KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup meningkat pada level Rp7658 atau meningkat 0,08 persen setara dengan meningkat 60,9 poin dari penutupan IHSG kemarin. Dalam sehari pergerakan IHSG cukup fluktuatif dengan peningkatan level tertinggi di angka Rp7672 dan pada level terendah pada level Rp7581.
Adapun volume share saham pada hari ini sebanyak 25.884 juta saham dengan turnover sebesar Rp115,85 riliun dengan penyebaran saham sebanyak 1,271 kali saham yang beredar.Sebanyak 311 saham menguat. Ada 280 saham turun harga dan 198 saham flat.
Sedangkan saham yang menjadi top gainers hingga penutupan pedaganan hari ini antara lain saham CHEM yang naik 25 poin atau 34,72 persen disususl dengan saham DEWI yang meningkat 24 poin atau 34,29 persen dan saham MMIX pada posisi ketiga meningkat 19 poin atau 33,93 persen. Dilanjut pada saham TNCA yang meningkat 64 poin atau 23,53 persen.
Selanjutnya saham pemberat IHSG pada hari ini adalah saham CITY merosot 27 poin atau 23,68 persen, saham URBN menurun 23 poin atau 13,37 persen, saham MPOW menurun 12 poin atu 13,33 persen. Disusul dengan saham EURO menurun 26 poin atau 9,5 persen.
Terdapat enam indeks sektoral menyokong kenaikan IHSG pada hari ini. Sektor properti dan real estat melonjak 3,16 persen . Sektor energi melesat 2,44 persen. Sektor barang konsumsi nonprimer melaju 1,23 persen. Sektor barang baku menanjak 1,03 persen . Sektor keuangan naik 0,43 persen dan sektor infrastruktur naik 0,15 persen.
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 27,95 poin 0,37 persen ke level 7.625,8 pada penutupan sesi I, Rabu 28 Agustus 2024. IHSG hari ini bervariasi di rentang 7.581-7.641. Ini melebihi catatan rekor penutupan tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH).
Selain itu, pasar saham Asia mengalami penurunan pada hari hari ini karena investor mencerna angka inflasi Australia bulan Juli yang lebih tinggi dari perkiraan. CPI Australia naik 3,5 persen secara tahunan, sedikit di atas perkiraan 3,4 persen dari ekonom yang disurvei oleh Reuters dibandingkan dengan 3,8 persen pada Juni.
Ini adalah angka CPI terendah sejak Maret. Risalah rapat terakhir Bank Sentral Australia menunjukkan bahwa bank sentral sempat mempertimbangkan kenaikan suku bunga dalam upaya mengendalikan inflasi.
Di Amerika Serikat, ketiga indeks utama berakhir lebih tinggi semalam karena investor menantikan laporan pendapatan dari raksasa teknologi Nvidia yang akan dirilis Rabu. Indeks Dow Jones Industrial Average naik tipis 0,02 persen dan ditutup pada rekor baru di 41.250. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite juga naik 0,2 persen, masing-masing ditutup pada level 17.754.
Selain itu tercatat nilai transaksi jumbo ratusan rupiah triliun Rupiah pada pukul 09.30 WIB yang mencpai Rp105,78 triliun. Hal tersebut menjadi tranaksi arian tertinggi sepanjang sejarah. Transaksi jumbo tersebut berasal dari saham PT Bayan Resourches Tbk (BYAN).Saham BYAN ditutup meningkat pada level Rp 17225 meningkat hingga 3,45 persen atau 575 poin dari penutupan sebelumnya sebes Rp16650.
Sama halnya dengan IHSG, kenaikan harga minyak kembali menguat pada 28 Agustus 2024 setelah penurunan tajam pada sesi sebelumnya. Investor saat ini berada dalam dilema antara kekhawatiran potensi hilangnya pasokan dari Libya dan Timur Tengah serta kekhawatiran mengenai permintaan bahan bakar global. Harga minyak mentah Brent naik 25 sen menjadi 79,80 dolar per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 17 sen atau 0,23 persen, diperdagangkan pada 75,70 dolar per barel.
Berbanding terbalik dengan IHSG, justrru harga emas mengalami penurunan seiring dengan rebound-nya dolar AS. Investor saat ini tengah menantikan laporan inflasi AS yang akan dirilis minggu ini untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang kemungkinan pemotongan suku bunga pada September besok.
Harga emas spot turun 0,74 persen menjadi USD2.505,86 per ons pada pukul 12.50 WIB, menurut laporan Reuters di Bengaluru, hari ini. Sebelumnya, logam mulia ini mencapai rekor tertinggi di USD2.531,60 per ons pada 20 Agustus. Sementara itu, emas berjangka AS juga mengalami penurunan, turun 0,37 persen menjadi USD2.543,50 per ons.
Indeks Dolar AS (Indeks DXY) naik 0,3 persen, yang membuat emas yang dihargai dalam dolar menjadi kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
“Pasar tampaknya menunggu katalis yang dapat memicu terobosan bullish di atas level USD2.532,” kata Kelvin Wong, analis dari OANDA.
Dia menambahkan bahwa tren jangka pendek untuk emas tetap kuat, dengan potensi menembus titik tertinggi baru. Namun, dalam jangka panjang, emas mungkin menghadapi resistance di kisaran USD2.585-2.595.
Para pelaku pasar juga sedang menunggu rilis data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) Amerika, ukuran inflasi yang disukai oleh Federal Reserve, yang dijadwalkan Jumat, 30 Agustus 2024. Saat ini, para trader memperhitungkan peluang sebesar 67 persen untuk pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin dan sekitar 33 persen peluang untuk pemotongan sebesar 50 basis poin, menurut FedWatch Tool dari CME Group.
Emas, yang tidak memberikan imbal hasil, biasanya lebih diminati dalam lingkungan suku bunga rendah. Pekan lalu, Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, mengindikasikan dukungan terhadap dimulainya pemotongan suku bunga dalam waktu dekat, sambil menyatakan keyakinannya bahwa inflasi berada dalam jangkauan target 2 persen bank sentral AS.(*)