KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada penutupan perdagangan saham sore ini, Senin, 30 Juli 2024. Pada akhir sesi perdagangan, IHSG mencatat penurunan sebesar 47,03 poin, atau setara dengan 0,65 persen, menutup hari di level 7.241,86.
Pada hari ini, frekuensi transaksi saham mencapai 1 juta kali, dengan total volume perdagangan mencapai 13,81 miliar saham. Nilai perdagangan saham dalam sesi ini tercatat sebesar Rp8,82 triliun.
Berikut adalah saham-saham penahan indeks atau top losers:
- Paperocks Indonesia Tbk (PPRI) turun 29 poin (17,79 persen) ke 134
- Puri global Sukses Tbk (PURI) turun 41 poin (17,52 persen) ke 193
- Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA) turun 82 poin (14,39 persen) ke 488
- Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) turun 14 poin (12,5 persen) ke 98
- Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) turun 10 poin (8,77 persen) ke 104.
Sementara itu, pergerakan saham di negara-negara Asia lainnya adalah sebagai berikut:
- Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 57,29 poin (0,15 persen) ke 38.525,89
- Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 235,43 poin (1,37 persen) ke 17.002,91
- Indeks SSE Composite di China turun 12,55 poin (0,43 persen) ke 2.879,3
- Indeks Straits Times di Singapura naik 0,78 poin (0,02 persen) ke 3.444,96.
Ahli ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Dr Imron Mawardi mengatakan bahwa saat ini nilai tukar rupiah dan IHSG tengah menghadapi tekanan seiring dengan ketidakpastian ekonomi dan politik di Amerika Serikat (AS). Menurut dia, kedua indikator ekonomi ini cenderung melemah karena faktor yang sama.
"Saat ini, pasar sedang menunggu data-data ekonomi AS, seperti PDB (Produk Domestik Bruto) kuartal kedua dan tingkat inflasi. Ditambah lagi dengan situasi politik yang memanas pasca mundurnya Joe Biden, membuat investor lebih memilih menyimpan dana dalam bentuk dolar AS," kata Imron, Selasa, 30 Juli 2024.
Kondisi ini menyebabkan dolar AS menguat terhadap mata uang negara lainnya, termasuk rupiah. Akibatnya, minat beli di pasar modal Indonesia pun berkurang, yang berdampak pada penurunan IHSG.
Imron pun melihat Bank Indonesia (BI) telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga stabilitas rupiah, termasuk melakukan operasi pasar. Meskipun sempat tertekan hingga level Rp16.300, rupiah berhasil ditahan di sekitar harga Rp16.000.
"Bank Indonesia memiliki tugas makroprudensial, yang berarti harus menjaga kestabilan rupiah dan mengendalikan inflasi. Ini penting untuk memberikan kepastian usaha," jelas Imron.
Strategi Jangka Panjang
Dr Imron menekankan untuk jangka panjang, pemerintah Indonesia harus fokus menjaga arus masuk dolar AS dan mencegah terjadinya capital outflow.
"Kuncinya adalah menjaga kepastian hukum, stabilitas politik, dan kondisi ekonomi yang kondusif agar investor tetap merasa aman berinvestasi di Indonesia," ujarnya.
Selain itu, pemerintah juga perlu memastikan transaksi perdagangan internasional berjalan lancar untuk menjaga ketersediaan dolar AS di dalam negeri. Hal ini akan membantu memperkuat posisi rupiah di pasar valuta asing.
Imron Mawardi memproyeksikan dalam beberapa bulan kedepan IHSG akan bergerak di kisaran Rp7.100 hingga Rp7.354.
"Jika level support Rp7.207 berhasil ditembus, indeks bisa turun ke level Rp7.050 hingga Rp7.200. Namun, jika mampu melewati level resistensi Rp7.354, IHSG berpotensi naik hingga Rp7.400," terangnya.
Ia juga menyarankan agar para pelaku pasar untuk melakukan hedging guna mengelola risiko akibat fluktuasi nilai tukar. Pelaku usaha yang membutuhkan dolar AS juga dianjurkan untuk menyiapkan cadangan mata uang negara adi kuasa tersebut sejak dini guna mengantisipasi pelemahan rupiah di masa depan.
"Diversifikasi portofolio juga penting. Investor bisa mempertimbangkan untuk menempatkan sebagian dana di instrumen investasi berbasis dolar AS untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar," jata Imron.
Rupiah Melemah 0,12 Persen
Pelemahan juga terjadi pada mata uang rupiah yang ditutup melemah ke level Rp16.300 per dolar AS. Pada akhir perdagangan Selasa, 30 Juli 2024, melemah 0,12 persen dari sehari sebelumnya yang ada di Rp16.281 per dolar AS.
Begitu juga dengan mata uang negara-negara Asia lainnya. Yen Jepang mencatat pelemahan terdalam yakni 0,53 persen, pesso Filipina melemah 0,24 persen, won Korea Selatan (Korsel) melemah 0,16 persen, dolar Singapura melemah 0,04 persen, dan dolar Hong Kong yang melemah 0,01 persen terhadap dolar AS.
Berbeda dengan Ringgit Malaysia yang mencatatkan kenaikan terbesar yakni 0,36 persen, yuan China menguat sebesar 0,11 persen, dolar Taiwan menguat 0,08 persen, dan baht Thailand menguat 004 persen, serta rupee India menguat 0,003 persen terhadap dolar AS. (*)