KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level 325,98 atau naik 70,22 poin (0,97 persen) pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, 1 Agustus 2024.
Dengan begitu, IHSG menguat jika dibandingkan penutupan sebelumnya pada level 7.255,76.
Mengutip RTI, sebanyak 296 saham melaju di zona hijau dan 262 saham lainnya berada di zona merah. Sedangkan 229 saham lainnya stagnan.
Adapun jumlah transaksi sore ini mencapai Rp9,4 triliun dengan volume 12,8 miliar saham.
Top gainers yang mendorong laju IHSG yakni, Prodia Widyahusada (PRDA) yang melesat 10 persen ke level Rp3.520 per saham. Kemudian, Map Aktif Adiperkasa (MAPA) yang meningkat 6,1 persen ke posisi Rp860 per saham. Selanjutnya, Saratoga Investama Sedaya (SRTG) yang naik 5,6 persen ke posisi Rp1.770 per saham.
Sedangkan top losers yang menekan IHSG yaitu, Indika Energy (INDY) yang turun 4,3 persen ke level Rp1.330 per saham. Kemudian, Indosat (ISAT) yang melemah 3,6 persen ke level Rp10.700 per saham, dan Mitra Adiperkasa (MAPI) yang turun 3,4 persen ke posisi Rp1.400 per saham.
Sementara itu, Bursa Asia berada di zona merah atau terjadi penurunan. Strait Times 1,04 persen (36,09 poin) turun ke level 3.419,84, Hang Seng Hong Kong melemah 0,23 persen (39,6 poin) ke posisi 17.304,96, Shanghai Komposit turun 0,2 persen (6,3 poin) ke posisi 2.932,38, dan Nikkei terkoreksi 2,49 persen (975,5 poin) ke posisi 38.126,3.
Rupiah Kembali Menguat
Penguatan juga terjadi pada nilai tukar rupiah di pasar sport sore ini.
Rupiah ditutup pada level Rp16.237 per dolar AS atau naik 23 poin (0,14 persen) dibandingkan dengan sebelumnya pada level Rp16.260 per dolar AS.
Sementara itu, mengacu kurs tengah Jisdor, nilai tukar rupiah pada Kamis, 1 Juli 2024 pada level Rp16.243 per dolar AS, atau menguat dibanding sehari sebelumnya yang berada di level Rp16.294 per dolar AS.
The Fed Kirim Sinyal Turunkan Suku Bunga
Gubernur bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September, setelah bank sentral memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level tertinggi dalam lebih dari dua dekade.
"Pertanyaannya adalah apakah keseluruhan data, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko konsisten dengan meningkatnya keyakinan terhadap inflasi dan mempertahankan pasar tenaga kerja yang solid,” ujar Powell, Rabu 31 Juli 2024.
"Jika syarat tersebut terpenuhi, penurunan suku bunga bisa dibahas pada pertemuan berikutnya di bulan September," katanya menambahkan.
Pernyataan ini muncul setelah keputusan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) untuk mempertahankan suku bunga dana federal dalam kisaran 5,25 persen hingga 5,5 persen, tingkat yang sudah dipertahankan sejak Juli lalu.
Para pembuat kebijakan juga melakukan beberapa penyesuaian dalam bahasa yang mereka gunakan saat merilis pernyataan pasca pertemuan dua hari di Washington. Ini menandakan semakin dekatnya mereka untuk mengurangi biaya pinjaman. Secara khusus, komite mulai menekankan risiko pada kedua sisi mandat gandanya, bukan hanya fokus pada risiko inflasi.
"Dalam beberapa bulan terakhir, telah ada kemajuan menuju target inflasi komite sebesar 2 persen," kata pernyataan FOMC.
"Komite menilai bahwa risiko untuk mencapai tujuan terkait ketenagakerjaan dan inflasi terus bergerak ke keseimbangan yang lebih baik," sambungnya.
Para pejabat juga menyebutkan bahwa penambahan lapangan kerja telah menjadi moderat dan tingkat pengangguran meningkat meski masih rendah. Inflasi telah mereda selama setahun terakhir namun masih agak tinggi.
Namun, mereka tetap berhati-hati untuk tidak menurunkan biaya pinjaman sampai ada keyakinan lebih besar bahwa inflasi bergerak menuju target secara berkelanjutan.
Imbal hasil Treasury dua tahun turun dan indeks S&P 500 meningkat, sementara dolar AS tetap melemah. Penurunan suku bunga seperempat poin tetap diantisipasi pada bulan September, menurut futures.
Namun, ketika ditanya tentang kemungkinan pemotongan setengah poin, Powell menyatakan bahwa itu bukan sesuatu yang dipertimbangkan saat ini.
Perubahan dalam pernyataan tersebut mengisyaratkan pergeseran nada di antara beberapa pembuat kebijakan, termasuk Powell, yang mengakui adanya peningkatan risiko terhadap pasar tenaga kerja. Hal ini memperkuat ekspektasi pemotongan suku bunga pada pertemuan bank sentral 17-18 September mendatang.
Powell juga menyatakan bahwa ia bisa membayangkan skenario di mana tidak ada pemotongan suku bunga hingga beberapa pemotongan sepanjang tahun ini, tergantung pada perkembangan ekonomi.
Gubernur The Fed itu juga mengungkapkan bahwa ada diskusi intens tentang alasan untuk menggerakkan suku bunga pada pertemuan ini, dengan mayoritas kuat mendukung untuk tidak bergerak. (*)