KABARBURSA.COM - IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) berpotensi mengalami kenaikan terbatas pada bulan Februari 2024. Beberapa faktor yang berpengaruh meliputi sentimen Pemilu, fluktuasi nilai tukar rupiah, dan perkembangan kebijakan Federal Reserve.
Meskipun IHSG mengalami kenaikan 0,22 persen pada akhir Januari 2024, kondisi ini masih dianggap sebagai penurunan karena cenderung turun sepanjang bulan tersebut. Fenomena January Effect, yang biasanya mencatatkan kenaikan pada awal tahun, tidak terjadi pada Januari 2024.
Laporan CSA Index menunjukkan bahwa tingkat optimisme pelaku pasar menurun, mencapai 59,7 untuk Februari 2024, dibandingkan dengan angka 83,7 pada bulan Januari. Penurunan ini diatributkan kepada keberlanjutan sentimen Pemilu dan pelemahan nilai tukar rupiah. Meskipun demikian, angka di atas 50 menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku pasar masih memprediksi IHSG akan mengalami kenaikan (bullish) pada bulan Februari.
Potensi ketidakpastian akibat Pemilu di Indonesia menjadi salah satu faktor utama. Jika pemilu berlangsung dengan satu putaran, hal ini dianggap positif, tetapi apabila memerlukan dua putaran, ketidakpastian akan berlanjut hingga putaran kedua dilaksanakan. Selain itu, pelemahan rupiah dan ketegangan geopolitik diperkirakan akan semakin mempersulit kondisi IHSG.
Pada pertemuan Federal Reserve bulan Februari 2024, diprediksi bahwa sikap bank sentral akan berada di luar ekspektasi pasar. Potensi penurunan tingkat suku bunga The Fed yang sebelumnya mencapai 80 persen, menjadi 50 persen, dapat berdampak negatif pada pasar, terutama karena suku bunga masih cenderung hawkish hingga Mei 2024.
Meskipun investor asing melakukan akumulasi saham dengan net buy sebesar Rp1,51 triliun pada akhir Januari 2024 dan mencapai Rp8,32 triliun sepanjang 2024, beberapa faktor risiko seperti Pemilu dan kebijakan Federal Reserve menjadi fokus utama investor pada bulan Februari 2024.