KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah pada perdagangan awal pekan atau Senin, 13 Oktober 2025. Perkiraan lesunya indeks datang dari kebijakan baru Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Pengamat Pasar Modal sekaligus founder Republik Investor, Hendra Wardana kebijakan Trump mengenai penerapan kembali tarif impor terhadap berbagai produk asal China menimbulkan kembali ketegangan dagang antara dua negara tersebut.
Hendra menyebut Kebijakan itu langsung mengguncang pasar keuangan global. Indeks Dow Jones ditutup anjlok -1,90 persen, S&P 500 turun tajam -2,71 persen, dan Nasdaq Composite merosot lebih dalam -3,56 persen pada perdagangan akhir pekan lalu.
"Aksi jual besar-besaran di Wall Street mencerminkan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap perlambatan ekonomi global akibat potensi pembalasan dari pihak Beijing," ujar dia dalam keterangannya yang diterima Kabarbursa.com, Minggu, 12 Oktober 2025.
Hendra menilai efek domino dari gejolak tersebut hampir pasti terasa di pasar Asia, termasuk Indonesia. Ia memperkirakan IHSG akan terkoreksi, melanjutkan fase konsolidasi di kisaran support 8.200–8.222 dengan resistance di 8.272–8.300.
"Saham-saham berkapitalisasi besar, terutama di sektor perbankan dan konglomerasi yang memiliki porsi kepemilikan asing cukup besar, berpotensi mengalami tekanan jual lanjutan," ungkapnya.
Namun, koreksi ini dipandang tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Hendra menyebut dalam beberapa kali gejolak eksternal sebelumnya, pasar domestik terbukti cepat pulih karena faktor fundamental dalam negeri yang tetap solid.
Biasanya, lanjut dia, tekanan jual akibat kepanikan global hanya bersifat sementara, dan justru membuka peluang untuk masuk kembali pada harga yang lebih menarik strategi yang sering disebut buy on weakness.
Namun di tengah meningkatnya ketidakpastian global, Hendra mencatat investor asing masih menunjukkan kepercayaan terhadap pasar Indonesia.
"Selama sepekan terakhir, aliran dana asing mencatat net buy sekitar Rp3,21 triliun. Total pembelian asing mencapai Rp37,75 triliun, sementara penjualan tercatat Rp34,54 triliun," tuturnya.
Peluang Trading Jangka Pendek
Di tengah potensi koreksi IHSG, Hendra melihat sejumlah saham masih menawarkan peluang menarik untuk trading jangka pendek maupun menengah. Berikut beberapa saham yang ia nilai berpotensi melanjutkan tren positif dalam waktu dekat:
CDIA (Chandra Daya Investasi Tbk)
- Buy: 2.320
- Target di 2.420–2.460
- Stop loss 2.250.
Candlestick menunjukkan momentum penguatan yang masih terjaga, didukung pergerakan MACD di atas garis nol.
SSIA (Surya Semesta Internusa Tbk)
- Buy: 2.090
- Target: 2.180–2.220
- Stop loss: 2.030
Harga yang rebound dari MA10 mengindikasikan fase konsolidasi sehat dengan potensi lanjutan tren naik.
WIRG (Wir Asia Tbk)
- Buy: 136
- Target: 141–144
- Stop loss: 132
Rebound kuat dari MA100 menjadi sinyal awal pembentukan tren bullish jangka pendek.
BKSL (Bekasi City Tbk)
- Buy: 149
- Target: 155–158
- Stop loss: 145
Candlestick bullish marubozu menunjukkan dominasi buyer dan potensi lanjutan kenaikan.