KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan pagi ini, Rabu, 21 Mei 2025, dengan kenaikan sebesar 20,48 poin atau 0,29 persen ke level 7.115,08.
Sepanjang sesi awal perdagangan, indeks sempat bergerak di kisaran tertinggi 7.122,08 dan terendah 7.109,22, mencerminkan volatilitas yang relatif terbatas. Total volume transaksi di seluruh pasar mencapai 6,40 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp454,82 miliar dari 30.500 transaksi.
Meski pembukaan IHSG positif, aktivitas asing menunjukkan tekanan jual dengan net foreign sell di pasar reguler sebesar Rp392 miliar. Investor asing tercatat melakukan penjualan sebesar Rp5,04 triliun, lebih tinggi dibandingkan pembelian yang hanya mencapai Rp4,65 triliun.
Sementara itu, nilai total transaksi tercatat sebesar Rp10,3 triliun dengan porsi transaksi domestik mencapai 67,48 persen dan transaksi asing sebesar 32,52 persen.
Ada setidaknya 268 saham naik 178 saham turun dan 176 saham stagnan.
Saham PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk atau DIVA menjadi yang terkuat pagi ini masuk jajaran top gainers dengan lonjakan harga sebesar 17,59 persen ke level Rp127.
Disusul oleh PT Indo Straits Tbk (PTIS) yang naik 16,48 persen ke harga Rp410, dan PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) yang menguat 11,36 persen ke Rp294.
Saham PT Tourindo Guide Indonesia Tbk (PGJO) juga menunjukkan kenaikan signifikan sebesar 9,43 persen ke Rp580, sementara PT Multisarana Intan Eduka Tbk (MSIE) bertambah 9,09 persen ke Rp24.
Di sisi lain, saham PT Mitra Energi Persada Tbk (KOPI) kembali mengalami tekanan jual dengan penurunan signifikan sebesar 14,71 persen ke harga Rp580, menjadikannya salah satu saham dengan pelemahan terbesar hari ini.
Saham PT Lupromax Pelumas Indonesia Tbk (LMAX) turun 7,41 persen ke Rp50, diikuti oleh PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) yang melemah 6,84 persen ke Rp109 dan PT Pelangi Indah Canindo Tbk (PICO) yang turun 6,80 persen ke Rp137. Saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) juga terkoreksi 5,78 persen ke Rp11.000.
Sektor Industri Alami Penurunan
Secara sektoral, sektor industri mengalami penurunan terbesar sebesar 0,88 persen, diikuti oleh sektor energi yang turun tipis 0,11 persen. Di sisi lain, sektor industri dasar mencatat penguatan paling signifikan sebesar 1,23 persen.
Sektor kesehatan naik 0,78 persen, teknologi meningkat 0,48 persen, dan sektor keuangan menguat 0,35 persen. Sektor properti dan transportasi masing-masing menguat 0,43 persen dan 0,41 persen. Sektor non-siklikal dan siklikal juga mencatat kenaikan masing-masing sebesar 0,63 persen dan 0,08 persen.
Pergerakan pasar pagi ini menunjukkan adanya dinamika yang berimbang antara tekanan jual asing dan optimisme domestik yang mendukung penguatan indeks. Investor diharapkan terus mencermati perkembangan global dan data ekonomi domestik yang dapat mempengaruhi arah pasar dalam beberapa hari ke depan.
Analis pasar modal, Ibrahim Assuaibi, menyebut bahwa koreksi IHSG kali ini masih tergolong wajar dan tidak mengganggu tren jangka menengah.
Ia memproyeksikan indeks bisa kembali menuju level 7.200 dalam waktu dekat, terutama jika stabilitas sektor perbankan terjaga dan tensi global cenderung mereda.
“Kalau tidak ada tekanan eksternal yang signifikan, IHSG bisa rebound ke 7.200. Sektor perbankan akan jadi motor utama karena secara fundamental masih sangat solid,” kata Ibrahim saat dihubungi KabarBursa.com, Selasa, 20 Mei 2025.
Menurutnya, saham-saham bank besar tetap menjadi favorit investor karena kontribusinya yang besar terhadap gerak IHSG. Ditambah lagi, ekonomi domestik dinilai cukup kokoh dan sektor konsumsi masih tumbuh.
Tak hanya itu, Ibrahim juga menyoroti sektor ritel sebagai opsi menarik, terutama emiten di bawah grup Indo seperti Indomaret, Alfamart, dan Indomarko. Dengan karakter bisnis yang defensif dan basis pelanggan yang luas, saham-saham ini dinilai ideal untuk mengarungi pasar yang tidak menentu.
“Retail tetap menarik, mereka punya pangsa pasar besar dan cenderung stabil,” ujarnya.
Ia juga merekomendasikan saham-saham berbasis pertanian dan pupuk, seiring dengan dorongan pemerintah terhadap program ketahanan pangan nasional. Menurutnya, sektor ini akan mendapat momentum pertumbuhan seiring perubahan arah kebijakan dan tren konsumsi nasional.
Namun di sisi lain, Ibrahim tetap mengingatkan investor agar mencermati potensi risiko dari luar negeri, terutama dari Amerika Serikat. Ia menyoroti tanda-tanda perlambatan ekonomi di AS, mulai dari penurunan peringkat ekonomi hingga rencana PHK dari otoritas moneter negara tersebut.
“Kontraksi ekonomi AS sebesar 0,3 persen pada kuartal pertama jadi alarm penting. Ini bisa berdampak ke sentimen pasar secara global,” jelasnya.
Meski begitu, Ibrahim menilai adanya jeda 90 hari dalam eskalasi perang dagang antara AS dan Tiongkok sebagai kabar baik. Waktu ini, menurutnya, akan dimanfaatkan oleh investor untuk mengakumulasi saham, terutama di sektor-sektor strategis.
“Selama gencatan ini berlangsung, pelaku pasar akan ambil posisi. Ini bisa jadi ruang bagi IHSG untuk kembali menguat,” kata dia.(*)