KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan mengalami pelemahan pada Senin, 16 Desember 2024, seiring dengan pasar yang masih menunggu hasil rapat The Fed terkait kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS).
Pada akhir pekan lalu, Jumat, 13 Desember 2024, IHSG ditutup di zona merah. Mengacu pada data RTI, IHSG tercatat turun 69,44 poin atau 0,94 persen, sehingga berakhir pada level 7.324,78 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam sepekan, IHSG mengalami penurunan 0,79 persen. Selain itu, aliran dana asing tercatat keluar sebesar Rp1,48 triliun secara keseluruhan dan Rp225,27 miliar di pasar reguler selama pekan terakhir.
Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan bahwa penguatan indeks-indeks Wall Street yang terjadi sebelumnya berakhir pada pekan lalu. Pelemahan ini diperkirakan dipicu oleh kecenderungan “cash is king”, yang dipengaruhi oleh penguatan indeks dolar AS setelah pemangkasan suku bunga oleh European Central Bank (ECB) dan bank sentral Swiss pekan lalu.
Pasar kini mengantisipasi keputusan The Fed dalam FOMC pada 18 Desember 2024, yang dianggap sebagai katalis atau validasi bagi pasar untuk melakukan window dressing di pekan terakhir tahun ini.
“Menjelang FOMC, ada potensi rotasi obligasi, dengan U.S. 10-year bond yield yang sudah menembus 4,4 persen pada Jumat kemarin,” kata Valdy dalam risetnya yang dikutip, Minggu, 15 Desember 2024.
Kondisi ini berpotensi menekan IHSG di awal pekan. Pergerakan aliran dana asing diperkirakan akan mengalami tekanan di hari-hari pertama pekan ini. Namun, sentimen pasar bisa berbalik setelah hasil FOMC diumumkan pada 18 Desember.
Nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif di kisaran Rp16.000 per dolar AS selama pekan ini. Meskipun data kinerja ekspor-impor Indonesia diperkirakan tidak akan memberikan pengaruh signifikan, mengingat pertumbuhan ekspor pada November 2024 diperkirakan melambat dibandingkan bulan Oktober.
Valdy memperkirakan IHSG akan bergerak dengan level support di 7.280 dan resistance di 7.430, dengan pivot di 7.350.
Selain itu, pergerakan IHSG juga akan dipengaruhi oleh respon pasar terhadap data ekonomi China, seperti harga properti, investasi aset tetap, produksi industri, penjualan ritel, dan tingkat pengangguran.
Valdy memproyeksikan bahwa data investasi aset tetap China akan melanjutkan pemulihan, mengantisipasi potensi peningkatan permintaan yang didorong oleh rencana stimulus ekonomi pada tahun 2025.
Sebagai saran, Valdy menyarankan investor untuk memperhatikan saham-saham seperti MIDI, MYOR, ICBP, DOID, ARTO, dan ADRO pada awal pekan ini.
Sementara itu, Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih mengamati IHSG mengalami tekanan akibat aliran dana keluar (capital outflow), terutama pada saham-saham dengan kapitalisasi pasar besar (big caps), khususnya di sektor perbankan. Selain itu, nilai tukar rupiah yang kembali melemah turut memberikan sentimen negatif bagi pasar saham.
Dalam kondisi tersebut, perhatian pelaku pasar dalam sepekan ke depan akan tertuju pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) dan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed.
Menurut Ratih, kedua pertemuan tersebut akan berlangsung pada tanggal yang sama, yaitu 17 Desember hingga 18 Desember 2024. Pasar akan memantau hasil rapat ini untuk mengetahui arah kebijakan suku bunga acuan, yang diperkirakan akan menjadi faktor penentu bagi pergerakan IHSG di penghujung tahun.
Proyeksi Penurunan Suku Bunga The Fed dan BI
Ratih memperkirakan bahwa The Fed berpotensi memangkas suku bunga sebesar 25 basis points (bps), menjadi 4,25 persen sampai dengan 4,5 persen. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) kemungkinan besar akan menahan suku bunga di level 6 persen pada RDG Desember 2024.
“BI Rate tetap dipertahankan untuk menopang rupiah yang tertekan dan menjaga stabilitas nilai tukar,” jelas Ratih, Minggu, 15 Desember 2024.
Senada dengan itu, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Dimas Krisna Ramadhani mengatakan bahwa probabilitas penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 bps mencapai 96 persen, berdasarkan alat FedWatch Market Tool.
Ia juga mencatat, dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang telah mencatatkan penurunan sekitar 2 persen sejak awal November 2024, BI lebih berpeluang untuk menahan suku bunga guna memperkecil selisih antara Fed Rate dan BI Rate, dengan harapan dapat menarik lebih banyak arus dana masuk ke Indonesia dan memperkuat rupiah.
Volatilitas Pasar dan Potensi Kebijakan The Fed
Sementara, Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi mengamati bahwa pasar telah mengantisipasi penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 bps. Namun, kekhawatiran terkait kebijakan tarif yang mungkin diterapkan oleh Presiden AS terpilih, Donald Trump, dapat meningkatkan ketidakpastian pasar.
“Intervensi dan kebijakan tarif dapat mempengaruhi keputusan The Fed, dengan potensi penurunan suku bunga yang lebih lambat dari ekspektasi pasar,” ujar Audi.
Berdasarkan proyeksi FedWatch, The Fed berpotensi memangkas suku bunga sebesar 50 bps pada 2025, yang berisiko meningkatkan volatilitas pasar. Audi juga menambahkan bahwa kekhawatiran inflasi yang dapat meningkat dan kebijakan yang lebih lambat dari ekspektasi dapat membuat ketidakpastian di pasar saham semakin besar.
Proyeksi IHSG dan Saran Investasi
Dalam menghadapi ketidakpastian ini, Ratih memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang 7.200 hingga 7.440 selama periode perdagangan 16-20 Desember 2024. Ia memperkirakan IHSG akan bergerak sideways pada level 7.300 hingga 7.500 hingga akhir tahun. Sementara itu, Audi memperkirakan IHSG akan bergerak di level 7.194 hingga 7.550 pada pekan ini dan 7.080 hingga 7.620 hingga akhir tahun.
Audi juga memberikan saran kepada investor untuk mengantisipasi terjadinya technical rebound jika IHSG bertahan di atas level psikologis 7.300.
“Jika IHSG tetap di atas 7.300, investor dapat mempertimbangkan saham big caps. Namun, jika terjadi penurunan lebih lanjut, investor dapat memilih untuk hold, mengingat penurunan IHSG mungkin sudah terbatas,” kata Audi.
Rekomendasi Saham
Praktisi Pasar Modal dan Founder WH-Project, William Hartanto memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang 7.245 hingga 7.400 pada pekan depan dan di level 7.245 hingga 7.700 hingga akhir tahun. Ia menyarankan investor untuk menunggu keputusan BI terkait arah suku bunga sebelum memutuskan untuk berinvestasi di sektor perbankan atau properti.
Dimas, dari Indo Premier Sekuritas juga merekomendasikan saham perbankan sebagai salah satu sektor yang dapat diperhatikan, selain sebagai respons terhadap kebijakan suku bunga, sektor ini juga bisa menawarkan peluang saat momentum window dressing.
Audi memberikan rekomendasi beli untuk saham PT Telkom Indonesia (TLKM) dengan target harga Rp3.050, PT Bank Mandiri (BMRI) di Rp7.000, PT Indosat (ISAT) di Rp2.840, dan PT Astra International (ASII) dengan target harga Rp5.600.
Ratih juga menyarankan beli pada saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) pada level Rp4.100-Rp4.150, dengan target harga di Rp4.550.
William Hartanto lebih memilih saham ISAT, PT Japfa Comfeed Indonesia (JPFA), dan PT Sinar Eka Selaras (ERAL) berdasarkan analisis teknikal. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.