Logo
>

BBCA Semakin Babak Belur: Saham Longsor, Asing Giat Jual

Investor asing melepas saham BBCA senilai Rp61,29 miliar, menekan harga hingga 1,01 persen. Tekanan jual besar menunjukkan pasar masih ragu meski fundamental bank tetap kuat.

Ditulis oleh Yunila Wati
BBCA Semakin Babak Belur: Saham Longsor, Asing Giat Jual
Asing mencatatkan aksi jual yang masih tinggi pada saham BBCA (PT Bank Central Asia Tbk). Foto: Dok Perusahaan.

KABARBURSA.COM - Di tengah reputasinya sebagai bank paling solid di Indonesia, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali menunjukkan gejala “belum bisa move on” dari zona merah. BBCA semakin babak belur, sahamnya pun longsor.

Pada perdagangan Senin, 13 Oktober 2025, harga BBCA ditutup turun 1,01 persen ke level Rp7.325 per saham. Sepanjang sesi, saham bergerak lesu di rentang Rp7.300–Rp7.375. Yang menarik, penurunan ini terjadi justru ketika investor asing tercatat melepas saham BBCA senilai Rp61,29 miliar.

Aksi jual asing ini menjadi sinyal bahwa tekanan jual bukan berasal dari investor ritel semata, melainkan juga dari pelaku institusi global yang biasanya menjadi penopang utama stabilitas harga saham berkapitalisasi besar.

Melihat order book BBCA, dinamika pasar hari ini seperti duel antara kehati-hatian dan ekspektasi yang menurun. Total frekuensi transaksi tercatat 8.467 kali dengan volume 789 ribu lot. Cukup aktif, namun tanpa dorongan agresif dari sisi pembeli. 

Sisi bid menumpuk di harga Rp7.300–Rp7.325, dengan total 936 ribu lot, sementara antrian offer atau jual berada di kisaran Rp7.350–Rp7.475, dengan volume 568 ribu lot. Tekanan dari sisi jual lebih terlihat, di mana banyak pelaku pasar tampak memanfaatkan momentum untuk keluar lebih cepat.

Hal ini mungkin untuk mengamankan keuntungan dari reli sebelumnya atau sekadar menghindari pelemahan lebih lanjut.

Tekanan jual memang terjadi sepanjang hari. Hal ini terlihat dari harga BBCA yang kini berada sedikit di bawah rata-rata intraday di Rp7.335. Pada sesi pembukaan, saham berada di harga Rp7.300 dan langsung disambut penawaran jual yang padat. 

Meskipun harga sempat menyentuh Rp7.375, momentum beli langsung mereda dan saham ini kembali terseret turun menjelang penutupan. Kondisi seperti ini sering kali mencerminkan pasar yang jenuh beli (overbought fatigue) setelah periode penguatan Panjang. 

Pelaku pasar mulai ragu mempertahankan posisi di level harga tinggi tanpa adanya katalis baru yang signifikan.

Investor Ganti Portofolio?

Secara sentimen, aksi jual asing menjadi indikator bahwa sebagian investor global mungkin sedang melakukan rotasi portofolio dari sektor perbankan ke sektor lain yang dinilai memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi menjelang akhir tahun fiskal. 

Selain itu, tekanan suku bunga global yang masih tinggi, serta potensi perlambatan pertumbuhan kredit di kuartal IV, bisa menjadi alasan investor memilih untuk mengamankan posisi di saham-saham defensif seperti BBCA.

Namun, dalam jangka menengah, kondisi ini belum bisa disebut sebagai pelemahan struktural. Kondisi ini lebih menyerupai fase konsolidasi alami setelah periode valuasi tinggi.

BBCA sendiri dikenal sebagai saham dengan likuiditas luar biasa dan basis investor institusional yang kuat. Namun pada titik ini, valuasinya yang sudah premium, dengan price-to-book ratio di atas 4x, membuat ruang kenaikan harga menjadi terbatas tanpa dukungan pertumbuhan laba yang lebih agresif. 

Investor ritel cenderung berhati-hati, sementara investor asing mulai menyesuaikan posisi menjelang rilis laporan keuangan kuartal III 2025.

Dengan semua kondisi tersebut, saham BBCA tampak berada dalam fase transisi, bukan karena fundamentalnya goyah, melainkan karena ekspektasi pasar yang terlalu tinggi mulai kembali ke realitas. 

Tekanan jual asing menjadi cermin bahwa bahkan saham “sekuat bank BCA” pun tidak kebal terhadap dinamika psikologis pasar. Sementara banknya tetap mencetak laba, sahamnya masih terlihat “pilek” dan butuh waktu untuk benar-benar pulih dari zona merah.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79