Logo
>

IHSG Ditutup Merah di 8.227, Asing Catatkan Net Sell Rp398 Miliar

Komposisi transaksi pada hari ini didominasi oleh investor domestik sebesar 78,11 persen. Sektor Transportasi Pimpin Penguatan

Ditulis oleh Desty Luthfiani
IHSG Ditutup Merah di 8.227, Asing Catatkan Net Sell Rp398 Miliar
Hall Bursa Efek Indonesia. Foto: Dok KabarBursa.com

KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Senin, 13 Oktober 2025, turun 30,66 poin atau setara 0,37 persen ke level 8.227,20. Sepanjang sesi, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 8.288,28 sebelum terkoreksi hingga level terendah 8.133,63.

Total volume transaksi tercatat mencapai 388,94 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp24,23 triliun dari 2,81 juta transaksi. Dari total tersebut, transaksi di pasar reguler mencatat 367 juta lot dengan nilai Rp23,45 triliun.

Dari sisi aliran dana, investor asing membukukan pembelian (foreign buy) sebesar Rp2,99 triliun dan penjualan (foreign sell) sebesar Rp3,39 triliun, sehingga terjadi net sell asing senilai Rp398,64 miliar di seluruh pasar. Komposisi transaksi pada hari ini didominasi oleh investor domestik sebesar 78,11 persen, sementara investor asing berkontribusi 21,89 persen.

Top gainers hari ini antara lain PT Transkon Jaya Tbk (TRJA) naik 27,74 persen ke harga Rp198, PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) naik 25,00 persen ke harga Rp270, PT Mustika Ratu Tbk (MRAT) naik 25,00 persen ke harga Rp420, PT Andalan Sakti Primaindo Tbk (ASPI) naik 24,83 persen ke harga Rp905, dan PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk (PORT) naik 24,77 persen ke harga Rp1.335.

Sementara top losers tercatat PT Golden Flower Tbk (POLU) turun 14,99 persen ke harga Rp25.375, PT Pakuan Tbk (UANG) turun 14,90 persen ke harga Rp3.540, PT C Paperocks Indonesia Tbk (PPRI) turun 14,90 persen ke harga Rp434, PT Harapan Duta Pertiwi Tbk (HOPE) turun 14,87 persen ke harga Rp166, dan PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) turun 14,86 persen ke harga Rp1.175.

Dari sisi sektoral, transportasi menjadi sektor penopang indeks dengan kenaikan tertinggi sebesar 2,58 persen, disusul sektor energi naik 1,51 persen dan basic industry naik 1,23 persen. Sektor yang tertekan antara lain keuangan yang turun 1,52 persen, properti turun 1,47 persen, serta infrastruktur yang terkoreksi 1,44 persen.

Analis pasar modal menilai pelemahan IHSG pada awal pekan ini lebih disebabkan oleh tekanan jual asing menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat yang akan menjadi acuan arah kebijakan The Fed. 

Meski ditutup melemah, pergerakan indeks masih terjaga di atas level psikologis 8.200, yang menunjukkan adanya potensi konsolidasi terbatas pada sesi perdagangan berikutnya. Sektor transportasi diproyeksi masih menjadi penopang utama pergerakan indeks dalam jangka pendek.

IHSG diperkirakan akan menghadapi tekanan sepanjang pekan ini 13–17 Oktober 2025 akibat meningkatnya ketegangan perdagangan global setelah pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump resmi menerapkan tarif impor baru terhadap produk asal China. 

PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memperingatkan bahwa langkah tersebut berpotensi menimbulkan tekanan pada pasar keuangan global, termasuk pasar modal Indonesia.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Hari Rachmansyah menegaskan faktor-faktor eksternal ini bisa memicu aksi profit taking dan risiko keluarnya dana asing (foreign outflow) dari pasar saham domestik.

“IHSG diprediksi berpotensi koreksi menguji support di 8.150 dengan resistance terdekat 8.272. Pelaku pasar disarankan bersikap defensif, fokus pada saham berfundamental kuat, dan menerapkan strategi buy on weakness secara selektif,” kata Hari, pada Senin, 13 Oktober 2025.

Prediksi koreksi IHSG ini datang setelah sepanjang pekan lalu 6–10 Oktober 2025 indeks berhasil mencatatkan kinerja positif dengan menembus level tertinggi sepanjang masa (all time high) di 8.272 pada Kamis, 9 Oktober 2025. Lonjakan ini terjadi meskipun investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp1,3 triliun. Kuatnya minat beli investor domestik, khususnya pada saham-saham konglomerat seperti RAJA, TINS, CUAN, dan CDIA menjadi penopang utama pergerakan indeks.

“Meskipun tercatat ada net sell asing sebesar Rp1,3 triliun, tekanan jual tersebut berhasil diimbangi oleh kuatnya minat beli investor domestik, terutama pada saham-saham konglomerat seperti RAJA, TINS, CUAN, dan CDIA yang menjadi penggerak utama indeks,” tandas Hari.

Sentimen Global dan Domestik Pekan Lalu

Dari sisi eksternal, pasar saham Amerika Serikat mengalami koreksi signifikan sepanjang pekan lalu di tengah berlarutnya shutdown pemerintah yang menunda rilis sejumlah data ekonomi penting. Indeks S&P 500 melemah sekitar 2,7 persen, Nasdaq turun 3,5 persen, dan Dow Jones terkoreksi 1,9 persen, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap ancaman tarif baru AS terhadap China. Meskipun sempat mencatatkan rekor di awal pekan akibat dorongan saham teknologi, tekanan jual kembali meningkat menjelang akhir pekan.

“Memasuki pekan depan, fokus investor akan tertuju pada dimulainya musim laporan keuangan (earnings season) yang diawali oleh Citigroup dan JPMorgan, yang diperkirakan dapat menahan laju koreksi indeks. Namun secara keseluruhan, pasar AS masih berpotensi melanjutkan pelemahan secara mingguan di tengah ketidakpastian kebijakan fiskal dan tensi perdagangan yang meningkat,” ujar Hari.

Sementara dari domestik, pemerintah berencana mengalihkan sisa dana Rp15 triliun yang belum terserap, terutama dari BTN yang baru menyalurkan sekitar 19 persen, ke Bank Pembangunan Daerah (BPD) guna memperkuat likuiditas perbankan di daerah. Kebijakan ini diperkirakan menjadi salah satu katalis positif untuk sektor perbankan nasional.

Selain itu, kebijakan baru yang membuka peluang bagi koperasi dan UMKM untuk mengelola tambang hingga 2.500 hektar dinilai dapat memperluas partisipasi ekonomi masyarakat di sektor sumber daya alam. Pemerintah juga menyerahkan enam smelter beserta aset sitaan negara kepada PT Timah (TINS) sebagai langkah konkret dalam pemberantasan tambang ilegal, yang dapat memperkuat fundamental emiten komoditas tersebut.

Proyeksi dan Strategi Investasi Pekan Ini

Memasuki pekan ini, IPOT memproyeksi tekanan global masih akan mendominasi sentimen pasar. Kebijakan tarif baru Trump terhadap China dinilai dapat meningkatkan ketegangan perdagangan dan menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dunia. Ketegangan geopolitik tersebut juga berpotensi mendorong harga emas ke level lebih tinggi sebagai aset lindung nilai (safe haven). Kombinasi faktor eksternal ini dapat memicu aksi ambil untung (profit taking) dan meningkatkan risiko arus keluar dana asing dalam jangka pendek.

“IHSG berpotensi koreksi menguji support di 8.150 dengan resist terdekat 8.272. Pelaku pasar disarankan bersikap defensif, fokus pada saham berfundamental kuat, serta menerapkan strategi buy on weakness secara selektif,” jelas Hari.

IPOT juga menilai sektor-sektor dengan fundamental kuat seperti perbankan besar, konsumer primer, dan energi masih memiliki daya tahan relatif terhadap tekanan global, meski pergerakannya cenderung terbatas. Sementara itu, sektor komoditas berpotensi mencatat volatilitas tinggi seiring kenaikan harga emas dan tensi perdagangan yang meningkat.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Desty Luthfiani

Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".