Logo
>

IHSG Ditutup Anjlok, Turun 2,41 Persen ke Level 6.587

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Ditutup Anjlok, Turun 2,41 Persen ke Level 6.587
Aktifitas depan Papan Pantau Saham di Main Hal Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (11/2/2025). Hari ini Papan Pantau terlihat Panah Merah. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup melemah hingga 2,41 persen atau turun 162 poin ke level 6.587 pada perdagangan Selasa, 25 Februari 2025.

    Merujuk data perdagangan RTI, IHSG bergerak bervariasi di kisaran 6.576 hingga 6.772 pada hari ini. Di tengah pelemahan IHSG, hanya 119 saham yang menguat, 490 saham melemah, dan 173 saham stagnan.

    Volume perdagangan hari ini tercatat senilai   Rp21.275 miliar, transaksi sebesar Rp11.777 triliun dengan frekuensi perdagangan senilai 1,251,407.

    Sementara melansir Stockbit,  INAI menjadi top gainer dengan lonjakan harga 31 poin atau 34,07 persen, membawa sahamnya ke level 122. Saham AREA juga mencatat kenaikan signifikan sebesar 70 poin (+23,65 persen) ke level 366.

    Saham lain yang masuk dalam daftar top gainer adalah TRUS, yang naik 190 poin (+13,82 persen) ke 1.565, serta IMAS yang melonjak 130 poin (+13,47 persen) ke 1.095.

    Adapun saham BBSS masuk ke posisi akhir dalam lima besar top gainer dengan mencatat pertumbuhan positif sebesar 23 poin (+13,07 persen) ke level 199.

    Sementara itu saham DWGL menjadi top loser setelah anjlok 104 poin (-24,76 persen) ke level 316. Saham lain yang turut mengalami penurunan signifikan JARR, yang melemah 58 poin (-13,88 persen) ke level 360.

    Selain itu, saham MORA juga terkoreksi 62 poin (-13,42 persen) ke level 400. Sektor teknologi dan media juga tertekan, dengan EMTK turun 85 poin (-13,28 persen) ke level 555, sedangkan PNGO  mencatat penurunan 245 poin (-12,28 persen) ke level 1.750.

    Sebelumnya, IHSG dibuka menguat tipis pada perdagangan hari ini, naik 0,78 poin atau 0,01 persen ke level 6.750,38 pada Selasa, 25 Februari 2025.

    Sepanjang sesi, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.758,29 sebelum terkoreksi hingga level terendah 6.745,27.

    Total volume transaksi mencapai 2,89 miliar lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp230,07 triliun dari 19.820 transaksi.

    Penyebab IHSG Terus Melemah

    Ekonom Bright Institute Awalil Rizky, menilai pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam beberapa waktu terakhir lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen global, khususnya kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang dinilai tidak menentu.

    Namun, rebound IHSG yang tertinggal dibanding indeks saham di kawasan Asia mengindikasikan adanya faktor sentimen dalam negeri yang turut berperan dalam tekanan pasar.

    Menurut Awalil, salah satu sentimen domestik yang paling menonjol adalah ketidakpastian dalam kebijakan ekonomi pemerintah. Ia menyoroti bagaimana komunikasi publik dari pemerintah terkait kebijakan ekonomi belakangan ini tampak kurang solid, termasuk adanya revisi kebijakan dalam waktu singkat.

    “Misalnya, kebijakan efisiensi anggaran yang seharusnya memiliki dampak luas, hingga kini belum memiliki kepastian alokasi baru. Ini menunjukkan bahwa ada ketidakjelasan dalam pengambilan keputusan fiskal,” ujar Awalil kepada KabarBursa.com, Kamis, 20 Februari 2025.

    Dari sisi fundamental, Awalil menilai laporan keuangan sementara tahun 2024 dari berbagai emiten, khususnya perbankan, tidak menunjukkan banyak kejutan negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa pelemahan IHSG lebih disebabkan oleh faktor sentimen daripada kondisi fundamental perusahaan.

    “Sekurangnya tidak ada kejutan besar dari kinerja emiten, khususnya perbankan. Artinya, jika melihat dari sisi fundamental, seharusnya tidak banyak tekanan negatif terhadap pasar,” imbuhnya.

    Terkait pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyebutkan bahwa rakyat desa tidak memiliki saham, Awalil mengakui bahwa hal itu bisa mengesankan kurangnya kepedulian terhadap pelemahan IHSG. Namun, ia menilai pernyataan semacam itu tidak serta-merta menjadi faktor utama dalam pergerakan pasar.

    “Sebelumnya, Presiden Prabowo pernah menyamakan saham dengan judi, tetapi pernyataan itu tidak berdampak signifikan pada IHSG saat itu. Maka, kali ini pun seharusnya dampaknya terbatas,” kata Awalil.

    Kendati demikian, Awalil menyarankan agar tim ekonomi Presiden lebih berhati-hati dalam merespons dinamika pasar keuangan. Meskipun IHSG mungkin bukan prioritas utama kebijakan ekonomi saat ini, mengesankan bahwa pemerintah tidak peduli terhadap pasar modal bisa menjadi sentimen negatif bagi investor.

    “Jika pernyataan seperti ini terus berulang, mungkin saja dalam jangka panjang bisa menimbulkan reaksi pasar. Oleh karena itu, komunikasi kebijakan ekonomi perlu diperbaiki agar memberikan kejelasan dan kepastian bagi pelaku pasar,” kata dia.

    Senada dengan Awalil, Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menilai pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam beberapa waktu terakhir lebih banyak dipicu oleh faktor kebijakan, baik di dalam maupun luar negeri.

    Ketidakpastian Ekonomi Domestik
    Menurutnya, selain faktor global seperti kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, ketidakpastian ekonomi domestik juga berperan besar dalam tekanan terhadap pasar saham Indonesia.

    “Pelemahan IHSG kali ini bukan semata-mata karena sentimen global. Kebijakan ekonomi dalam negeri yang kurang jelas dan ketidakpastian daya beli masyarakat turut memberikan tekanan. Hal ini yang membuat investor semakin waspada,” ujar Nailul kepada KabarBursa.com, Kamis, 20 Februari 2025.

    Nailul menjelaskan bahwa dalam pasar saham terdapat dua jenis investor, yakni investor jangka panjang dan trader harian. Investor jangka panjang cenderung bertahan lebih lama di pasar karena berorientasi pada dividen dan fundamental perusahaan. Sementara itu, trader harian lebih sensitif terhadap sentimen dan pergerakan harga saham dalam jangka pendek.

    “Pernyataan Presiden Prabowo Subianto soal saham lebih banyak mempengaruhi para trader atau spekulan yang melakukan jual beli harian. Namun, secara fundamental, yang lebih mempengaruhi pergerakan saham adalah kebijakan pemerintah. Ketidakpastian dalam kebijakan fiskal dan daya beli masyarakat menjadi faktor utama yang menekan pasar,” kata dia.

    Selain itu, Nailul menyoroti dampak kebijakan ekonomi Amerika Serikat terhadap pasar keuangan global. Setelah pelantikan kembali Donald Trump sebagai Presiden AS, aliran modal asing ke Negeri Paman Sam semakin deras karena kebijakan yang pro-industri dan suku bunga tinggi.

    “Investor asing masih percaya AS sebagai negara dengan ekonomi yang kuat. Ini menyebabkan capital outflow dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang semakin besar. Apalagi dengan kebijakan AS yang mendorong industri dalam negerinya, aliran modal ke sana semakin kencang,” kata Nailul.

    Meski demikian, Nailul menekankan bahwa komunikasi kebijakan yang buruk dari pemerintah dapat memperburuk sentimen pasar.

    “Jika pemerintah tidak segera memberikan kejelasan terkait arah kebijakan ekonomi, maka IHSG berisiko terus melemah. Ketidakpastian ini membuat investor ragu untuk tetap bertahan di pasar saham Indonesia,” ujar dia.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.