KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan bergerak mixed to higher pada perdagangan Selasa, 12 Agustus 2025 dengan dukungan sentimen global dan faktor teknikal yang mengindikasikan potensi penguatan.
Sinyal teknikal Relative Strength Index (RSI) berpeluang membentuk pola golden cross, yang kerap diartikan sebagai sinyal bullish oleh pelaku pasar.
Kabar eksternal menjadi katalis utama, terutama dari Amerika Serikat. Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memperpanjang batas waktu penerapan tarif terhadap China selama 90 hari hingga 9 November 2025.
Langkah ini dimaksudkan untuk meredakan tensi perang dagang yang telah memicu ketidakpastian pasar global selama beberapa tahun terakhir.
Selain itu, Trump juga dijadwalkan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada 15 Agustus 2025. Pertemuan ini ditujukan untuk membahas langkah-langkah mengakhiri konflik Rusia–Ukraina, yang selama ini menekan harga energi dan memicu gejolak geopolitik di Eropa.
Bursa AS dan Eropa Bergerak Negatif di Tengah Sentimen Campuran
Di Wall Street, tiga indeks utama ditutup melemah meski beberapa saham teknologi mencatatkan kenaikan signifikan. Dow Jones Industrial Average turun 0,5 persen, diikuti Nasdaq Composite dan S&P 500 yang masing-masing terkoreksi 0,3 persen.
Kenaikan saham Intel sebesar 3,5 persen, Tesla 2,8 persen, dan Arm Holdings 1,8 persen tidak cukup menahan tekanan jual yang melanda pasar.
Sentimen investor di AS masih dibayangi oleh rilis data inflasi konsumen (Consumer Price Index/CPI) yang akan diumumkan pekan ini. CPI diperkirakan meningkat seiring kebijakan tarif baru yang dicanangkan Trump, yang berpotensi menambah tekanan inflasi jangka pendek.
Di Eropa, pergerakan pasar saham juga dipengaruhi oleh isu perdagangan. Indeks acuan Stoxx 600 pan-Eropa melemah tipis 0,1 persen.
Dari data ekonomi, penjualan ritel Inggris tumbuh 1,8 persen year on year (yoy) pada Juli 2025, melambat dibandingkan pertumbuhan 2,7 persen pada bulan sebelumnya, sekaligus di bawah ekspektasi pasar sebesar 2,1 persen.
Perlambatan ini memperkuat pandangan bahwa konsumen Inggris mulai menahan belanja di tengah tekanan biaya hidup.
Dorongan Investasi Domestik untuk Capai Target Pertumbuhan Ekonomi
Dari dalam negeri, fokus investor tertuju pada upaya pemerintah mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada 2025.
Pemerintah dinilai perlu mempercepat realisasi investasi, khususnya Penanaman Modal Asing (PMA), melalui langkah-langkah kemudahan perizinan dan penyesuaian regulasi.
Langkah ini penting mengingat investasi menjadi salah satu komponen utama penggerak Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan dinamika global yang masih penuh ketidakpastian, pemerintah diharapkan mampu menciptakan iklim usaha yang kompetitif agar Indonesia tetap menjadi tujuan utama investor asing.
Sektor yang berpotensi menjadi magnet investasi meliputi energi terbarukan, infrastruktur, teknologi digital, dan industri hilir pertambangan. Peningkatan daya saing di sektor-sektor ini diharapkan tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi jangka pendek, tetapi juga memperkuat fondasi ekonomi jangka panjang.
Prediksi Pergerakan IHSG dan Rekomendasi Aksi Pasar
M. Nafan Aji Gusta, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, memproyeksikan IHSG bergerak mixed to higher hari ini.
“Support berada di 7.537 dan 7.503, sedangkan resistance di 7.659 dan 7.680,” jelasnya dalam riset harian, Selasa, 12 Agustus 2025.
Ia merekomendasikan investor untuk melakukan akumulasi pada saham-saham dengan prospek fundamental yang solid.
Selain itu, disarankan untuk merealisasikan keuntungan apabila target jangka pendek telah tercapai, serta tetap menerapkan manajemen risiko secara disiplin.
Strategi ini dinilai relevan di tengah ketidakpastian pasar global dan potensi pergerakan volatil dalam jangka pendek.
Sektor yang berpotensi menjadi pilihan investor hari ini antara lain perbankan, teknologi, dan konsumer, yang dinilai memiliki daya tahan terhadap gejolak eksternal.
Katalis positif dari perkembangan negosiasi dagang AS–Tiongkok dan potensi deeskalasi konflik Rusia–Ukraina diharapkan dapat menjadi penopang sentimen pasar domestik. (*)