KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat tipis sebesar 0,07 persen ke level 7.904 pada perdagangan Selasa, 19 Agustus 2025.
Mengutip data RTI Business, sebanyak 215 saham dibuka menghijau, 68 saham di zona merah, dan 319 saham mengalami stagnan. Adapun volume perdagangan pada pembukaan sesi I tercatat 536,978 juta lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp415,011 miliar.
Sementara itu mengutip Stockbit, PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk (LIFE) menjadi sorotan dengan lonjakan harga hingga Rp14.200 per saham, naik Rp2.325 atau setara 19,58 persen. Kenaikan tajam juga dialami PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) yang melesat Rp155 atau 16,15 persen ke posisi Rp1.115 per saham.
Emiten lain yang masuk ke jajaran top gainer pagi ini adalah PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS), yang menghijau 12 poin atau 12,50 persen ke level Rp108 per saham.
Sedangkan, PT Argo Pantes Tbk (ARGO) juga mencatat penguatan Rp210 atau 12,10 persen sehingga harga sahamnya bertengger di Rp1.945 per saham. Adapun PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) ikut mencatat kenaikan signifikan sebesar Rp7.500 atau 10,64 persen, berada di level Rp78.000 per saham.
Di sisi lain, terdapat pula saham-saham yang melemah. PT Wir Asia Tbk (WIRG) terkoreksi Rp10 atau 5,52 persen ke level Rp171 per saham. Tekanan juga dirasakan PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) yang turun Rp50 atau 5,10 persen ke Rp930 per saham.
Saham teknologi PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk (ZYRX) ikut merosot Rp8 atau 4,49 persen menjadi Rp170 per saham. PT Uni-Charm Indonesia Tbk (UCID) juga terpantau melemah Rp22 atau 4,40 persen ke posisi Rp478 per saham.
PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) melengkapi lima besar daftar top loser di pembukaan sesi I hari ini usai turun Rp10 atau 3,94 persen ke Rp244 per saham.
Jika dilihat dari pergerakan sektoral, mayoritas sektor tercatat positif. Sektor siklikal memimpin penguatan dengan kenaikan 0,78 persen, disusul property yang naik 0,73 persen, serta teknologi yang tumbuh 0,67 persen. Sektor lain yang menguat antara lain industri (0,61 persen), kesehatan (0,59 persen), energi (0,57 persen), dan non-siklikal (0,10 persen).
Sementara itu, beberapa sektor mengalami pelemahan tipis, yakni basic industry yang terkoreksi 0,14 persen, infrastruktur turun 0,57 persen, dan finance yang melemah 0,03 persen.
IHSG Diramal Koreksi
IHSG diprakirakan mengalami koreksi pada perdagangan hari ini. Namun, prediksi melemahnya indeks dinilai bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.
Analis sekaligus Founder Republik Investor, Hendra Wardana, mengatakan setelah menyentuh level tertinggi sepanjang masa di 8.017, IHSG justru menunjukkan tanda-tanda kelelahan.
Melemahnya IHSG sebesar 0,14 persen di level 7.898 pada perdagangan Jumat, 15 Agustus 2025, menjadi sinyal awal bahwa euforia pasar mulai mereda dan tekanan koreksi jangka pendek semakin membesar.
"Untuk perdagangan Selasa, 19 Agustus 2025, IHSG berpotensi melanjutkan koreksi menuju area support teknikal, seiring dengan aksi ambil untung yang wajar pasca-rally tajam selama beberapa pekan terakhir," ujar dia dalam risetnya yang diterima Kabarbursa.com, dikutip Selasa, 19 Agustus 2025.
Secara teknikal, Hendra melihat IHSG kini berada di bawah range resistance kuat di 7.806–7.911. Jika tekanan jual berlanjut dan indeks gagal kembali menembus serta bertahan di atas 7.911 dalam dua hari ke depan, maka kemungkinan besar IHSG akan menguji support di kisaran 7.750 terlebih dahulu, dan bahkan terbuka peluang menuju MA20 di 7.580.
Ia menilai koreksi ini bukan sesuatu yang mengkhawatirkan, justru cenderung sehat sebagai bagian dari proses konsolidasi setelah lonjakan cepat ke atas 8.000.
Menurutnya, penyebab utama koreksi bukan hanya profit taking, tetapi juga ketidakmerataan kontribusi saham terhadap penguatan indeks. Dia bilang, reli IHSG terlalu tergantung pada saham-saham konglomerasi dan teknologi kapitalisasi besar yang sudah dalam kondisi overvalued secara jangka pendek.
"Ketika saham-saham seperti DCII, DSSA, dan BRPT mulai kehilangan momentum beli, maka daya dorong indeks secara keseluruhan ikut melemah," jelasnya.
Meski begitu, lanjut Hendra, koreksi ini tidak akan terjadi dalam skala besar jika sejumlah sentimen positif tetap terjaga. Seperti stabilnya nilai tukar rupiah, arus dana asing yang masih net inflow, dan potensi window dressing lebih awal menjelang kuartal IV.
"Selain itu, pergerakan sektor yang lebih merata dapat menopang IHSG dari koreksi yang terlalu dalam," tambah dia. (*)