KABARBURSA.COM - Pada 16 Januari 2025, IHSG mengalami penguatan signifikan sebesar 1,77 persen, menutup pada level 7.079. Peningkatan ini diiringi dengan adanya volume pembelian yang cukup besar, menunjukkan potensi momentum positif.
Menurut analisis teknikal, penguatan IHSG ini diprediksi sebagai bagian awal dari wave [c] pada skenario hitam, yang masih membuka peluang bagi indeks untuk terus menguat dan menguji level 7.120 hingga 7.197. Namun, jika IHSG menembus level support di 6.931, diperkirakan IHSG akan menguji level 6.742 hingga 6.835 untuk membentuk wave [c] dari wave Y.
Level support dan resistance yang harus diperhatikan adalah 6.931 dan 6.843 untuk support, sementara resistance terdekat berada pada level 7.120 dan 7.197.
Pada prediksi penguatan ini, sejumlah saham memiliki rekomendasinya masing-masing. Untuk saham BIRD, terjadi penguatan yang cukup signifikan sebesar 4,95 persen, yang membawa harga saham ini mencapai 1.590.
Meskipun harga sempat naik, volume pembelian yang muncul menunjukkan tren positif. Saat ini, BIRD diperkirakan berada di bagian dari wave [iii] dari wave A dalam wave (B), sehingga masih ada potensi bagi saham ini untuk terus menguat, selama harga tetap berada di atas level 1.530 sebagai stoploss.
Oleh karena itu, BIRD direkomendasikan untuk dibeli pada level harga 1.550-1.590 dengan target price di kisaran 1.650-1.725 dan stoploss di bawah 1.530.
Saham BRMS mengalami koreksi sebesar 2,87 persen dengan harga saham turun ke level 406. Walau ada volume penjualan yang terlihat, saham ini masih bertahan di atas MA60, yang menjadi support jangka pendeknya.
Saat ini, BRMS diperkirakan sedang berada di bagian awal dari wave (c) dari wave [b], dan diprediksi akan kembali menguat. Oleh karena itu, saham BRMS masih menawarkan peluang beli pada level harga 390-406, dengan target harga 452-478, dan stoploss di bawah 376.
Saham ENRG bergerak flat di level 250, diiringi dengan volume penjualan. Posisi ENRG saat ini diperkirakan berada di wave [ii] dari wave C, yang menunjukkan bahwa saham ini kemungkinan akan mengalami koreksi terlebih dahulu.
Investor dapat mempertimbangkan membeli ENRG pada harga 236-248 dengan target harga di kisaran 272-288 dan stoploss di bawah 228.
Saham ESSA mengalami koreksi hingga mencapai harga Rp865, namun masih tertahan di atas MA60, menunjukkan adanya potensi untuk rebound. Posisi ESSA saat ini diperkirakan sedang berada di bagian dari wave [c] dalam wave B.
Dalam hal ini, saham ESSA masih menawarkan peluang beli pada level harga 840-850, dengan target harga 895-910 dan stoploss di bawah 820.
Secara keseluruhan, meskipun sebagian saham terkoreksi, analisis teknikal menunjukkan bahwa sebagian besar saham ini berada dalam posisi yang memberikan potensi kenaikan dalam jangka pendek, dengan target harga yang masih cukup menarik.
Namun, investor disarankan untuk selalu memantau pergerakan harga dan indikator teknikal lebih lanjut untuk meminimalisir risiko.
Proyeksi IHSG Setahun ke Depan
PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat mencapai level 8.000 pada tahun 2025. Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, menyatakan optimisme terhadap prospek pasar modal Indonesia, yang diperkirakan akan tetap positif di tahun ini.
Rully mengungkapkan bahwa prediksi IHSG yang bisa menyentuh angka 8.000 tetap realistis, meskipun ada potensi perang dagang yang dapat terjadi pada pemerintahan Donald Trump periode kedua di Amerika Serikat (AS).
"Meskipun saat ini pelaku pasar masih menunggu kabar positif dari global dan domestik, kami tetap optimis terhadap pasar saham Indonesia berkat dua faktor internal, yaitu inflasi yang stabil dan daya beli yang terjaga," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima pada Rabu, 15 Januari 2025.
Dia menambahkan, Indonesia terus mencatatkan penurunan inflasi yang didorong oleh stabilitas harga bahan pangan. Rully memperkirakan harga bahan makanan akan tetap terkendali di tahun depan, asalkan tidak terjadi gangguan signifikan seperti cuaca ekstrem yang dapat mengganggu produksi pangan.
Selain itu, Rully juga mencatat bahwa dengan stabilnya harga bahan makanan serta kebijakan pembatasan pengenaan PPN 12 persen untuk barang dan jasa mewah, daya beli masyarakat Indonesia diharapkan tetap terjaga. Hal ini diharapkan bisa mendukung konsumsi yang tetap positif.
Untuk kondisi makroekonomi Indonesia, Rully dan tim riset Mirae Asset memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan mencapai 5 persen, dengan posisi suku bunga acuan Bank Indonesia diperkirakan berada di 5,5 persen pada akhir tahun. Meski demikian, Rully memprediksi Bank Indonesia kemungkinan baru akan menurunkan suku bunga pada semester II 2024, mengingat kondisi pasar yang masih fluktuatif dan antisipasi terhadap kebijakan dari pemerintahan AS.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor makroekonomi tersebut, pasar modal Indonesia tetap dianggap memiliki prospek positif pada 2025. Rully berharap tantangan global dapat dihadapi dengan kebijakan yang tepat dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan.(*)