KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan terkoreksi pada perdagangan awal pekan ini, Senin, 28 April 2025. Beberapa saham yang direkomendasikan oleh analis untuk perdagangan pagi ini adalah AKRA, BRIS, BRPT, dan MEDC.
Analis MNC Sekuritas memproyeksikan IHSG menguat sebesar sebesar 0,99 persen ke level 6.679 disertai volume pembelian.
“Pergerakannya pun masih mampu berada di atas M60. Kami memperkirakan, posisi IHSG saat ini sudah berada di akhir wave [a] dari wave B, sehingga penguatan IHSG akan relatif terbatas untuk menguji kembali 6,709-6,784. Selanjutnya, IHSG akan rawan terkoreksi terlebih dahulu ke rentang 6,333-6,571,” kata Tim Analis MNC Sekuritas, Senin, 28 April 2025.
MNC Sekuritas mengungkapkan, level support pada perdagangan pagi ini adalah 6,373, 6,148. Sedangkan untuk resistance berada di level 6,707, 6,877.
Adapun beberapa saham yang direkomendasikan oleh tim MNC sekuritas pada perdagangan pagi ini, antara lain: AKRA, BRIS, BRPT, dan MEDC.
AKRA - Buy on Weakness
AKRA terkoreksi 0,84 persen ke 1,185 disertai dengan munculnya tekanan jual. Tim analis memperkirakan, posisi AKRA saat ini sedang berada pada bagian dari wave (iv) dari wave [c], sehingga AKRA akan terkoreksi dahulu dalam jangka pendek.
- Buy on Weakness: 1,140-1,160
- Target Price: 1,230, 1,270
- Stoploss: below 1,120
BRIS - Buy on Weakness
BRIS menguat 1,81 persen ke 2,810 dan disertai dengan munculnya volume pembelian, pergerakannya pun masih mampu berada di atas MA200. Saat ini, posisi BRIS diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave [iv] dari wave 3, sehingga BRIS diperkirakan rawan terkoreksi dahulu.
- Buy on Weakness: 2,560-2,740
- Target Price: 2,900, 3,120
- Stoploss: below 2,370
BRPT - Buy on Weakness
BRPT terkoreksi 1,96 persen ke 750 dan masih didominasi oleh tekanan jual. Analis memperkirakan, posisi BRPT saat ini sedang berada pada bagian dari wave (iv) dari wave [c], sehingga BRPT rawan melanjutkan koreksinya.
- Buy on Weakness: 715-730
- Target Price: 795, 835
- Stoploss: below 675
MEDC - Spec Buy
MEDC terkoreksi 1,40 persen ke 1,060 dan masih didominasi oleh tekanan jual. Pada skenario terbaiknya, posisi MEDC diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave iv dari wave (a), sehingga koreksi MEDC akan relatif terbatas dan berpeluang menguat kembali.
- Spec Buy: 995-1,045
- Target Price: 1,120, 1,150
- Stoploss: below 910
IHSG Ditutup Menguat
Pada akhir pekan, Jumat, 25 April 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan dengan kenaikan signifikan sebesar 58,85 poin atau 0,89 persen, berada di level 6.672,33. Sepanjang sesi, IHSG sempat bergerak ke level tertinggi di 6.683,36 dan terendah di 6.613,48.
Volume transaksi di seluruh pasar tercatat sebanyak 185,69 juta lot, dengan nilai transaksi mencapai Rp8,94 triliun dari 1,04 juta kali transaksi. Di pasar reguler, sebanyak 166,67 juta lot berpindah tangan dengan nilai transaksi Rp8,06 triliun.
Sejumlah sentimen positif mendorong prediksi pergerakan IHSG menuju area penguatan.
Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, menyampaikan bahwa kepercayaan investor terhadap pasar domestik mulai pulih, tercermin dari penguatan IHSG selama dua hari berturut-turut.
Pada perdagangan Senin, 21 April 2025, IHSG tercatat menguat 0,12 persen ke posisi 6.445. Sehari setelahnya, indeks kembali naik, ditutup melonjak 87,25 poin atau 1,35 persen ke level 6.538,22.
"Katalis utama datang dari ekspektasi derasnya aliran dana institusional dalam negeri, terutama dari lembaga sovereign wealth fund Danantara Indonesia dan BPJS Ketenagakerjaan, yang menjadi motor penggerak baru di tengah tekanan eksternal berupa pelemahan nilai tukar rupiah," ujar Hendra kepada KabarBursa.com, Selasa, 22 April 2025.
Hendra menjelaskan bahwa Danantara berpotensi memperoleh dividen besar senilai Rp59,11 triliun dari bank-bank BUMN pada akhir April. Ia memperkirakan sebagian besar dana tersebut akan diinvestasikan ke pasar saham domestik sebagai bagian dari strategi diversifikasi aset jangka panjang.
Menurut Hendra, sinyal ini disambut positif oleh pelaku pasar, terlebih karena didukung oleh rencana strategis BPJS Ketenagakerjaan (BPJS-TK) untuk meningkatkan porsi saham dalam portofolionya dari 10 persen menjadi 20 persen dalam tiga tahun ke depan.
"Proyeksi arus dana sekitar Rp25 triliun per tahun dari BPJS-TK ke pasar saham menjadi faktor penting dalam menopang likuiditas serta mengurangi ketergantungan pada investor asing," terangnya.
Jika dana dari Danantara dan BPJS-TK benar-benar mengalir ke pasar modal, lanjut Hendra, maka semester II 2025 bisa menjadi momen strategis untuk akumulasi saham-saham berfundamental kuat dan berlikuiditas tinggi.
Dukungan sentimen positif juga datang dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memperpanjang kebijakan relaksasi buyback saham tanpa RUPS hingga September 2025, dengan batas maksimal 20 persen dari modal disetor.
Menurut Hendra, kebijakan ini dinilai memperkuat daya tarik saham domestik sekaligus menjaga stabilitas harga di tengah volatilitas global.
Secara teknikal, IHSG berhasil menembus resistance trendline di area 6.500 dan saat ini membidik level MA50 di 6.556 sebagai resistance terdekat.
"Jika level ini mampu dilewati, IHSG berpeluang melanjutkan penguatan ke zona 6.640 hingga 6.707. Sementara itu, support terdekat berada di MA20 di 6.395," jelasnya.
Arah IHSG Bergantung pada Pemerintah
Untuk paruh kedua tahun ini, Hendra menilai arah pergerakan IHSG sangat dipengaruhi oleh kepastian susunan kabinet pemerintahan baru Prabowo-Gibran, termasuk kejelasan kebijakan fiskal 2025, serta stabilitas eksternal melalui perkembangan perundingan dagang internasional dan arah kebijakan moneter global.
Hendra juga melihat prospek pasar modal Indonesia tetap menarik tahun ini, meskipun dinamika global cukup menantang.
"Tekanan geopolitik seperti perang dagang Amerika Serikat (AS) - China, kebijakan tarif resiprokal Presiden Donald Trump terhadap Indonesia, serta kebijakan suku bunga The Fed yang cenderung ketat hingga akhir tahun menjadi sentimen utama yang membayangi pasar," jelasnya pada Senin, 21 April 2025 lalu.
Kendati demikian, menurut Hendra, respons cepat pemerintah Indonesia dalam menegosiasikan tarif perdagangan bilateral dengan AS dalam waktu 60 hari menunjukkan komitmen kuat untuk menjaga daya saing ekspor nasional.
Ia menilai langkah ini menjadi katalis positif, khususnya untuk sektor-sektor padat karya seperti tekstil, furniture, dan perikanan.
"Di sisi lain, potensi tercapainya kesepakatan dagang AS-China juga membuka ruang bagi perbaikan sentimen global, termasuk terhadap aliran modal asing ke emerging market seperti Indonesia," katanya.
Hendra juga menambahkan, kabar terbaru tentang proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) turut menjadi sentimen positif setelah adanya kesepakatan pemerintah dan DPR RI untuk mencabut blokir anggaran proyek IKN, yang sebelumnya diberlakukan dalam rangka efisiensi belanja negara. (*)