KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan performa solid pada penutupan perdagangan Rabu, 5 November 2025. Perdagangan ditutup menguat 0,93 persen ke level 8.318.
Penguatan ini disertai peningkatan volume pembelian yang memberi sinyal kuat bahwa tekanan jual mulai mereda dan minat beli investor domestik maupun asing kembali meningkat.
Secara teknikal, IHSG sepanjang Kamis, 6 November 2025, masih bertahan di atas garis rata-rata pergerakan 20 hari (MA20). Artinya, tren jangka pendek masih sangat positif. Selama indeks mampu bertahan di atas area support 8.181 dan 8.042, peluang penguatan menuju zona resistance di 8.365–8.390 tetap terbuka.
Skenario terbaiknya, IHSG saat ini berada pada fase awal wave (iii) of [iii], yaitu fase lanjutan dari gelombang penguatan besar yang menandai momentum bullish belum selesai.
Berikut ini beberapa saham yang menjadi perhatian MNC Sekuritas pada hari ini:
AGRO – Spec Buy
- Harga terakhir: 224
- Area beli: 220–224
- Target: 238, 248
- Stoploss: di bawah 218
- Catatan: pergerakan masih tertahan MA20, diperkirakan di akhir wave [b] dari wave B.
ARTO – Buy on Weakness
- Harga terakhir: 2.110
- Area beli: 1.990–2.070
- Target: 2.190, 2.300
- Stoploss: di bawah 1.950
- Catatan: masih dalam tekanan jual; posisi diperkirakan bagian dari wave (c) dari wave [b].
INCO – Buy on Weakness
- Harga terakhir: 4.660
- Area beli: 4.550–4.640
- Target: 4.840, 5.175
- Stoploss: di bawah 4.460
- Catatan: selama di atas 4.460, diperkirakan sedang berada pada bagian wave [v] dari wave 3.
RATU – Spec Buy
- Harga terakhir: 8.125
- Area beli: 8.050–8.125
- Target: 8.450, 8.775
- Stoploss: di bawah 8.000
- Catatan: diperkirakan berada di awal wave (v) dari wave [iii].
Indeks MSCI Terbaru: BREN dan BRMS Depak ICBP dan KLBF
Katalis lain yang patut dicermati datang dari hasil MSCI November 2025 Index Review yang resmi diumumkan semalam. Perubahan komposisi indeks ini sering kali menjadi pemicu rotasi dana asing, terutama karena investor institusi global menjadikannya acuan utama dalam menentukan alokasi portofolio di pasar negara berkembang.
Dalam daftar MSCI Global Standard Indexes, dua emiten Indonesia, yaitu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), masuk sebagai tambahan baru. Sementara PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), justru terdepak.
Masuknya BREN dan BRMS mencerminkan pengakuan terhadap likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar yang dimiliki keduanya. Bagi BREN, hal ini memperkuat statusnya sebagai new darling di sektor energi terbarukan, yang belakangan menjadi magnet baru bagi dana global berorientasi ESG.
Sementara BRMS, yang masih berada di sektor tambang mineral, mendapatkan dorongan karena prospek ekspansi dan kenaikan harga logam dasar di pasar global.
Sebaliknya, keluarnya ICBP dan KLBF bisa menimbulkan tekanan jangka pendek. Alasannya, karena potensi arus keluar dari reksa dana pasif yang mereplikasi indeks MSCI. Meskipun kedua saham tersebut memiliki fundamental kuat, posisinya yang stagnan dalam kapitalisasi dan volume perdagangan relatif membuatnya kalah bersaing dengan pemain baru yang memiliki likuiditas tinggi.
MSCI Small Cap Indexes Diisi DSNG Hingga TINS
Perubahan juga terjadi pada MSCI Small Cap Indexes, di mana beberapa saham baru seperti DSNG, ENRG, KLBF, MSIN, RAJA, WIFI, dan TINS masuk menggantikan BRMS, SMSM, dan ULTJ. Pergeseran ini menggambarkan peralihan fokus investor ke saham-saham dengan potensi pertumbuhan tinggi dan kapitalisasi menengah.
MSIN, misalnya, menjadi representasi sektor media dan digital yang tengah berevolusi. Sedangkan RAJA dan ENRG merepresentasikan kebangkitan sentimen energi konvensional di tengah fluktuasi harga minyak dunia.
Dalam konteks makro, keputusan MSCI ini akan menjadi penggerak penting menjelang effective date pada 25 November. Biasanya, dua pekan menjelang implementasi, pasar akan diwarnai oleh fenomena window dressing, di mana dana global menyesuaikan portofolionya untuk mengikuti komposisi baru.
Arus masuk ke BREN dan BRMS bisa menopang IHSG secara keseluruhan, terutama jika diiringi kenaikan harga komoditas dan penguatan rupiah terhadap dolar AS.
Namun, di balik sinyal positif ini, ada potensi tekanan yang perlu diwaspadai. Keluarnya ICBP dan KLBF dari indeks utama bisa memicu aksi jual temporer di saham defensif yang selama ini menjadi penopang stabilitas IHSG.
Jika tekanan jual di dua saham tersebut terlalu besar, penguatan indeks bisa tertahan meski sektor energi dan pertambangan sedang dominan. Selain itu, investor juga perlu memperhatikan dinamika global, mulai dari nada hawkish The Fed hingga volatilitas harga minyak, yang bisa mengganggu arus modal asing dalam jangka pendek.
Secara keseluruhan, arah IHSG hari ini masih cenderung positif dengan bias penguatan menuju 8.354 sebagai target terdekat. Dukungan teknikal yang kuat, kombinasi aliran dana dari rebalancing MSCI, serta minat beli yang mulai kembali membentuk volume akumulasi menjadi faktor utama yang menopang optimisme.
Selama IHSG tidak menembus support 8.181, tren naik masih terjaga. Akan tetapi, pasar kini memasuki fase selektif, di mana reli besar akan lebih bergantung pada saham-saham unggulan yang terimbas langsung oleh rotasi dana global.(*)