KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan pada penutupan perdagangan Rabu sore, 19 Februari 2025. IHSG ditutup melemah sebesar 1,14 persenm persen ke level 6.794.
Penurunan ini terjadi seiring dengan meningkatnya volume penjualan, yang mengindikasikan adanya tekanan jual yang cukup kuat di pasar.
Secara teknikal, pada perdagangan hari ini, Kamis, 20 Februari 2025, MNC Sekuritas melihat posisi IHSG masih berada dalam fase wave B dari wave (Y) pada skenario hitam. Dalam jangka pendek, ada potensi koreksi lanjutan untuk menguji kisaran 6.723-6.759 sebelum kembali mencari momentum penguatan.
Level support utama berada di 6.679 dan 6.509, sementara level resistance terdekat berada di 6.933 dan 7.046.
Di tengah pergerakan IHSG yang cenderung melemah, beberapa saham tetap menarik untuk diperhatikan dengan strategi buy on weakness.
PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) mengalami kenaikan 1,59 persen ke level 640 dan masih didominasi oleh aksi beli. Saat ini, ARNA diperkirakan berada dalam fase wave (iii) dari wave [i] dari wave 3, yang memberikan indikasi bahwa saham ini masih berpotensi melanjutkan tren kenaikannya.
Dengan mempertimbangkan pola pergerakan harga, peluang pembelian dapat dilakukan pada kisaran 610-630 dengan target harga pada 660 hingga 680. Namun, jika harga turun di bawah 590, maka perlu dilakukan langkah antisipasi dengan menetapkan batasan risiko.
PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) terkoreksi sebesar 2,40 persen ke level 8.150. Meskipun mengalami penurunan, saham ini menunjukkan adanya akumulasi pembelian yang menandakan potensi pemulihan. Secara teknikal, CUAN diperkirakan sedang berada di awal wave (B), yang dapat membuka peluang penguatan kembali. Kisaran harga pembelian ideal berada di 7.450-7.950 dengan target harga menuju 9.250 hingga 10.075.
Jika harga turun melewati batas bawah 7.050, disarankan untuk melakukan cut loss guna menghindari risiko lebih lanjut.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) mengalami kenaikan sebesar 1,08 persen ke level 11.650, namun masih disertai dengan tekanan jual. Selama harga saham ini bertahan di atas level 11.000, ICBP masih memiliki potensi penguatan lebih lanjut.
Dari sisi teknikal, saham ini diperkirakan berada di awal wave (iii) dari wave [iii], yang membuka ruang bagi pergerakan naik ke depan. Peluang pembelian dapat dilakukan pada kisaran 11.275-11.450 dengan target harga di 11.850 hingga 12.150. Apabila harga turun di bawah 11.000, strategi perlindungan modal perlu diterapkan.
PT Timah Tbk (TINS) mengalami koreksi sebesar 1,92 persen ke level 1.020, masih dibayangi oleh tekanan jual yang cukup kuat. Namun, berdasarkan analisis teknikal, posisi TINS saat ini diperkirakan berada dalam awal wave [b], yang berarti koreksi yang terjadi kemungkinan relatif terbatas sebelum saham ini kembali mencoba menguat.
Peluang pembelian terbaik berada di kisaran 990-1.020 dengan target harga di 1.075 hingga 1.095. Jika harga turun di bawah 975, perlu dilakukan langkah antisipasi dengan menetapkan batasan risiko.
IHSG Lemah usai Pengumuman BI Rate
Pasca BI menahan suku bunga, IHSG ditutup melemah signifikan turun 78,69 poin atau 1,14 persen ke level 6.794,87. Sepanjang sesi, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.880 sebelum terkoreksi hingga level terendah 6.780.
Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan keputusan ini sebenarnya sudah sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun tekanan jual tetap terjadi, terutama dari investor asing yang mencatatkan net sell sebesar Rp964 miliar.
“Saham perbankan besar seperti BBCA (-Rp690M) dan BMRI (-Rp218M) menjadi sasaran utama aksi jual, menekan indeks lebih dalam,” ujar dia saat dihubungi Kabarbursa.com di Jakarta, Rabu, 19 Februari 2025.
Hendra memperkirakan pasar masih bersikap hati-hati di tengah ketidakpastian global dan pergerakan nilai tukar rupiah meskipun suku bunga tetap sama.
Secara teknikal, lanjut dia, IHSG kini menguji area support krusial di kisaran 6.719 (MA10). Jika level ini mampu bertahan, ada peluang IHSG mengalami teknikal rebound dalam beberapa hari ke depan.
“Namun, jika tekanan jual terus berlanjut, IHSG berpotensi turun lebih lanjut ke area 6.500 – 6.600,” jelasnya.
Hendra menilai masih ada secercah harapan bagi IHSG untuk kembali menguat, terutama jika investor kembali masuk ke saham-saham defensif yang masih menarik.
Dia menerangkan, asing mencatatkan net buy di TLKM (Rp116M), ASII (Rp66M), dan INDF (Rp49M), menunjukkan sektor telekomunikasi, otomotif, dan consumer goods masih memiliki daya tarik.
“Selain itu, jika sentimen global membaik, seperti adanya sinyal dovish dari The Fed atau stabilisasi rupiah, potensi rebound IHSG bisa semakin terbuka,” pungkasnya.(*)