,25 persen ke posisi 6.898,19.
Sepanjang sesi pagi, indeks bergerak dalam rentang 6.894,07 hingga 6.905,37 dengan level pembukaan di 6.896,42.
Volume transaksi tercatat sebanyak 3,11 juta lot dengan nilai perdagangan mencapai Rp351,77 miliar dan frekuensi 24.600 kali. Aktivitas investor asing menunjukkan tekanan jual dengan catatan net foreign sell sebesar Rp817 miliar di pasar reguler.
Total nilai transaksi asing mencapai Rp7,21 triliun, dengan pembelian sebesar Rp2,89 triliun dan penjualan Rp3,7 triliun. Komposisi investor pagi ini masih didominasi oleh investor domestik sebesar 67,35 persen, sementara asing menyumbang 32,65 persen.
Ada setidaknya 190 saham menguat, 179 saham melemah dan 271 saham stagnan dalam perdagangan hari ini. Beberapa saham mencatat kenaikan signifikan dan masuk jajaran lima besar top gainers. Emiten sektor konstruksi PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) memimpin dengan kenaikan 26,90 persen ke level 250.
Disusul oleh emiten sektor perdagangan umum PT Andalan Sakti Primaindo Tbk (ASPI) yang naik 15,62 persen ke harga 222. Dari sektor barang konsumsi, PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk (SPRE) naik 9,76 persen ke posisi 90. Emiten teknologi PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE) naik 9,09 persen ke harga 72, sementara PT Mutuagung Lestari Tbk (MUTU) di sektor jasa pengujian juga menguat 7,29 persen ke level 103.
Sebaliknya, tekanan jual menyeret beberapa saham ke zona merah. PT Minahasa Membangun Hebat Tbk (HBAT) di sektor properti turun 9,09 persen ke harga 60. PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) dari sektor makanan dan minuman melemah 7,14 persen ke 169.
Emiten pariwisata PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) turun 4,88 persen ke 78. Sementara itu, PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) dari sektor logam dasar turun 4,76 persen ke posisi 320, dan PT Planet Properindo Jaya Tbk (PLAN) dari sektor properti terkoreksi 4,44 persen ke harga 43.
Secara sektoral, pelemahan terjadi pada sektor teknologi sebesar 0,62 persen, sektor barang non-siklikal turun 0,50 persen, sektor keuangan turun 0,23 persen, serta sektor industri dasar melemah 0,27 persen.
Sementara sektor transportasi mencatat penguatan tertinggi sebesar 0,37 persen, diikuti sektor kesehatan naik 0,26 persen, sektor industri naik 0,14 persen, dan sektor energi naik 0,07 persen. Sektor properti dan infrastruktur masing-masing naik tipis sebesar 0,04 persen dan turun 0,08 persen.
Proyeksi Pasar untuk Periode 30 Juni – 4 Juli 2025
Retail Equality Analyst dari PT Indo Primer Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus mengimbau pelaku pasar untuk mencermati berbagai sentimen kunci baik dari global maupun domestik.
Dari sisi global, data Indeks NBS Manufacturing PMI China untuk bulan Juni diperkirakan akan melemah ke level 49,5 dari sebelumnya 49,7 akibat tekanan tarif dan deflasi berkelanjutan. Sementara itu, Indeks ISM Manufacturing PMI Amerika Serikat diprediksi meningkat tipis ke level 48,8 dari 48,5.
Data ketenagakerjaan AS juga menjadi perhatian, di mana Non-Farm Payrolls untuk Juni diperkirakan menurun menjadi 129.000 dari sebelumnya 139.000, dan Indeks S\&P Global Composite PMI Final AS diprediksi tetap stagnan di level 52,8.
Dari dalam negeri, Indeks S\&P Global Manufacturing PMI Indonesia untuk Juni diperkirakan naik ke 48,5 dari sebelumnya 47,4. Neraca perdagangan Indonesia pada Mei diproyeksikan tumbuh menjadi 1 miliar dolar AS dari sebelumnya 0,15 miliar dolar AS. Sementara itu, tingkat inflasi domestik diperkirakan naik ke 2,4 persen dari posisi bulan sebelumnya di 1,6 persen.
Indri menilai bahwa secara keseluruhan, gencatan senjata dan potensi pemangkasan suku bunga menjadi sentimen positif bagi IHSG. Ia menyatakan bahwa fokus pasar akan beralih dari ketegangan geopolitik menuju kebijakan tarif dan arah suku bunga acuan, terlebih menjelang tenggat waktu penerapan kebijakan tarif AS pada 9 Juli 2025.
Lebih lanjut, Indri menyebut pelaku pasar kemungkinan akan bersikap hati-hati sembari menanti arus dana asing kembali masuk ke pasar Indonesia. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, ia memperkirakan sektor perbankan dan properti akan menjadi sektor tujuan rotasi dari sektor komoditas.
"IHSG pun diprediksi akan bergerak dalam rentang konsolidasi dengan support di level 6.740 dan resistance di 7.060," katanya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.