KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 49 poin atau 0,70 persen ke level 7,107 pada perdagangan Rabu, 18 Desember 2024.
Merujuk data perdagangan RTI Business, pergerakan IHSG pada hari ini terpantau bervariasi dengan level tertinggi 7,216 dan terendah 7,105.
Adapun sebanyak 211 saham ditutup menguat, 381 saham di zona merah, dan 199 saham mengalami stagnan.
Sementara itu mengutip Stockbit, KJEN memimpin daftar top gainer dengan performa +34,55 persen, diikuti DOSS dengan +2,755 persen dan LION dengan performa +25,00 persen.
Sedangkan SPAX bertengger di posisi paling atas top loser dengan performa -25,00 persen. Di posisi kedua ada POLU dengan -24,89 persen, dan peringkat tiga terdapat INPS dengan -15,03 persen.
Di sisi lain, terpantau hanya ada satu sektor yang mengalami penguatan pada penutupan hari ini. Sektor tersebut ialah cyclical dengan performa 0,58 persen.
Adapun sektor yang mengalami koreksi paling dalam ialah transportasi -1,37 persen, basic ind -1,03 persen, dan infrastruktur dengan performa -0,93 persen.
Diberitakan sebelumnya, IHSG diprediksi memang masih akan melanjutkan koreksi dalam beberapa waktu ke depan. Berdasarkan analisis dari MNC Sekuritas, IHSG saat ini berada di fase akhir wave [b] dari wave B, yang berarti ada potensi koreksi lanjutan untuk menguji area support krusial di level 7.065 hingga 7.112.
“Tekanan jual masih mendominasi IHSG. Kami memproyeksikan posisi indeks saat ini berada di akhir wave [b] dari wave B, sehingga ada potensi koreksi lebih lanjut untuk menguji level support 7.065-7.112,” ungkap Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana, dalam riset hariannya di Jakarta, Rabu, 18 Desember 2024.
Herditya menjelaskan, dalam skenario koreksi yang lebih dalam, IHSG berpotensi menguji support di level 7.041 hingga 6.967. Sementara itu, resistensi jangka pendek yang perlu dicermati berada di area 7.341 hingga 7.530. Level ini menjadi penentu apakah IHSG mampu kembali ke zona penguatan atau justru tertekan lebih dalam.
Sentimen Penggerak IHSG
Sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG saat ini mencakup faktor eksternal dan internal. Di sisi global, kebijakan suku bunga The Fed yang masih menjadi fokus investor turut memengaruhi pergerakan pasar.
Ekspektasi penurunan suku bunga yang lebih lambat di 2025 menambah tekanan di pasar saham. Di sisi lain, ketidakpastian ekonomi global, termasuk perlambatan ekonomi di China dan Eropa, menambah kekhawatiran pasar.
Sementara itu, dari dalam negeri, aksi jual yang terjadi pada saham-saham kapitalisasi besar atau blue chip menekan pergerakan IHSG. Rotasi sektor oleh investor ke saham-saham teknologi dan defensif menjadi faktor tambahan yang memengaruhi dinamika pasar.
Ramalan OJK Terhadap Kinerja Pasar Modal
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memandang tahun 2025 sebagai peluang emas bagi pasar modal Indonesia untuk terus tumbuh. Dengan dinamika ekonomi global yang tak menentu, OJK tetap optimis tetapi memperingatkan agar semua pihak tetap waspada terhadap risiko eksternal.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi, di Jakarta, Sabtu, 14 Desember 2024, menekankan pentingnya antisipasi terhadap ketegangan geopolitik dan kebijakan ekonomi negara-negara besar yang berpotensi memberikan tekanan pada pasar domestik.
Secara khusus, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 12 Desember 2024 memberikan gambaran pemulihan yang nyata. Dengan nilai Year-to-Date (YTD) mencapai 1,67 persen pada level 7.394,24, IHSG berhasil bangkit dari posisi akhir November yang mencatatkan penurunan hingga -2,18 persen. Kenaikan ini menunjukkan daya tahan pasar Indonesia sekaligus mengindikasikan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi nasional.
Untuk memperkuat basis investor, OJK merancang berbagai strategi, termasuk peningkatan edukasi keuangan kepada masyarakat. Program literasi investasi yang mulai diperkenalkan pada 2025 ini bertujuan memperluas partisipasi investor ritel sekaligus meningkatkan pemahaman publik terhadap risiko dan peluang investasi. Di samping itu, OJK mendorong pengembangan produk-produk inovatif, seperti investasi berbasis syariah yang kian diminati oleh masyarakat Indonesia. Langkah ini tidak hanya memperkaya pilihan investasi tetapi juga sejalan dengan tren pertumbuhan ekonomi syariah secara global.
Meski demikian, jalan menuju pertumbuhan yang berkelanjutan tidak bebas hambatan. Risiko eksternal, termasuk perubahan kebijakan moneter di negara-negara maju dan ketidakpastian ekonomi global, terus mengintai. Namun, dengan langkah mitigasi yang terarah, OJK yakin pasar modal Indonesia dapat menjaga stabilitasnya dan terus tumbuh positif pada tahun mendatang.
Selain mendukung sektor pasar modal, OJK juga menilai perlunya sinergi antara kebijakan domestik dan tren global untuk memaksimalkan potensi pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, keberhasilan Indonesia menjaga fundamental ekonomi dan daya saing pasar akan menjadi faktor kunci dalam menghadapi tantangan eksternal.
Dengan momentum pemulihan yang sedang berlangsung, pasar modal Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menjadi salah satu pilar utama pembangunan ekonomi nasional. Strategi yang adaptif, disertai komitmen OJK dalam menjaga transparansi dan kepercayaan publik, menjadi fondasi penting untuk mencapai tujuan ini. Tahun 2025 diharapkan menjadi titik balik bagi pasar modal, mengokohkannya sebagai barometer ekonomi yang kuat dan stabil di Asia Tenggara.(*)